Sabtu, 25 April 2009

Di Amerika, Gereja pun mendapat Hidayah menjadi Mesjid

Buffalo, New York – Sebuah kelompok Muslim telah membeli bekas Gereja Katolik Queen of Peace (Ratu Perdamaian), rumah ibadah kaum Protestan, biara, dan sekolah di jalan Genesee dan berencana untuk menggunakannya sebagai sebuah pusat komunitas Muslim dan Masjid.

Gereja tersebut, oleh arsitek yang merancang kawasan Balai Kota Buffalo, akan disebut Masjid Jami, yang berarti sebuah ruang untuk berkumpul bersama. Dr. Hatim Hamad mengatakan, Masjid tersebut dibeli oelh seorang Muslim yang telah berumur.

Kesepakatan tersebut merupakan bukti lebih jauh dari sebuah kehadiran pertumbuhan Muslim di seluruh bagian Barat New York, yang memiliki sembilan Masjid dan yang ke-sepuluh sedang dibangun di Transit Road di Amherst.

Masjid Jami, yang diramalkan memfokuskan pada anak-anak dan melebihi target, akan menawarkan keanekaragaman program bagi anak-anak muda.

“Mereka membangun Masjid-Masjid besar, tetapi tujuan keseluruhan kami adalah kami ingin memiliki sesuatu bagi komunitas,” Hamad, seorang asisten professor klinis di Universitas di Sekolah Kedokteran Gigi Buffalo, mengatakan.

“Di Buffalo, tidak terdapat pusat komunitas yang sebenarnya bagi kaum remaja Muslim,” Hamad, yang sudah menikah dan memiliki empat anak, menambahkan. Pusat komunitas tersebut tepat di tengah Buffalo.”

Queen of Peace (Ratu Perdamaian) adalah gereja Katolik ke-delapan di Buffalo yang terjual sejak 2006, tahun dimana keuskupan Buffalo memulai sebuah penyusunan ulang dari anggota jemaah gereja. Queen of Peace ditutup pada akhir 2007.


Prosesi penutupan Gereja Queen of Peace Catholic tahun 2007

Kelompok Muslim, yang terdaftar sebagai Darul Hikmah Inc. pada informasi akte menyimpan dengan kantor kerani Erie County, telah memenuhi $300.000 kesepakatan pada minggu ini. Bangunan tahun 1955 pada jalan Genesee tersebut, termasuk sebuah gereja dengan luas 15.875 kaki persegi, perumahan pendeta protestan, biara dan 13.338 kaki persegi sekolah.

Keuskupan masih mencoba untuk menjual 30 properti, termasuk tujuh di kota.

Darul Hikmah merupakan satu diantara empat penawar untuk properti Queen of Peace, pendeta David Bialkowski, pastur dari Gereja Katolik St. John Gualbert, anggota jemaah gereja bertanggung jawab untuk pemeliharaan dari properti tersebut.

Kelanjutan dari penjualan tersebut akan melunasi hutang-hutang yang berhubungan dengan gereja yang ditutup lainnya, begitu juga dengan hutang yang ditumpuk oleh keuskupan untuk memelihara dan biaya fasilitas pada properti tersebut, Bailkowski mengatakan.

Queen of Peace, dibangun pada akhir 1920-an, dan dirancang oleh arsitek George Dietel dan John J. Wade dalam sebuah rancangan bentuk silang yang tidak biasa dengan sekolah sebagai lengan kiri dari silangan tersebut, perumahan pendeta Protestan sebagai lengan kanan dan tempat suci di tengah, menurut penelitian daerah gereja-gereja Buffalo tahun 1995 oleh James Napora.

Properti tersebut juga tidak biasa karena petak lebarnya dari ruang hijau yang menghadap Jalan Genesee.

Sekolah St. Monica, sebuah sekolah tingkat lanjutan untuk perempuan yang dijalankan oleh Jesuit, masih menggunakan sekolah di properti tersebut dan dipersilahkan untuk melanjutkan beroperasi di sana setidaknya sampai akhir penyewaan, Hamad mengatakan.

Sebelum penjualan, altar gereja yang terlalu banyak hiasan di jual kepada sebuah anggota jamaah gereja di Colorado. Kebanyakan bangku gereja dan simbol-simbol Kristen yang lain juga telah dipindahkan, walaupun mural kanvas besar yang dibuat oleh seniman kegerejaan, Josef Mazur dan jendela-jendela kaca bergambar dengan tokoh-tokoh Kristen masih tetap ada.

Kelompok Muslim merencanakan untuk memasang karpet dan melakukan beberapa pengecatan, Hamad, seorang lulusan dari kedokteran gigi Universitas Buffalo yang pernah bekerja di Angkatan Laut sebelum kembali ke Buffalo sekitar dua tahun yang lalu, mengatakan.

“Hal yang paling utama yang saya hargai di Buffalo adalah toleransi dan penerimaan dari warga non-Muslim,” ia mengatakan. (ppt/bn/smedia)

Enzim Babi di Vaksin Meningitis Haji



PALEMBANG --- Majelis Ulama Indonesia Sumatera Selatan (MUI Sumsel) memperingatkan agar pemerintah mengganti vaksin meningitis yang digunakan untuk calon jemaah haji atau umrah karena vaksin tersebut diduga mengandung enzim dari babi.

Ketua MUI Sumsel KH Sodikun, Jum’at (24/4) mengatakan, Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Sumsel telah melakukan penelitian dengan melibatkan pakar dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) ditemukan bahwa vaksin antiradang otak (antimeningitis) untuk calon jemaah haji tersebut menggunakan enzim porchin dari binatang babi.

“MUI Sumsel melakukan penelitian tersebut setelah sekitar tiga bulan lalu mendapat laporan tentang adanya kandungan enzim babi tersebut. Lalu LPPOM MUI dengan dipimpin ketuanya Prof Nasruddin Iljas melakukan penelitian dengan melibatkan pakar dari Unsri diantaranya Prof. T. Kamaludin Direktur Program Pasca Sarjana Unsri," kata Sodikun memaparkan

"Hasilnya ditemukan adanya kandungan enzim porchin yang berasal dari binatang babi,” ujar Sodikun menambahkan.

Temuan tersebut menurut Sodikun sudah disampaikan kepada pemerintah dan MUI Pusat agar ditindaklanjuti.

“Kami meminta pemerintah segera mengganti vaksin yang digunakan sekarang dengan vaksin yang halal dan bebas darin enzim binatang yang diharamkan tersebut," ujar Sodikin.

"Sampai sekarang permintaan kami tidak mendapat tanggapan. Melalui informasi yang kami sampaikan lewat media massa, MUI Sumsel berharap Menteri Agama segera tanggap,” imbuhnya.

Sebelumnya, Prof Nasruddin Iljas Ketua LPPOM MUI Sumsel menjelaskan, negara lain seperti Malaysia telah menggunakan vaksin meningitis yang halal dari sapi.

“Jadi sudah seharusnya pemerintah pusat, khususnya Departemen Agama segera mencari alternatif pengganti vaksin meningitis yang tidak mengandung binatang babi.”

Nasruddin mengatakan, jika produk makanan, obat-obatan serta kosmetik mengandung bahan yang tidak halal maka akan menghambat bahkan menyebabkan ibadah umat Islam sia-sia. “Ini harus menjadi perhatian. Apalagi sekarang marak beredar makanan yang berasal dari daging babi,” tambahnya.

Terhadap para jemaah haji yang telah menggunakan vaksin meningitis yang mengandung enzim babi tersebut, Ketua MUI Sumsel menjelaskan, masuknya zat haram ke dalam tubuh para calon jemaah haji itu berakibat menghalangi kemabruran hajinya. Sebab syarat mabrurnya haji, selain bersih secara jiwa, para jamaah haji juga harus bersih secara raga.

“Kalau tubuh kita kemasukan zat yang diharamkan maka dapat menghalangi terkabulnya doa. Tapi bagi mereka yang tidak tahu bisa dimaafkan, yang berdosa adalah orang yang mengambil kebijakan dan mengetahui hal itu tapi tetap dilaksanakan,” tegasnya.[rofx/rpblka]

Jaddidu imanakum (Perbaharui Iman Kalian)

Ahlu Sunnah Wal Jama’ah mengatakan bahwa: “Iman itu adalah Ucapan dan perbuatan, bertambah dan berkurang, bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.” [Imam Al Bukhari]

Maka kemuliaan dan keterpujiaan seseorang berkaitan erat dengan kesungguhannya dalam menambah dan meningkatkan iman. Dan perkara yang paling berpotensi menambah dan menguatkan iman adalah ‘ILMU’, kemudian AMAL SHALEH dan ZIKRULLAH. Maka tiap kali seorang hamba menambah ilmu dan amal solehnya berarti dia sedang memperbaharui imannya dan inilah yang dimaksud oleh hadits Rasulullah Saw dalam sabdanya:

“Perbaharuilah iman kamu, beliau ditanya: “bagaimana kami memperbaharui iman kami, beliau menjawab: “perbanyaklah mengucapkan kalimat laa Ilaha Illallah. “ [HR. Ahmad : 8944 dan Al Hakim : 7766]


Allah Swt berfirman yang artinya :

“Wahai orang-orang yang beriman, berimanlah kamu dengan Allah dan Rasul Nya dan dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu…….!” [QS. An Nisa' : 136]

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “Ayat ini tidak terkait dengan tahsil al hashil (yakin agar mereka beriman; karena mereka memang sudah ada pada orang-orang mukmin), tetapi terkait dengan takmil al kamil (yakin agar mereka mempunyai iman bertambah diatas yang sudah ada). Jadi dengan mudah dan sederhana hadits diatas menjadi tafsiran bagi ayat yang sedang dikaji ini.

Perbaharuan iman sangatlah penting bagi setiap muslim, apalagi para aktivis dakwah dan para Mujahid fiesabilillah. Sebabnya ialah kesibukan rutinitas, sering kali didapati kesibukan dalam menjalankan tugas-tugas dakwah, ditambah lagi kesibukan mencari nafkah atau mengurus rumah tangga, para aktivis dakwah dan mujahid tidak sempat lagi “megurusi” Qalbunya (hatinya). Tahu-tahu qolbunya sudah “hitam pekat”; dipenuhi dengan noda akibat dosa-dosa kecil ataupun berbagai kelalaian yang tidak terasa sering ia lakukan.

Dari Abu Hurairah Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda:

“Sesungguhnya orang mukmin apabila melakukan suatu dosa terbentuklah bintik hitam didalam hatinya. Apabila ia bertaubat, kemudian menghentikan dosa-dosanya dan beristighfar bersihlah daripadanya bintik hitam itu. Dan apabila dia terus melakukan dosa bertambahlah bintik hitam pada hatinya sehingga tertutuplah seluruh hatinya, itulah karat yang disebut Allah didalam kitabnya: “sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang mereka usahakan telah menutup hati mereka.” [QS. Al Mutaffifin : 14]. [HR. Al Baihaqi]

Kata Imam al Ghazali, Qalbu itu ibarat cermin. Saat seseorang melakukan dosa/maksiat, maka ada satu nukhtoh hitam menodai Qalbunya. Semakin banyak dosa, semakin banyak nutoh itu menutupi Qalbunya. Jka sudah tertutupi banyak nukhtoh hitam, Qalbu yang ibarat cermin itu tidak bisa lagi digunakan untuk bercermin; untuk “mengaca diri” dan mengevaluasi diri. Saat demikian, kepekaan spiritual biasanya, akan lenyap dari dirinya. Jika sudah seprti itu, jangankan dosa kecil, apalagi sekadar berbuat makruh dan melakukan banyak hal mubah yang melalaikan, dosa besar sekalipun tidak lagi dianggap besar. Jangankan meninggalkan hal sunnah, meninggalkan kewaibanpun sudah dianggap biasa. Pasalnya, kepekaan Qalbunya nyaris hilang; tidak lagi mampu mendeteksi dosa, apalagi dosa yang dianggap kecil.

Padahal, lihatlah kepekaan Abu Utsman An Naisaburi. Suatu saat, pernah sandalnya putus dalam perjalanannya untuk shalat jum’at dan ia butuh waktu satu jam untuk memperbaikinya. Lalu ia berkata, “Sandal ini putus mungkin karena aku tidak mandi hari jum’at.”

Seorang generasi salaf juga pernah berkata, “Aku pernah mengnggap sepele sesuap makanan (yang syubhat), lalu aku memakannya. Sekarang, aku seperti kembali ke empat puluh tahun yang lalu.”

Demikianlah. Maksiat itu tidak jarang melahirkan maksiat yang lain. Jika maksiat sering dikerjakan maka terjadilah akumulasi maksiat. Dosa-dosa kecilpun akhirnya menjadi besar.

Pengabaian perkara ini secara berturt-turut tanpa penanganan serius sering menjadikan aktivis dakwah dan jihad berkurang kadar “keimanan” dan amal-amal batiniyahnya, semisal ikhlas. Bahkan amaliah batin lainnya – seperti jujur, yakin, zuhud, tawakkal, takut, taubat, berserah diri dan cinta kepada Allah Swt - mungkin juga hilang dari dirinya. Semua itu sering terjadi karena ia mengabaikan Qalbunya dalam kondisi demikian, boleh jadi seorang aktivis dakwah menjadi hanya banyak berkata-kata yang tidak berguna, makan secara berlebihan, berinteraksi dengan orang lain bukan demi kemaslahatan dakwah dan jihad, banyak tidur dan bermalas-malasan, menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak ada faedahnya-meski pun mungkin tidak melakukan perkara yang haram atau makruh dan syubhat.

Akibat lanjutannya, nuansa spiritual hilang dari kehidupannya. Dakwahnya terjebak dalam rutinitas. Pengaruhnya tak lagi membekas. Kata-katanya kering dari nilai ruhaniyah. Retorikanya tak lagi menggugah, apalagi mendorong orang untuk segera menjemput hidayah dan bertaqorrub kepada Allah. Bahkan tidak jarang, ghirah dakwahnya menurun dan himmahnya pun tak lagi menyala-nyala; sedikit demi sedikit meredup hinga akhirnya padam.

Seorang aktivis dakwah yang mengalami hal-hal semacam itu tentu tidak boleh terlena dan berdiam diri. Ia harus segera bangkit dan memperbaharui imannya.

Banyak sarana yang bias digunakan untuk memperbaharui iman. Sekadar contoh; ziarah kubur; mengunjungi orang-orang shalih, orang-orang bertakwa, ulama terpercaya, para mujahid dan orang-orang ikhlas; membaca sekaligus menyilami sirah generasi salaf, para ahli ibadah, orang-orang zuhud, para mujahid, para pembela kebenaran, orang-orang sabar dan orang-orang bersyukur; meningkatkan porsi ibadah; menyendiri (ber-khalwat) setiap hari atau dari waktu kewaktu walaupun Cuma sebentar; memperbanyak khatam Al Qur’an, berdoa, qiyamullail, bersedekah lebih banyak dari pada sebelumnya; dsb.

Membaca biografi mujahid seperti Khalid bin al-Walid, misalnya, akan mampu membuat seorang aktivis dakwah meremehkan dunia, syahwat dan kenikmatannya yang bersifat sesaat; membuat dirinya selalu mencintai kematian, tentu di jalan kemuliaan.

Membaca biografi orang-orang zuhud dan shaleh akan menumbuhkan kezuhudan dan kesalihan dalam Qalbunya. Membaca biografi para ahli ibadah akan mampu mendidik jiwa untuk gemar melakukan qiyamullail, shaum sunnah, zikir, berdo’a, khusyuk dan menangis karena takut Allah Swt. Membaca biografi orang-orang yang gemar bertobat dapat menumbuhkan benih-benih tobat dalam Qalbunya; juga membuka kran-kran air mata penyesalan pada dirinya yang tadi tidak kenal menangis karena takut Allah Swt.

Saran lain untuk memperbaharui iman adalah menyendiri (ber-khalwat) dengan dirinya sendiri; di luar qiyamullail, zikir dan membaca Al Qur’an. Disebutkan dalam salah satu atsar bahwa orang berakal mempunyai empat waktu. Salah satunya ialah saat ia menyendiri. (khalwat).

Ber-khalwat sangat urgen bagi aktivis dakwah. Dengan ber-khalwat ia dapat ‘berduaan’ dengan Allah Swt, damai dan dekat dengan-Nya. Dengan ber-khalwat aktivis islam juga dapat mengevaluasi dirinya. Ketika ber-khalwat ia ingat akan dosa-dosa sekaligus menumpahkan air mata penyesalan dan tobat kepada-Nya; malu, cinta dan tunduk kepada kebesaran-Nya.

Semua upaya itu, insya Allah, akan mengembalikan kepekaan spiritual dalam diri seorang aktivis dakwah. Karena setiap waktu imannya adalah iman yang selalu baru; iman yang semakin menghujam dalam Qalbu.

Wama taufiqi illa billah.

Jauhi Ulama Penguasa

Berikut adalah beberapa riwayat yang seharusnya membantu menyadarkan umat akan adanya perbedaan antara ulama yang benar dan palsu. Kebanyakan dari ulama yang benar pada hari ini, tidak lain berada di dalam tahanan atau di barisan depan pada medan pertempuran.

‘Abdullah Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda:

“Akan ada penguasa yang kamu kenal dari mereka yang baik dan jahat. Siapa saja yang menentangnya akan selamat. Siapa saja yang berlepas dir darinya akan selamat. Dan siapa saja yang bersama dengan mereka akan binasa.”
(Dikoleksi oleh Ibnu Abi Syaibah dan At-Tabarani; Al-Al Bany dalam “Shahih Al-Jaami’”, Hadits No. 3661)

Abul A’war As-Sulami berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

Hati-hati terhadap pintu-pintu penguasa; di sana ada kesukaran dan kehinaan.”
(Dikoleksi Oleh Ad-Dailamii dan At-Tabaraani; Al-Al Bany “As-Silsilah As-Shahiihah, Hadits 1253)


Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda,

“Siapa saja yang mendekati pintu-pintu penguasa akan menderita. Siapa dari seorang hamba yang semakin mendekati penguasa, dia hanya memperbesar jarak dari Allah.”
(Dikoleksi oleh Ahmad; Al-Al Bany dalam “Sahiih at-Targhiib wat-Tarhiib”, hadits no. 2241)

Jaabir Ibnu ‘Abdillah berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, kepada Ka’ab Ibnu Ujrah,

“Wahai Ka’ab Ibnu Ujrah, Aku mencari lindungan Allah untukmu dari kepemimpinan orang bodoh. Akan ada penguasa, siapa saja yang datang kepada mereka kemudian membantu mereka dalam kezaliman dan membenarkan kebohongan mereka, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan tidak membantu mereka dalam kezaliman mereka, tidak juga membenarkan kebohongan mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya, dia akan diizinkan menuju ke Haud (Telaga Rosulullah saw. di surga).”
(Dikoleksi oleh Ahmad, Al-Bazzar, Ibnu Hibban; Al-Al Bany dalam “Shahih At-Targhib wat Tarhib”, Hadits No 2243)

Selain itu, ada berbagai riwayat dari perkataan Shahabat, yang dalam hal ini As-Suyuti telah mengumpulkan dari ‘Ali Abi Thalib, Ibnu Mas’ud, Hudzaifah Ibnu Al-Yaman, dan Abi Dzar, riwayat yang memperingatkan mendekati penguasa atau pintu-pitu penguasa. Lihatlah “Maa Rawahul Asaatiin Fii ‘Adam Al Majii’ Ilas Salaatin”.

Ada begitu banyak dengan pengertian yang sama, berikut beberapa contoh:

Ibnu Mas’ud berkata,

“Siapa saja yang menginginkan kemuliaan diennya, maka dia seharusnya tidak datang kepada penguasa.”
(dikoleksi oleh Ad-Daarimi)

Ibnu Mas’ud juga berkata,

“Seorang pria datang kepada penguasa, membawa diennya dengannya, maka pergi tanpa membawa apapun.”
(Dikoleksi oleh Al-Bukhari dalam “Taarikh”nya dan Ibnu Sa’ad dalam “At-Tabaqaat”).

Hudzaifah Ibnu Al-Yaman berkata,

“Sungguh! Seharusnya tidak ada diantara kalian yang jalan walaupun satu hasta ke arah penguasa.”
(Dikoleksi oleh Ibnu Abii Syaibah)

Dia mengumpukan dari ulama setelah Salaf, riwayat yang sama dari Sufyan At-Tsauri, Sa’id Ibnu Al-Musayyib, Hammad Ibnu Salamah, Al-Hasan Al-Basri, Ibnu Al-Mubarak, Abi Haazim, Al-Awzaa’i dan Al-Fudhail Ibnu Al ‘Iyaad.

Disini adalah beberapa contoh dari Ulama Salaf:

Sufyan At-Tsauri berkata,

“Jangan pergi, walaupun jika mereka memintamu untuk mengunjungi mereka hanya untuk membacakan ‘qul huwallaahu ahad’.”
(Dikoleksi oleh Al-Baihaqi)

Maalik Ibnu Anas berkata,

“Aku bertemu lebih dari 10 dan beberapa Taabi’in, semua dari mereka berkata, jangan pergi kepada mereka, jangan menegur mereka, yang berat ke penguasa.”
(Dikoleksi oleh Al-Khatib Al-Baghdaadi dalam “Ruwah Maalik”).

Sufyan At-Tsauri berkata,

“Memandang penguasa adalah sebuah dosa.”
(Dikoleksi oleh Abi Ali Al Aamudi dalam “Ta’liiq”nya)

Bisyr Al-Haafi berkata,

“Betapa menjijikkan apakah itu permohonan untuk melihat seorang ulama, tetapi kemudian untuk mendapatkan jawaban bahwa dia berada di pintu penguasa.”
(Dikoleksi oleh Al-Baihaqi dalam “Syu’ab Al-Imaan”)

Hal yang masih tersisa adalah masalah bahwa: bukankah berbicara kebenaran di depan penguasa tiran adalah jihad yang paling besar? Jawabnya adalah : ya, tetapi riwayat yang lain menyebutkan mengapa itu adalah jihad yang paling besar dan syahid (bagi pelakunya), karena setelah dia menyerukan kebaikan dan mencegah kemunkaran, penguasa membunuhnya. Ini benar-benar nyata berbicara tentang kebenaran, tidak mengikuti hawa nafsu dan mengunjungi penguasa secara harian sampai ulama tersebut kemudian menjadi penasehat pribadinya.

Orang-orang Salaf takut bahwa kebanyakan orang-orang begitu lemah untuk berdiri tegak di depan penguasa, tetapi malah akan terpengaruh oleh kekuasaannya dan kekayaan, dengan demikian menjustifikasi dan mengkompromikan dien dengan penguasa, dimana persis dengan apa yang kita lihat di hari ini pada “ulama” kita. Betapa bijaknya orang-orang Salaf dan betapa bodohnya (sebahagian besar) Khalaf (ulama masa kini).

Wallahu’alam bis showab!

Condoleezza Rice Pernah Izinkan Siksa Tahanan

Menteri Luar Negeri (Menlu) AS rra George W Bush, Condonleezza Rice pernah mengizinkan menyiksa tahanan

Hidayatullah.com--Menteri luar negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) era presiden George Walker Bush, Condoleezza Rice, diketahui pernah mengizinkan permintaan Badan Intelijen CIA untuk menerapkan penyiksaan waterboarding dalam menginterogasi tersangka teroris Al-Qaidah, Abu Zubaydah pada Juli 2002.

Keputusan ini diambil Rice saat ia masih menjabat penasehat keamanan nasional. Izin diberikan kepada Direktur CIA saat itu, George Tenet. Pemberian izin ini menandai penggunaan metode waterboarding untuk pertama kalinya.

Teknik interogasi itu dilakukan dengan cara mengikat tangan dan merebahkan tubuh tersangka di atas papan, kemudian menuangkan air ke wajahnya yang terbungkus karung. Efek penderitaan waterboarding setara dengan teknik menenggelamkan kepala terperiksa ke dalam bak yang penuh air.

Peranan Role ini terungkap dalam sebuah dokumen yang dipublikasikan oleh Komisi Intelijen Senat AS pada Rabu (22/4). Dokumen itu berisi rincian kronologi perkembangan program interogasi CIA di Gedung Putih. Sejumlah perbedaan pendapat juga terlihat dikesampingkan dalam catatan kronologi metode tersebut.

Dokumen ini menunjukkan Rice memiliki peran yang lebih besar dari yang ia akui akhir tahun lalu melalui kesaksian tertulis kepada Komisi Pertahanan. Sebelumnya Rice hanya mengaku mengikuti rapat membahas penggunaan metode itu dan meminta jaksa agung membuat peninjauan hukum.

Beberapa hari setelah izin diberikan, Departemen Kehakiman juga memberi izin dalam memo rahasia bertanggal 1 Agustus. Pada bulan yang sama, Zubaydah diinterogasi dengan teknik ini sebanyak 83 kali.

Juru bicara Rice menolak memberi komentar ketika dihubungi.

Kronologi ini terbit sehari setelah Komisi Pertahanan mengeluarkan laporan yang menunjukkan hubungan antara program interogasi kasar CIA dan penyiksaan tahanan di penjara Teluk Guantanamo di Kuba, Afghanistan, dan penjara Abu Ghraib di Iraq.

Syeikh Al Azhar: “Pembatasan Keturunan Haram!”

Syeikh Al Azhar bedakan antara pembatasan ketururnan dan penataan keluarga, yang satu haram, yang kedua mubah

Hidayatullah.com--Dr.Muhammma d Sayyid At Thanthawai, Syeikh Al Azhar fatwakan bahwa pemerintah tidak berhak membuat undang-undang untuk membatasi keturunan, untuk menghindari peningkatan jumlah penduduk.

Dr. Thantawi mengatakan demikian di pertemuannya di Masyikhah Al Azhar pada hari Selasa (24/4) dengan utusan Kementerian Wakaf dan Urusan Agama dari Yordan Syeikh Jamal Husain AL Bathaniyah, yang sengaja datang ke Mesir untuk mempelajari pengalaman Mesir dalam mengatasi pertambahan jumlah penduduk.

“Menurut saya tidak sah dan tidak boleh ada undang-undang demikian, dan pemerintah tidak mmiliki hak untuk membatasi keturunan setiap keluarga, karena masalah itu termasuk masalah pribadi, yang menyangkut suami-istri saja,” jawab At Thathawi, ketika ditanya mengenai kemungkinan pemerintah untuk membatasi jumlah keturunan melalui undang-undang.

Menurut beliau penataan keluarga tidak bisa diselesaikan dengan undang-undang, karena setiap keluarga memiliki kondisi yang berbeda. Hal yang demikian hanya bisa diselesaikan dengan memberikan pemahaman.

Beliau membedakan antara penataan keluarga (tandhim al usrah), dengan pembatasan keturunan. Tandhim al usrah merupakan kesepakatan suami-istri untuk menggunakan cara tertentu, untuk mengatur jarak kehamilan atau menghindari kehamilan sama sekali, ini adalah hal yang dimubahkan. Adapun pembatasan keturunan atau pelarangan terhadap kelahiran secara permanen adalah hal yang diharamkan, dalam keadaan apa pun. [tho/Iol/www.hidayatullah.com]

Petraeus : Afghanistan Lebih Sulit Dibanding Irak

Print Recommend (1) Comment (5)

AFGHANISTAN (Arrahmah.com) - Memerangi "ekstrimis" dan membawa "kestabilan" di Afghanistan dan Pakistan ternyata menghabiskan komitmen yang besar, ujar Jenderal David Petraeus, Jumat (24/4).

Afghanistan dan Pakistan merupakan wilayah dimana terdapat "tekanan ekstrimis terkuat di dunia" lanjut Petraeus.

Obama, pada bulan lalu mengumumkan satu strategi komprehensif terbaru untuk menghadapi perlawanan para mujahidin. Salah satu strateginya yaitu mendatangkan ribuan tentara baru ke Afghanistan, meningkatkan pelatihan untuk tentara boneka Afghan juga menggandeng "teman-teman" baru dalam perang di Afghanistan termasuk Rusia.

Petraeus mengatakan walaupun kebutuhan akan peningkatan personil militer telah dipenuhi, "mereka harus didampingi lebih intensif untuk menghadapi objek kami."

"Itu sama pentingnya dengan unsur bantuan dari sipil Afghanistan dan Pakistan. Untuk mengakhiri ini semua, bantuan terpenting adalah yang datang dari warga sipil Afghan untuk mengimplementasikan startegi terbaru kami," ujarnya.

Petraeus mengatakan, Afghanistan memiliki tantangan tersendiri, berbeda dengan Irak, jauh lebih sulit.

"Dalam banyak pengakuan, Afghanistan merepresentasikan kesulitan yang lebih dalam," lanjutnya.

Secara geografi, Afghanistan dikelilingi oleh pegunungan, hal ini yang membuat tantangan tersendiri bagi tentara teroris yang berada di Afghanistan.

"Penduduk Afghan tidak bisa begitu saja percaya pada kehadiran kami."

"Mereka tidak mudah percaya bahwa kami datang untuk membantu dan menjamin keamanan mereka, menjadi partner bagi mereka," klaim Petraeus tanpa mempertimbangkan jatuhnya ribuan korban sipil akibat kebrutalan tentara teroris AS dan sekutunya.

Petraeus melanjutkan bahwa dirinya membutuhkan dukungan dana lebih banyak lagi untuk "mengakhiri" perang di Afghanistan dan menghadapi perlawanan para "ekstrimis". (haninmazaya/arrahmah.com)

Karena Stress, Tentara Perempuan Kanada Bunuh Diri

KANDAHAR (Arrahmah.com) - Seorang tentara perempuan anggota markas besar Pasukan Tugas Kanada ditemukan tewas di kamarnya di Bandar Udara Kandahar Afghanistan. Ia disinyalir membunuh dirinya sendiri.

Namun, Kementrian Pertahanan Kanada mengumumkan bahwa kematian Mayor Michelle Mendes (30) sebelumnya telah direncanakan dan diatur oleh pihak-pihak tertentu.

Kematian Mendes menambah jumlah tentara Kanada yang meninggal di Afghanistan sejak awal misinya tahun 2002 menjadi 118 orang, termasuk tiga orang tentara wanita.

Walaupun penyebab kematian belum jelas, namun hingga saat ini dugaan kuat insiden kematian itu diakibatkan oleh bunuh diri atau kasus salah pengobatan.

Menurut Departemen Pertahanan Nasional dan Layanan Kesehatan Pasukan Kanada, sebanyak 14 persen dari tentara Kanada yang kembali dari Afganistan dilaporkan mengalami gejala stres akibat pengalaman yang tidak menyenangkan dan 6,5 persen mengalami gejala tekanan traumatis atau post-traumatic stress disorder (PSTD), depresi, atau keduanya.

Trauma yang berlipat-lipat ganda di Afganistan juga menyebabkan tekanan yang cukup besar bagi para keluarga masing-masing personil militer di Kanada. Di Pusat Phoenix bagi Anak dan Keluarga di Pembroke, Ontario, jumlah kasus ini melonjak jadi 71 keluarga -- dari 12 keluarga sebelum misi mematikan di Kandahar dimulai tiga tahun yang lalu.

Pihak Phoenix sedang berusaha memahami persoalan yang bervariasi mulai kelakuan seperti anak kecil yang dikemudikan oleh kegelisahan sehingga suka mengompol dan suka tiba-tiba menyerang, sampai kekerasan rumah tangga, depresi, dan juga perceraian.

Kanada telah menyebarkan sekitar 2.800 personil tentaranya sebagai bagian dari Pasukan Keamanan Internasional yang dipimpin oleh NATO di Afganistan selatan.

Minggu lalu, tentara Karine Blais (21) meninggal dan empat orang tentara lainnya mengalami luka-luka akibat ledakan di distrik Shah Wali Khot, sebelah utara Kandahar. (Althaf/ptv/arrahmah.com)

Senin, 20 April 2009

Kembalinya Pengikut Ahmadiyah di Tasikmalaya ke Jalan yang Benar



ImageAlislamu.com -- "Asyhadu anllaa ilaha illallah Wa Asyhadu anna muhaammadarrasullullaah.'' Dua kalimat syahadat itu bergema di Masjid Al-Barokah, Desa Tenjowaringin, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jumat (17/4). Sekitar pukul 09.30 WIB, sebanyak 35 warga desa itu berikrar untuk memeluk Islam, satu-satunya agama yang diridai Allah SWT.

Disaksikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan Selawu, Nana Rohana, ke-35 warga desa itu secara ikhlas meninggalkan keyakinan lama mereka. Selama bertahun-tahun, mereka menjadi pengikut aliran Ahmadiyah --sebuah keyakinan yang telah dinyatakan ulama di berbagai negara di dunia sebagai paham keagamaan yang sesat dan menyesatkan.

Seusai bersyahadat, dari wajah ke-35 warga desa yang terdiri atas 15 pria dan 20 wanita itu mengembang senyum penuh kebahagiaan. Dengan penuh kehangatan, mereka disambut warga dan jamaah masjid. Mereka pun bersalaman dan berpelukan erat. Semua umat muslim yang ada di sekitar masjid menyambut kembalinya saudara-saudara mereka pada keyakinan Islam yang sebenarnya.

Rona bahagia juga terpancar dari paras Eti Sukmawati (41 tahun). Warga Kampung Citeguh, Desa Tenjowaringin, Salawu, itu mengaku telah menganut ajaran Ahmadiyah sejak lahir. ''Saya memang menganut ajaran ini sejak kecil, tapi saya tidak mengerti banyak tentang ajaran ini,'' tutur Eti kepada Republika.

Selama menjadi pengikut Ahmadiyah, Eti mengaku hatinya selalu dibayangi kebimbangan. Dalam hati kecilnya, terselip sebuah ketidakpercayaan tentang sosok-sosok yang dijadikan panutan oleh jamaah Ahmadiyah. Sejak remaja, menurut Eti, dirinya tak bisa menerima sosok Mirza Ghulam Ahmad--figur yang diyakini pengikut Ahmadiyah sebagai nabi.

''Buat saya sosok itu tak lebih dari sebuah dongeng yang sering diceritakan orang tua sejak kecil,'' ujar Eti menegaskan. Perlahan namun pasti, Eti pun mulai meninggalkan ajaran yang diragukannya itu setelah dipersunting Sughandi (45 tahun) pada 1990. Meski belum secara resmi menyatakan keluar dari Ahmadiyah, ia mengaku mulai mengurangi dan meninggalkan ajaran itu.

Menurut Eti, suaminya sudah kembali ke ajaran Islam sejak lama. Beberapa bulan terakhir, tekadnya untuk meninggalkan Ahmadiyah kian membuncah. Dengan penuh keikhlasan dan tekad bulat, Jumat (17/4), ia pun bergabung dengan warga lainnya berikrar untuk memeluk agama Islam.

Kisah yang hampir sama juga terlontar dari Tariyan (49 tahun). Pegawai negeri sipil (PNS) yang mengajar di salah satu sekolah dasar negeri (SDN) di desa itu mengaku sejak kecil telah menjadi penganut Ahmadiyah. Menurut dia, keluarga besarnya yang terdiri atas sembilan kepala keluarga (KK) merupakan penganut ajaran Ahmadiyah yang berasal dari negeri Hindustan, India.

Ajaran itu, papar Tariyan, telah dianut keluarga besarnya sejak 1955. Sejak remaja, papar Tariyan, dia merasa janggal dengan ajaran Ahmadiyah yang diturunkan orang tuanya. Ia pun kerap melanggar dan menolak setiap perintah orang tuanya dalam melaksanakan ajaran Ahmadiyah.

Sikap serupa juga dilakukan anggota keluarga yang lain. Perlahan-lahan, penganut Ahmadiyah pun mulai berkurang. Kini, kata Tariyan, tinggal enam KK lagi yang masih bertahan menganut ajaran Ahmadiyah. Menurut dia, banyak tata cara ajaran Ahmadiyah yang janggal.

Selain itu, setiap penganut Ahmadiyah pun dibebani berbagai macam jenis iuran yang wajib dibayar kepada pengurus harian aliran itu. ''Ada sekitar 36 jenis iuran yang dibebankan kepada kami. Dan, itu harus dipatuhi jika tidak ingin kena masalah,'' tuturnya.

Wakil Ketua GP Anshor Kabupaten Tasikmalaya, Dudu Rachman, menyatakan, jumlah penganut ajaran Ahmadiyah di Kecamatan Salawu mencapai 3.500 orang. ''Hingga saat ini, sudah ada 33 KK yang telah berikrar kembali kepada agama Islam,'' ujar Dudu. Pihaknya berharap, jumlah warga yang kembali kepada ajaran Islam bisa terus bertambah.

Kecamatan Salawu yang berjarak 40 kilometer dari Kota Tasikmalaya, merupakan basis penganut Ahmadiyah di kabupaten itu. Di kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Garut di sebelah barat itu, terdapat Desa Tenjowaringin yang sejak masa kolonial Belanda dikenal sebagai pusat pertumbuhan dan perkembangan ajaran Ahmadiyah. (rpb/fani)

Kaum Muslimin di Somalia Ratakan Kuburan yang Tidak Sesuai dengan Syari'at Islam



ImageAlislamu.com -- Kaum muslimin di Kota Kismoyo di Selatan Somalia melakukan gotong royong untuk meratakan kuburan yang dianggap menyelisihi syari'at Islam. Kuburan itu diratakan hingga tingginya sama dengan tanah dan tidak lagi menyelisihi syari'at Islam.

Mayoritas kuburan yang diratakan itu adalah miliknya kaum Syi'ah Itsna 'Asyariyah. Kuburan mereka diratakan karena diatas kuburannya dibangun bangunan yang hal itu dianggap menyelisihi syari'at Islam dalam pembangunannya. Sedikitnya ada 94 kuburan milik mereka yang diratakan.

"Kebanyakan kuburan yang kami ratakan adalah miliknya kaum Syi'ah, karena kuburan mereka dibangun dengan cara-cara yang menyelisihi syari'at Islam," kata Syaikh Sa'id Abdullah sebagaimana dikutip oleh situs Aljazeera.

Diratakannya kuburan mereka, Selain karena menyelisihi syari'at Islam tapi juga karena dijadikan sebagai tempat meminta barokah dan banyak diantara mereka yang meletakkan air beberapa malam di kubur itu lalu mereka mengambilnya untuk dijadikan sebagai obat.

Selain meratakan kuburan yang di atasnya dibangun bangunan, kaum muslimin di kota itu juga memindahkan kuburan yang berada di dalam masjid bila kuburan itu ada setelah dibangunnya masjid. Tapi, bila kuburan itu dibangun terlebih dahulu daripada masjidnya, maka masjidnya yang mereka ratakan karena yang demikian itulah yang sesuai dengan tuntunan syari'at Islam.

"Kami juga mengeluarkan kuburan yang dibangun di dalam masjid, dan kami juga menghancurkan masjid yang dibangun di atas kuburan karena hal itu menyelisihi syari'at Islam," katanya.

Perataan kubur dan memindahkan kuburan yang ada di dalam masjid itu untuk mencegah terjadinya perbuatan syirik yang dilakukan oleh masyarakat awam, karena pada hakekatnya orang yang telah mati tidak dapat memberi manfaat ataupun sebaliknya. (aljz/alm/fani)

DISKUSI PANJANG ANTARA LIBERAL VS ORANG AWAM…YG AKHIRNYA SI LIBERAL MAIN KEROYOKAN TAPI TETAP KEOK

Inilah rekaman diskusi via surat elektronik (email) antara seorang awam (Yusuf Anshar) dengan seorang intelek liberal yang tidak lain adalah Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla.

Sesungguhnya syubhat-syubhat (wacana-wacana untuk menimbulkan keraguan dan kerancuan terhadap ajaran Islam) yang dilontarkan oleh kaum liberal tidaklah bernilai apa-apa. Untaian dalil-dalil al-Quran dan al-Hadits sudah cukup jelas dan lugas untuk membantah ocehan dan bualan mereka yang ngawur.

Bila kemudian seorang awam membantah bualan mereka dengan sedikit berolah-akal, hal itu karena "gemas" melihat kepongahan dan kelancangan mereka. Seakan-akan hanya merekalah yang berakal, sedang orang-orang yang beragama dengan "lugu" (lurus dan gugu = taat) adalah orang-orang yang pandir (sufaha'). Keculasan berpikir mereka sangka kecerdasan berpikir. Keliaran dan kebablasan berpikir mereka kira bagian dari kebebasan berpikir. Puhh!!

Dalam perdebatannya, "orang awam" tidak banyak mengutip dalil (al-Quran dan al-Hadits). Asumsinya, kaum liberal sebetulnya tidak percaya dengan keduanya. Kalaupun percaya (percaya macam apa?), al-Quran dan al-Hadits bagi mereka hanyalah sebagai objek permainan, bahan diskusi dan perdebatan, bukan sebagai sumber pengetahuan dan petunjuk.

Diskusi ini terbagi atas beberapa babak:

1) Orang awam menekuk intelek liberal
Diskusi awal yang berlangsung lewat email pribadi. Sebelum mempublikasikan diskusi ini, orang awam terlebih dahulu mengirimkan email pemberitahuan tapi tidak digubris oleh sang intelek liberal. Bukti otentik (file PDF) diskusi ini bisa download di sini.

2) Orang awam meringkus intelek liberal
Dengan menggunakan nama "abdul razak", orang awam ikut nimbrung di milis JIL untuk menyebarkan alamat website yang memuat diskusi pertama di atas sekaligus membantah para intelek liberal.

3) Orang awam membanting intelek liberal
Setelah "abdul razak" ditendang dari milis JIL, orang awam berulang kali masuk ke milis dengan beberapa kali ganti nama (berhubung kepesertaannya di milis selalu dicabut) untuk membanting tulisan-tulisan Ulil.

tentang maqashid as-syariah
tentang kritik terhadap otoritas hadits
4) Orang awam menantang intelek liberal
Berhubung kepesertaan orang awam di milis selalu berujung dengan pencekalan dan pencabutan maka ia mencoba menantang diskusi babak kedua. Semula Ulil menyetujui, tapi kemudian keder lagi.

5) Orang awam membungkam intelek liberal
Karena tantangan diskusi babak kedua ditolak, orang awam terpaksa memantau tulisan-tulisan Ulil di milis dari jarak jauh dan menuangkan bantahannya disini sebagai suatu "diskusi monolog". Terdiri dari:

ocehan intelek liberal tentang khilafah
bualan intelek liberal tentang pindah agama
tipuan intelek liberal tentang sikap beragama
jampi-jampi intelek liberal tentang ekonomi
ilusi intelek liberal tentang realitas objektif
racauan intelek liberal dalam perjalanan di Paris
Selamat mengikuti!

Muslim Awam Menekuk Intelek Liberal
[ HOME ]


Date:Sun, 12 Dec 2004 18:59:35 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:ingin tahu
To: "Ulil Abshar-Abdalla"
Salam sejahtera untuk Anda dan rekan2 semua. Saya ingin mengetahui lebih mendalam tentang pemikiran Islam Liberal. Sejujurnya, saya adalah orang yang awam, yang tidak pernah mengecam pendidikan formal yang tinggi, baik dalam ilmu agama maupun umum. Saya hanya lulus SMA, pernah sempat kuliah di PT dan D3 tapi semuanya putus di tengah jalan. Saya lebih senang belajar mandiri (autodidak) terutama lewat membaca buku-buku, baik buku umum, terutama buku agama (Islam). Oleh karena saya orang awam, saya mengharap uraian Anda tidak dengan bahasa yang sukar (njlimet). Sesuai dengan pesan Rasulullah saw: "Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal mereka!" Saya rasa Anda menerima Hadits di atas, karena Hadits tsb agaknya tidak bertentangan dengan ilmu psikologi komunikasi modern. Dan setahu saya JIL menerima hal yg demikian. Mudah2an Anda bersedia membagi pengetahuan dengan saya yg awam ini dan terimakasih sebelumnya.

Wassalam,
Yusuf
Date: Mon, 13 Dec 2004 10:45:36 -0800 (PST)
From: "Ulil Abshar-Abdalla"
Subject: Re: ingin tahu
To: "yusuf anshar"
Salam,
Silahkan mengunjungi situs JIL www.islamlib.com. Semua bahan-bahan yang anda butuhkan tentang JIL ada di sana.

Selamat membaca!

Ulil
Date:Tue, 14 Dec 2004 17:03:34 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:tentang kalian
To: "Ulil Abshar-Abdalla"
Setelah saya membuka-buka dan menelaah beberapa link dalam situs islamlib (utamanya link "Tentang Kami"), saya akhirnya mengambil kesimpulan mengenai Islam Liberal sbb:

Islam Liberal adalah suatu bentuk penafsiran terhadap Islam secara bebas dengan mengabaikan aqidah dan qaidah yang ada dalam Islam itu sendiri. Sistim pemikiran seperti ini jelas bathil dan sesat. Kenapa demikian? Begini logikanya:

a. Semua upaya penafsiran (pemikiran) sebebas apapun dia, tentu menggunakan metode, kaidah atau proses berpikir tertentu; kalau tidak demikian, itu bukan tafsir sebagai buah pikir melainkan lebih pantas disebut ngawur, nglantur atau nglindur. Kesimpulannya, tidak ada pemikiran yang bebas nilai, dia harus menggunakan kaidah berpikir tertentu agar diakui sebagai buah dari suatu proses berpikir.

b. Islam memiliki sejumlah nilai-nilai (aqidah dan qaidah) itu pasti (dan itu diakui oleh JIL sendiri), terlepas dari adanya sejumlah perbedaan pendapat terhadap beberapa materi dalam aqidah/qaidah tersebut. Nilai-nilai itulah yang harus digunakan agar buah pemikiran (penafsiran) kita terhadap Islam mendapat pengakuan sebagai bagian dari Islam. Sebagaimana halnya sebuah karya ilmiah dalam bidang ilmu tertentu, tidak akan mendapat pengakuan apa-apa bila tidak menggunakan metode ilmiah yang sesuai dengan bidang pembahasan karya tersebut, apakah itu fisika, sosiologi dan lainnya.

c. Nah, karena JIL tidak menggunakan aqidah dan qaidah Islam secara disiplin dan konsisten (kecuali yang sesuai dengan selera berpikirnya) dalam melakukan penafsiran bagaimana mungkin layak untuk diterima sebagai bagian dari Islam. Bahkan sudah sepantasnya kalau menurut Islam - sekali lagi menurut Islam - JIL adalah sesat dan keluar dari Islam; meskipun menurut pemikiran liberal sah-sah saja. Jadi, bertaubatlah!

"Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka. Dan peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri..." (QS 6:70)

"Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai permainan dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mendebat ayat-ayat Kami." (QS 7:51)

Wassalam,
Yusuf
Date:Sun, 19 Dec 2004 22:40:10 -0800 (PST)
From: "Ulil Abshar-Abdalla"
Subject:Re: tentang kalian
To:"yusuf anshar"
Salam,
Sebaiknya anda belajar dan membaca lebih banyak agar tidak mudah menganggap bathil suatu ide.

Islam tidak membutuhkan orang-orang yang picik-pikiran dan suka menyesatkan sesama Muslim.

Baca lagi dan baca lebih banyak lagi.

Ulil
Date:Mon, 20 Dec 2004 17:58:17 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:picik
To: "Ulil Abshar-Abdalla"
Saya sangat setuju dengan anjuran anda utk banyak membaca (itu hobi saya). Tapi tolong jawab pertanyaan saya:

Apakah menerima semua pendapat atau tidak menolak satupun pendapat adalah syarat utk terhindar dari picik-pikiran?

Apakah tidak ingin dikatakan sesat bukan salah satu bentuk picik-pikiran?

Lebih jauh lagi (saya ingin tahu aqidah kaum liberal); apakah menurut anda tidak ada dikhotomi antara haq dan bathil, benar dan salah, lurus dan sesat?

Wassalam,
Yusuf
Date:Mon, 20 Dec 2004 19:26:11 -0800 (PST)
From: "Ulil Abshar-Abdalla"
Subject:Re: picik
To:"yusuf anshar"
Salam,
Anda boleh menerima atau menolak pikiran atau ide. Tetapi tidak berhak menyesatkan suatu ide. Itu bukan cara yang baik untuk berdiskusi. Apalagi anda hanya membaca sekelumit pikiran, dan dengan gampang menuduh suatu pikiran yang sekelumit itu sebagai sesat. Ini adalah model Islam a la Hartono Ahmad Jaiz (anda kenal, pengarang buku "Paham Sesat dalam Islam" itu?). Paham Hartonoisme ini yang membuat situasi diskusi dalam Islam menjadi tidak kondusif, karena dengan mudah sesorang disesatkan, dikafirkan, disyirikkan, dst.

Akidah kaum Muslim liberal adalah bahwa setiap pemahaman kita atas Islam adalah relatif, karena tidak ada yang tahu kebenaran mutlak selain Allah dan rasul-Nya. Kita adalah manusia relatif yang mencoba untuk memahami kebenaran. Wahyu telah berhenti. Setiap orang bisa mengutip ayat atau hadis, tetapi pada akhirnya apa yang ia katakan adalah pendapatnya sendiri, belum tentu sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan. Oleh karena itu, sesat-menyesatkan seperti yang anda lakukan adalah bertentangan dengan semangat dasar Islam sebagaimana dipahami oleh kaum liberal. Kamu mengikuti semangat yang dikembangkan oleh para mujtahid dahulu, "Ra'yuna shawabun yahtamilul khatha', wa ra'yu khashmina khtha'un yahtamilush shawab."

Anda boleh mengkritik paham Islib. Kami juga mengkritik pemahaman kelompok-kelompok Islam lain. Tetapi kami tidak setuju dengan sesat-menyesatkan, kafir-mengkafirkan. Sebab, kami menganggap bahwa jalan kebenaran menuju kebenaran adalah banyak. Bukan hanya satu. Islam satu, yes. Tetapi dipahami secara beda-beda. Tuhan satu, yes. Tetapi cara manusia mendekati dan memahami Tuhan berbeda-beda. Qur'an satu, yes. Tetapi tafsirnya beda-beda. Saya menolak anggapan bahwa satu jenis tafsir atau pemahaman adalah paling benar, dan yang lain dianggap sesat.

Islam liberal tidak pernah mendaku, sebagaimana kaum Islam fundamentalis, bahwa dirinya paling benar.

Kita semua adalah "salik", dalam istilah tasawwuf, pejalan-kaki yang sedang mencari kebenaran. sementara jalan menuju kepada kebenaran itu banyak ragamnya.

Terakhir, apakah ada dikotomi antara "haq" dan "bathil"? Jelas ada. Tetapi bagaimana kita mendefenisikan tentang dua istilah tersebut, itulah masalah dasarnya. Orang-orang dengan semangat Hartonoisme akan dengan mudah menuduh bahwa pendapat-pendapat yang berlawanan dengan dirinya adalah bathil. Inilah yang terjadi dalam Islam selama ini: semua kelompok menganggap dirinya yang paling haq, yang lain bathil. Orang Sunni menganggap orang Syiah bathil, begitu juga sebaliknya. Di dalam Sunni sendiri, masing-masing kelompok membathilkan kelompok yang lain. Bagi saya, Islam menjadi buruk citranya karena hal-hal semacam ini.

Islam liberal menghendaki bentuk pemahaman Islam yang lain, yakni pemahaman yang menempatkan semua perbedaan firqah, mazhab, isme, pandangan, ideologi, aliran dan lain-lainnya sebagai sebuah kekayaan Islam, dan tidak boleh disesatkan atau dikafirkan. Hanya dengan begitu Islam menjadi suatu peradaban yang kaya. Islam akan menyempit menjadi agama yang kerdil jika orang-orang yang berpandangan picik bahwa pemahamannya sendiri adalah paling benar (seperti anda?) marak di mana-mana, jika Hartonoisme berkecambah dan bertambah-tambah.

Semoga penjelasan ini mencukupi.

Ulil
Date:Tue, 21 Dec 2004 18:27:55 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:baru awal
To: "Ulil Abshar-Abdalla"
Terima kasih, karena pemahaman saya ttg pemahaman kaum liberal semakin bertambah.

Namun penjelasan anda bukannya mencukupi justru baru merupakan awal dari diskusi kita yg mungkin akan memanjang dan melebar. Saya harap anda tetap bersabar meladeni.

Ungkapan2 yg anda kemukakan memang sepintas cukup indah dan menyejukkan, namun sesungguhnya sangat lemah dan menggelikan. Satu contoh saja: imbauan anda agar tidak ada yg disesatkan atau dikafirkan karena Tuhan satu tapi cara mendekati dan memahami Tuhan berbeda-beda; kita adalah pencari kebenaran dan jalan utk menuju kebenaran itu banyak ragamnya. OK!

Taruhlah, jalan menuju Tuhan dan Kebenaran itu beragam dan berbeda-beda, tapi apakah diantara sekian banyak jalan itu tidak ada yang sesat? Apakah aliran "seks bebas" dan "bunuh diri massal" dengan alasan ritual penyembahan kpd Tuhan, tidak bisa dikatakan sesat?

Bisa saja anda dengan kemampuan berolah-kata sedemikian rupa dapat mengelak penggunaan cap "sesat" terhadap aliran seperti itu; dengan mengatakan itu adalah bentuk "pencarian Tuhan yg belum selesai" atau "kebebasan berekspresi di hadapan Tuhan yg kebablasan" atau "puncak kegilaan manusia dalam ber-Tuhan" dan seabrek jungkir-balik dansa bahasa yg lainnya; namun saya kira kita dan ummat manusia sedunia tetap saja lebih mudah menerima penggunaan kata "sesat" thd mereka.

Nah, kalau kita (atau kebanyakan kita) bisa menerima cap "sesat" thd golongan2 "kebablasan" semacam itu, mengapa kita harus menolak penggunaan kata "sesat" thd sejumlah golongan2 tertentu meski dg kadar dan tingkat kesesatan yg berbeda-beda? Spt ungkapan Tuhan dlm al-Quran ttg "kecondongan yg sedikit" dengan kalimat "... laqad kidta tarkanu ilaihim syaian qalilan" [QS 17:74] dan "kesesatan yg jauh" dengan kalimat "... faqad dhalla dhalalan ba'idan" [QS 4:116].

Itu hanya satu contoh komentar saya thd uraian anda. Komentar2 yg lainnya saya simpan dulu agar diskusi kita tidak terlalu memanjang dan melebar.

Di atas saya katakan ini baru awal dari diskusi kita karena saya melihat titik pangkal pembicaraan yg mudah2an bisa mengurai benang atau jaring kusut dari pemikiran "Jaringan Ummat Liberal" (usul saya JIL berganti nama dulu menjadi JUL). Titik awal diskusi kita adalah ucapan anda: ".... apakah ada dikotomi antara haq dan bathil? Jelas ada. Tetapi bagaimana kita mendefenisikan tentang dua istilah tersebut, itulah masalah dasarnya." Yah, itulah masalah dasarnya. Kalau begitu, apa defenisi kaum liberal sendiri ttg al-haq dan al-bathil?

Wassalam,
Yusuf
Date:Tue, 21 Dec 2004 19:39:49 -0800 (PST)
From: "Ulil Abshar-Abdalla"
Subject:Re: baru awal
To:"yusuf anshar"

Salam,
Setahu saya, yang suka bermain silat lidah, dan bermain dengan retorika bahasa yang seolah-olah meyakinkan adalah kaum fundamentalis. Ayat dan hadis kerap dihambur-hamburkan. Satu dua kalimat langsung penuh sesak dengan kutipan-kutipan dari Kitab Suci. Seolah-olah suatu pembicaraan yang penuh dengan ayat suci akan benar dengan sendirinya.

Saya belajar di pesantren. Pengalaman yang saya perolah dari pesantren adalah: kiai-kiai saya jarang mengutip ayat dan hadis, karena mereka khawatir keliru menafsirkan. Paling jauh mereka mengutip pendapat ulama atau kiai yang lain. Kalau pun keliru, tak apa-apa, toh mereka manusia. Itulah pengalaman yang membekas pada diri saya hingga sekarang. Dan itulah yang membuat saya agak "muak" melihat kaum fundamentalis di kampus-kampus yang setiap bicara selalu memercikkan ayat dan hadis di mana-mana.

Ayat dan hadis bisa mengalami inflasi jika diobral dengan cara demikian.

Kembali ke pokok soal yang anda (saya tak mau pakai kata "antum" a la kaum fundamentalis di Jakarta) persoalkan. Soal kebebasan menafsir.

Kebebasan menafsir sudah menjadi kenyataan dan fakta dalam sejarah pemikiran Islam. Itu terjadi dari sejak zaman sahabat dan makin berkembang pada generasi-generasi ulama yang datang belakangan. Ribuan tafsir dari pelbagai sudut pendekatan ditulis oleh ulama. Ada tafsir yang liberal atau yang literal. Ada tafsir dengan pendekatan sufi yang sangat "bebas" dan ada tafsir "bil ma'tsur" a la "al-Durr al-Mantsur" yang sangat taat dengan pemahaman harfiah.

Ribuan tafsir itu tak mungkin ditulis jika tak ada kebebasan berpendapat dan berpikir dalam Islam.

Yang saya kaget, umat Islam sekarang, yang umumnya tak belajar tradisi pemikiran Islam yang kaya, tiba-tiba membenci kebebasan berpikir. Ada-ada saja alasannya. Salah satu alasannya: kebebasan berpikir itulah yang menyebabkan Iblis terjatuh dan sesat. Sebab Iblis memakai pikirannya sendiri dan menolak perintah Tuhan. Ketauhilah saudaraku, argumen ini sudah pernah dipakai oleh para ulama dahulu yang menentang penggunaan qiyas atau silogisme, tetapi toh ulama lain tak terpengaruh dengan pendapat ini, dan tetap menganggap qiyas sebagai salah satu asas penting dalam istinbath hukum.

Alasan lain yang paling populer, dan tampaknya di sinilah anda (sekali lagi bukan "antum") terjatuh, adalah bahwa jika kebebasan berpikir dibiarkan, maka orang akan cenderung kebablasan. Apakah demi kebebasan berpikir "seks bebas" dihalalkan? Apakah demi kebebasan, cara-cara ibadah dengan bunuh diri massal diperbolehkan? Kalau semua pendekatan kepaa Tuhan adalah sah, apakah cara "gila" yang ditempuh oleh sekte seperti "Ranting Daud" itu absah?

Dan seterusnya.

Saya sungguh heran dengan tanggapan semacam ini. Orang-orang yang berjuang untuk tagaknya kebebasan pikiran, baik di Barat atau di Timur, tidak pernah berpikir bahwa hal itu untuk menghalalkan "seks bebas". Yang patut dicurigai adalah, kenapa soal seks begitu mengganggu pikiran umat Islam. Apakah mereka begitu "ngeres" pikirannya, sehingga dipenuhi dengan seks melulu?

Kenapa hal yang pertama terlintas di pikiran anda begitu mendengar soal "kebebasan berpikir" adalah soal seks? Apakah anda mempunyai masalah dalam hal ini (maaf)?

Semua agama, bukan hanya Islam, mengharamkan zina. Semua agama mengharamkan pembunuhan, pencurian, berbohong, menipu, bersikap tak hormat pada orang tua, dst. Apa yang dalam tradisi Yahudi disebut sebagai "Sepuluh Perjanjian" (Ten Commandement) adalah merupakan ajaran-ajaran yang universal, bukan saja dalam agama Yahudi tetapi juga Islam dan agama-agama lain. Praktek-praktek penyembahan agama yang melanggar prinsip itu, akan dengan sendirinya ditolak oleh agama-agama besar.

Di negeri-negeri yang menjunjung tinggi pemikiran yang bebas, pencurian dan pembunuhan tidak dengan sendirinya halal demi kebebasan berpikir.

Di sinilah saya percaya, bahwa akal manusia dan wahyu Tuhan sebetulnya bertemu dalam satu titik. Inilah yang dikatakan oleh Ibn Taymiyah sebagai "Muwafaqat Sharihil Ma'qul li Shahihil Manqul".

Bagaimana jika wahyu dan akal bertentangan?

Saya mengikuti pendapat Ibn Rushd, seorang filosof dan ahli fikih dari abad 13 M, dalam "Fashl al Maqal Fi Ma Baina al Hikmati was Syariati min al Ittishal". Menurut dia, jika ada pertentangan antara keduanya, maka wahyu harus ditakwil. Tetapi, hal ini harus dilihat dengan cermat. Tidak semua pendapat akal manusia dengan sendirinya sah. Hanya pendapat yang dalam istilah Ibn Taymiyah disebut "sharih", pendapat yang dilandasi dengan argumen yang kokoh, dan bukan sekedar memperturutkan hawa nafsu belaka, yang dapat dipertimbangkan.

Apa pendapat yang "sharih" itu? Ibn Rushd sendiri tidak menetapkan suatu ancar-ancar. Bagi saya, ancar-ancar itu tidak ketat, kaku, sebab pada akhirnya yang menentukan sebuah pendapat masuk akal dan tidak adalah kalangan cerdik pandai sendiri. Ibn Rushd sendiri sudah mengatakan dalam "Bidayat al Mujtahid" bahwa "al nushush mutanahiyah wa al waqai' ghairu mutanahiyah", teks-teks agama dan wahyu terbatas jumlahnya, sementara situasi sosial terus berubah. Bagaimana mungkin, kata Ibn Rusdh, sesuatu yang terbatas akan mengatasi yang tak terbatas. Di situlah akal manusia dan kebebasan berpikir diperlukan.

Tentang masalah "haq" dan "bathil", jelas hal itu ada. Yang menjadi soal adalah orang-orang yang sejenis dengan anda yang mudah "membathilkan" pandangan orang-orang yang berbeda. Anda menyebut JIL bathil? Atas dasar apa? Atas dasar kutipan ayat dan hadis yang berhamburan dengan seenaknya itu? Apakah kalau sudah mengutip ayat lalu selesai? Bukankah ayat bisa ditafsirkan macam-macam.

Ambil contoh ayat berikut ini. Ada ayat yang berbunyi, "La tudrikuhul abshar wa huwa yudrikul abshar wa huwal lathiful khabir". Ayat itu, kira-kira, isinya adalah bahwa Tuhan itu begitu lembut sehingga tak bisa dilihat oleh mata. Oleh karena itu, manusia tak akan bisa melihat Tuhan, meskipun di sorga. Atas dasar ayat inilah kaum Mu'tazilah menolak kemungkinan manusia melihat Tuhan di sorga.

Tetapi ada ayat lain, "Wujuhun yauma-idzin nadhirah, ila rabbiha nadlirah". Ayat itu kira-kira isinya adalah bahwa orang-orang yang beriman, di sorga nanti, akan melihat Tuhan. Atas dasar inilah kaum Asyariyyah berpendapat bahwa manusia mungkin melihat Tuhan di sorga.

Bagaimana anda mendamaikan antara kedua ayat itu. Kaum Mu'tazilah pakai ayat. Kaum Asyariyah pakai ayat. Mana yang benar.

Intinya, belum tentu kalau anda memakai ayat dan hadis dengan sendirinya anda sudah bisa menyudahi diskusi dan menuduh yang lain salah, sesat, bathil, murtad, kafir, dst.

Saya mengakui adanya yang "haq" dan yang "bathil". Tetapi saya, sebagai manusia, mempunyai pengetahuan yang terbatas, dan saya tak layak dengan begitu mudah menyalahkan dan membathilkan pendapat lain. Yang saya lakukan hanyalah mengkritik, tetapi saya tidak akan pernah sampai pada kesimpulan bahwa pendapat lawan saya bathil, kecuali jika pendapat itu jelas-jelas melawan akal sehat. Kalau ada orang berpendapat bahwa membunuh adalah halal, jelas itu batal, dari sudut pandang apapun. Tetapi saya tidak akan mengatakan bahwa cara beribadah orang Kristen dan Hindu adalah batal.

Dalam menghukumi sesutau "bathal" atau "haq", kita harus memakai dua instrumen: wahyu dan akal. Tidak bisa hanya dengan wahyu. Oleh karena itu, saya keberatan sekali dengan tindakan ceroboh para kaum fundamentalis yang mengobral ayat dan hadis, tetapi mengabaikan penalaran akal sehat.

Ala kulli hal, apa yang saya tulis ini belum tentu benar. Sebab hanya Allah lah yang tahu mana yang benar mana yang salah. Kita hanya berusaha untuk benar.

Ulil
Date:Wed, 22 Dec 2004 17:47:45 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:akal-sehat
To: "Ulil Abshar-Abdalla"

Membaca email anda yg lalu, kesan yg saya tangkap adalah uraian anda lebih banyak merupakan curahan perasaan dan emosi yg campur-aduk (kesal-muak-sinis-kaget-bingung jadi satu). Saya mengerti perasaan anda dan saya turut prihatin dg kekesalan dan kebingungan anda. Namun upaya saya utk sedikit menjernihkan dan menenangkan arus pemikiran kita agak terhambat dg curahan pemikiran (dan emosi) anda yg cukup deras. Barangkali memang begitu cara berpikir dan model diskusi anda dan komunitas anda di utan kayu. Hanya saja saya tak ingin ber-su'u zhann dengan mengatakan bahwa itu salah satu cara anda mengacaukan konsentrasi orang yg ingin berpikir lurus-lurus saja.

Tapi tak apalah, mari kita kembali mengurai benang kusut ketimbang berlarut-larut dlm emosi dan ratapan thd ummat Islam yg memang (saat ini) sedang centang-prenang. Benang-merah uraian kita masih seputar "kebebasan berpikir" dlm kaitannya dg haq & bathil, benar & salah, lurus & sesat.

Ada sedikit kemajuan, karena sepertinya anda sudah mengakui adanya jalan beragama yg sesat dan bathil dg pernyataan anda: ".... praktek-praktek penyembahan agama yang melanggar prinsip itu, akan dengan sendirinya ditolak oleh agama-agama besar". Meskipun anda belum berani (atau masih malu) menggunakan kata "sesat" di situ, tapi maksudnya kurang lebih sama; karena jika semua agama-agama besar adalah "jalan yg benar" (menurut anda) berarti apa yg "ditolak" oleh mereka adalah "jalan yg salah". Salah jalan = sesat. Alaisa kadzalik?

Nah, satu jalinan benang kusut telah berhasil kita tarik simpulnya yaitu memang ada jalan yg benar dan ada jalan yang sesat atau "salah jalan" (bila anda tidak tega menggunakan kata "sesat"). Sayangnya, kriteria benar dan sesatnya suatu jalan beragama anda serahkan begitu saja (tanpa jelas dalil dan argumennya) pada dua hal yaitu "akal-sehat" dan "nilai-nilai universal" yaitu nilai-nilai yg terdapat dlm semua agama. Di sini pemikiran kita saling kusut lagi. Mari kita coba uraikan jalinan benang kusut ini dengan menarik suatu titik-temu yg kita sepakati bersama.

Dalam beberapa bagian tulisan anda dalam email-email yg terdahulu anda telah memberikan suatu kesimpulan yg sangat berharga ttg "aqidah" kaum liberal yaitu bahwa "produk akal adalah relatif sedang kebenaran mutlak bersumber dari Tuhan". Kalau memang demikian pengakuan dan keyakinan anda, bagaimana kalau kita katakan saja (karena di titik ini pikiran kita sepakat) bahwa:

"Tidak ada ukuran dan kriteria yg terbaik dan tersehat (bagi akal-sehat) utk menentukan benar-tidaknya suatu jalan beragama selain ukuran dan kriteria yg ditetapkan oleh Tuhan."

Anda setuju dengan pernyataan di atas?

Wassalam,
Yusuf
Date:Thu, 23 Dec 2004 09:26:54 -0800 (PST)
From: "Ulil Abshar-Abdalla"
Subject:Re: akal-sehat
To:"yusuf anshar"

Salam,
Dari mana anda menyimpulkan sejak awal bahwa dalam perspektif Islam liberal tidak ada yang "salah" dan "benar"? Tidak ada "haq" dan "batil"?

Sudah tentu hal itu ada. Yang membedakan anda dengan kaum Muslim liberal seperti saya adalah batasan mengenai dua istilah itu.

Aqidah kami adalah: Islam bukan satu-satunya agama yang benar, dan bukan pula paling benar. Maksud saya "Islam" sebagai nama agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Kami memandang bahwa kebenaran tersebar dalam semua agama. Oleh karena itu, kami tidak akan memandang agama lain sebagai bathil.

Ada standar universal tentang kebathilan. Hal itu tampak dalam hal-hal yang baik secara wahyu atau akal sehat dianggap batal, seperti tindakan kejahatan yang terkandung dalam "Sepuluh Perjanjian" (Ten Commandement).

Belum tentu hal-hal yang berlawanan dengan ketentuan yang secara harafiah tertera dalam Quran adalah batil. Misalnya, hukuman penjara bagi pencurian yang menurut fiqh sudah memenuhi syarat untuk dikenai hukum potong tangan.

Kenapa demikian? Sebab, dalam kerangka bepikir kami, tidak semua hal yang secara harafiah tercantum dalam Qur'an mesti kita ikuti secara harafiah pula. Kenapa demikian, kita diskusi di lain kesempatan (kalau saya ada waktu).

Sekarang saya akan menanggapi pernyataan anda di bawah ini:

"Tidak ada ukuran dan kriteria yg terbaik dan tersehat (bagi akal-sehat) utk menentukan benar-tidaknya suatu jalan beragama selain ukuran dan kriteria yg ditetapkan oleh Tuhan."

Apa yang anda maksudkan dengan "jalan agama"? Apakah jalan itu menyangkut ibadah, mu'amalah, akhlaq, adab, atau apa? Sebab agama memiliki dimensi yang kompleks. Di level mana anda mau berbicara?

Apa yang anda maksudkan dengan "kriteria yang ditetapkan oleh Tuhan"? Bisakah anda menggunakan istilah yang jauh lebih standar dalam keilmuan Islam? Sebab istilah "kriteria Tuhan" sama sekali tidak jelas.

Saya tak akan menjawab pertanyaan anda ini kalau anda tidak menjelaskan masalah itu dulu.

Ulil
Date:Thu, 23 Dec 2004 19:42:39 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:kriteria agama
To: "Ulil Abshar-Abdalla"

Saya cukup surprise mendengar pernyataan anda bahwa agama memiliki dimensi yang sangat kompleks. Tadinya saya menganggap kaum liberal mempersempit makna agama pada tataran moral saja. Syukurlah kalau begitu! Bila anda meminta saya memperjelas di level mana kata "agama" yang saya maksud dalam kalimat:

"Tidak ada ukuran dan kriteria yg terbaik dan tersehat (bagi akal-sehat) utk menentukan benar-tidaknya suatu jalan beragama selain ukuran dan kriteria yg ditetapkan oleh Tuhan."

Maka saya katakan bahwa sebenarnya yg saya maksud adalah "agama" dlm arti yg seluas-luasnya (di semua lini kehidupan). Tapi agar diskusi kita tidak terlalu melebar sehingga bertele-tele (apalagi anda sedang sibuk, mungkin ikut seminar natal dsb) maka dalam diskusi kali ini saya membatasi pada level "aqidah" atau "kepercayaan" saja dulu.

Adapun yg saya maksud dengan "kriteria yang ditetapkan oleh Tuhan" tidaklah terlalu muluk-muluk, anda tidak usah bingung. Persis seperti pengertian kriteria yg terdapat dalam kamus-kamus (kriteria = standar, ukuran, patokan, norma). Dalam kaitannya dengan Tuhan dan Agama berarti kepercayaan dan amalan apa saja dalam beragama yg harus dimiliki oleh seseorang untuk mendapatkan ridha Tuhan. Kalau anda meminta istilah yg lebih islami (ehm...) ya Rukun Iman dan Rukun Islam itu. Tapi saya kira seorang liberalis sejati macam anda lebih senang menggunakan istilah yg universal.

Nah, kalau kedua pengertian di atas kita gabung maka pernyataan tadi bisa diperjelas sebagai berikut:

"Tidak ada standar, ukuran, patokan dan norma yang terbaik dan tersehat (bagi akal-sehat) utk menentukan benar-tidaknya suatu kepercayaan (aqidah) dalam agama selain standar, ukuran, patokan dan norma yang ditetapkan oleh Tuhan."

Sekali lagi: apakah anda setuju dengan pernyataan di atas? Kalau anda memang sedang super sibuk, cukup dijawab dengan dua huruf "YA" atau "NO".

Wassalam,
Yusuf
Date:Fri, 24 Dec 2004 06:23:30 -0800 (PST)
From: "Ulil Abshar-Abdalla"
Subject:Re: kriteria agama
To:"yusuf anshar"

Salam,
Jelaskan dulu, apa yang anda maksud dengan kriteria Tuhan dalam masalah akidah.

Urusan akidah dalam Islam tidak sesimpel yang anda bayangkan. Pertengkaran pendapat luar biasa hebatnya. Banyak sekte timbul di sana. Masing-masing mendaku sebagai paling benar, paling sesuai dengan kriteria Tuhan.

Apa yang anda maksud dengan kriteria Tuhan dalam akidah? Apa saja isinya?

Ulil
Date:Sun, 26 Dec 2004 18:37:04 -0800 (PST)
From:"yusuf anshar"
Subject:kesimpulan dan saran
To: "Ulil Abshar-Abdalla"

Meskipun anda tidak menjawab dengan "ya" atau "no" tapi dari tema baru yg anda angkat dapat disimpulkan bahwa anda setuju dan memang tidak bisa tidak, anda mesti setuju dg pernyataan tsb. Karena pernyataan tsb adalah konsekuensi logis dari prinsip kaum liberal sendiri bahwa: "produk akal adalah relatif sedang kebenaran mutlak bersumber dari Tuhan". Saya bertanya "setuju atau tidak" hanyalah utk mengingatkan dan menegaskan kembali aqidah dan aksioma tsb. Karena siapapun yg ditanya - asalkan dia tidak atheis - tentang siapa yg paling tahu (segala hal, apalagi ttg agama) apakah Tuhan atau manusia; pasti akan menjawab "Tuhan" tanpa perlu berpikir panjang lagi; meskipun diantara mereka sendiri masih sibuk berdebat ttg "Tuhan". Yah, di situlah anehnya manusia dan di situlah hebatnya Tuhan yg menciptakan manusia.

Di bawah ini saya urutkan dulu kemajuan dan kesimpulan yg telah kita capai dari diskusi ini:
1. Adanya jalan yg haq, benar, lurus dalam beragama dan adanya jalan yg bathil, salah, sesat dalam beragama.
2. Tidak ada yang paling tahu ttg jalan yg haq, benar, lurus dalam beragama serta jalan yg bathil, salah, sesat dalam beragama selain Tuhan.

Bagaimana cara manusia mendapat ilmu Tuhan itu? Jawabannya ialah lewat Wahyu. Orang yang mendapat wahyu dari Allah disebut Nabi atau Rasul. Berhubung komunitas anda masih mengaku beragama Islam (paling tidak berlabel Islam), maka Wahyu yg dimaksud dlm pembicaraan kita ini tidak lain adalah wahyu terakhir (yakni al-Quran) yg diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir (yakni Muhammad saw).

Kalau demikian, berarti kesimpulan di atas kita tambah dengan kesimpulan ketiga sbb:

3. Untuk mengetahui jalan yg haq, benar, lurus dalam beragama serta jalan yg bathil, salah, sesat dalam beragama kita harus merujuk pada firman Allah dalam al-Quran dan sabda Rasul dalam al-Hadits.

Sekarang barulah kita memasuki medan pertarungan sesungguhnya antara semua golongan, sekte dan aliran yg mengaku diri Islam (termasuk JIL). Medan pertarungan itu adalah:

"Mana jalan beragama yg haq, benar, lurus dan mana jalan beragama yg bathil, salah, sesat menurut Allah dan Rasul-Nya (menurut al-Quran dan as-Sunnah)?"

Hal ini sesuai dengan - dan sudah mencakup - pertanyaan anda: bagaimana kriteria dan materi aqidah dalam Islam? Menurut anda, aqidah Islam tidak simpel, sengit dipertengkarkan hingga menimbulkan banyak sekte. Bagaimana ini?

Sebelumnya, ada dua prinsip dan fakta yg harus kita ingat:
1. Aqidah Islam (demikian pula aspek-aspek lain dlm Islam) adalah apa yg dikatakan oleh al-Quran dan as-Sunnah, bukan apa yg dikatakan oleh sekte-sekte ummat Islam.
2. Sekte-sekte tsb baru muncul jauh sepeninggal Nabi saw dan tidak kita dapati di zaman Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Mengapa di zaman Nabi belum muncul sekte-sekte? Penyebabnya ada dua:
1) Ketika itu wahyu masih turun dan penerima wahyu (yg punya otoritas utk menjelaskannya) yaitu Nabi masih hidup. Sehingga semua pertanyaan yg timbul seputar Islam akan dijawab langsung oleh "nara sumber kebenaran" yakni Allah lewat lisan Nabi-Nya.
2) Sikap para sahabat yg "sami'na wa atha'na" dan tidak suka bertanya yg tidak perlu. Hal-hal yg berkaitan dengan aqidah yg disampaikan oleh al-Quran dan al-Hadits langsung mereka imani dan yg berkaitan dengan amaliyah langsung mereka amalkan.

Perselisihan pendapat yg menjurus ke perpecahan mulai terjadi setelah lenyapnya faktor pertama di atas (Nabi wafat). Kemudian dari zaman ke zaman, perpecahan semakin menjadi-jadi hingga menimbulkan sekte-sekte, seiring dengan makin lunturnya "watak sahabat" (faktor kedua) di kalangan ummat Islam. Lemahnya iman, rendahnya ketaatan serta banyak bertanya dan berdebat merupakan pintu gerbang terbesar (dari sisi internal) bagi timbulnya sekte-sekte dlm Islam.

Adapun dari sisi eksternal, masuknya filsafat dlm tubuh ummat Islam (disamping faktor politik) merupakan salah satu penyumbang terbesar bagi maraknya sekte-sekte itu. Mengapa demikian? Pekerjaan filsafat hanya dua, bertanya dan berdebat, berdebat dan bertanya, tak putus-putusnya bagaikan "lingkaran setan" (karena bila berhenti berarti tamatlah riwayat filsafat). Seandainya seluruh filsuf yg ada di dunia dibebankan utk menuntaskan satu permasalahan saja sebelum berpindah ke permasalahan selanjutnya, niscaya habis umur mereka dan habis umur dunia, sedang mereka masih sibuk berpikir ttg "apa itu berpikir?". (Rene Descartes yg sempat diduga mati bunuh-diri, terkenal dg ucapan hampanya cogito ergo sum = aku berpikir maka aku ada. Kalau benar ia bunuh-diri, mungkin saja ia ingin membuktikan kesimpulannya dan tidak ingin kesimpulannya itu dipertanyakan lagi). Apalagi utk memikirkan ttg "akal", alih-alih utk memikirkan ttg Sang Pencipta akal dan apa yg dimaui Tuhan. Manakala cara filsafat dipakai dlm beragama niscaya kita tidak akan mendapatkan hasil apa-apa selain kekufuran. Kenapa? Karena agama diturunkan bukan utk itu (dipertanyakan dan diperdebatkan). Agama diturunkan utk diimani dan diamalkan. (NB: filsafat dan turunannya sebetulnya berguna untuk membahas sains, bukan agama).

Bercermin dari kedua fakta dan faktor penyebabnya di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa utk mengetahui ajaran Allah dan Rasul-Nya yg benar, kita harus kembali ke masa awal Islam, melihat bagaimana para sahabat pada umumnya (utamanya as-sabiqun al-awwalun, khususnya al-khulafa' ar-rasyidun) mengimani dan mengamalkan al-Quran dan as-Sunnah. Itulah Islam yg masih bersih dari distorsi dan kontaminasi sekte-sekte dan penafsiran-penafsiran yg menyimpang. Bukankah anda sendiri pernah berkata:

"Akidah kaum Muslim liberal adalah bahwa setiap pemahaman kita atas Islam adalah relatif, karena tidak ada yang tahu kebenaran mutlak selain Allah dan rasul-Nya. Kita adalah manusia relatif yang mencoba untuk memahami kebenaran. Wahyu telah berhenti. Setiap orang bisa mengutip ayat atau hadis, tetapi pada akhirnya apa yang ia katakan adalah pendapatnya sendiri, belum tentu sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan."
(Saya kutip tanpa perubahan, dari email anda tanggal 20 Desember 2004).

Memang para sahabat termasuk dlm perkataan anda "kita adalah manusia relatif". Tapi seperti yg saya kemukakan di atas, sikap para sahabat terhadap al-Quran dan al-Hadits tidak seperti kita. Para sahabat tidak suka bertanya dan berdebat, demikian pula tidak suka menakwil dan menafsirkan. Apa yg mereka terima dari Allah dan Rasul-Nya (al-Quran dan as-Sunnah) mereka sikapi dengan iman dan amal. Sehingga apa-apa yg mereka sepakati (ijma' para sahabat) bukanlah hasil penafsiran dan pemahaman pribadi mereka melainkan hasil dari sikap mengimani dan mengamalkan apa-apa yg disampaikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ijtihad baru mereka lakukan manakala menemukan hal-hal baru yg tidak mereka dapati (secara eksplisit) dalam al-Quran dan as-Sunnah, itupun dengan cara yg sangat hati-hati dan tetap berlandaskan aqidah dan kaidah yg mereka dapati dlm al-Quran dan as-Sunnah.

Dari uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan keempat yg merupakan hasil akhir dari diskusi kita yaitu:
4. Jalan beragama yg haq, benar, lurus menurut Allah dan Rasul-Nya adalah jalan beragama sebagaimana yg telah disepakati (ijma') oleh para sahabat Rasulullah saw sedang jalan beragama yg bathil, salah, sesat adalah jalan beragama yg bertentangan dengan kesepakatan (ijma') para sahabat Rasulullah saw.

Keempat kesimpulan di atas - kalau anda menelaah baik2 diskusi kita dari awal hingga kini - pada dasarnya disarikan dari prinsip2 atau pernyataan2 anda sendiri. Jadi saya hanya mencoba memetakan kembali prinsip2 anda dalam bingkai Islam yg terlepas, sementara anda sendiri tidak mau melepaskan label "islam" dari nama jaringan anda (entah karena pertimbangan strategis duniawi ataukah ukhrawi; Allahu A'lamu).

Sekarang mari kita introspeksi. Adakah diantara para sahabat yg tidak menganggap kafir orang yg mempertuhankan Yesus Kristus? Adakah diantara al-khulafa' ar-rasyidun yg mengkafirkan sesama mereka sebagaimana Syi'ah yg mengkafirkan Abubakar dan Umar? Adakah diantara para sahabat yg menghalalkan wanita muslimah menikah dengan pria non-muslim? Bagaimana dengan komunitas anda?

Benang dan jaring kusut JIL telah saya uraikan sehingga terpisahlah tali Islam dari tali liberal dengan empat simpul di atas. Kini terpulang kepada anda, mau memegang tali yang mana. "Al-haqqu min rabbika faman sya-a falyu'min wa man sya-a falyakfur". Saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain memberikan saran dan imbauan berikut:

1. Bila anda mau berpegang dengan keempat asas di atas, berarti anda harus menanggalkan pemikiran liberal anda yg bertentangan dengan ijma' atau kesepakatan kaum muslimin. Andaikata itu terjadi, saya menyarankan agar anda mengganti nama JIL menjadi JMP (Jaringan Muslim Progresif) misalnya. Seorang muslim yg progresif (berpikiran maju) tidak mesti menanggalkan aqidah dan qaidah keislaman mereka. Anda bisa membahas berbagai isu-isu aktual seputar ummat Islam dengan jujur, terbuka dan kritis tanpa perlu melanggar ajaran Islam.
2. Bila anda tidak mau melepaskan pemikiran liberal anda, maka anda harus melepaskan label "Islam" dari nama komunitas anda; misalnya menjadi JUL (Jaringan Ummat Liberal).
3. Bila anda tidak mengindahkan salah satu dari kedua saran di atas, berarti anda tetap berpegang dengan tali liberal yg kufur dan melilitkannya dengan tali Islam sehingga menghasilkan pemikiran yg kusut dan sesat lagi menyesatkan banyak kaum muslimin. Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

Wassalam,
Yusuf
________________________________________
Diskusi ini berakhir sampai di sini, ditandai dengan tidak dibalasnya email terakhir Yusuf Anshar. Sebelum mempublikasikan diskusi ini di internet, Yusuf Asnhar mengirim email pemberitahuan terlebih dahulu kepada Ulil, tapi email itu tidak juga dibalas. Selanjutnya orang awam meringkus intelek liberal

Taliban Tembak Mati Informan Pesawat Tak Berawak Amerika


Habibur Rehman yang dieksekusi Taliban

Dalam video yang dirilis pekan lalu, Taliban terlihat menembak mati pemuda 19 tahun setelah dia mengakui menjadi mata-mata Amerika dengan cara menanam (meletakkan) chip-chip yang mempunyai sinyal pemancar untuk memandu pesawat tak berawak Amerika menembakkan rudal-rudalnya ke wilayah Taliban.

"Saya diberi 122 dolar untuk tugas meletakkan chip-chip yang dibungkus dengan kertas rokok di rumah-rumah Taliban dan Al Qaeda", kata pemuda itu. "Jika berhasil, saya diberitahu akan diberi ribuan dolar.... uang itu sangat banyak maka saya mulai menyebarkan chip-chip itu kemana saja. Saya tahu orang-orang akan tewas karena ulah saya ini, namun saya sangat butuh uang", kata pemuda bernama Habibur Rehman itu.

Dalam video itu juga Taliban mewanti-wanti bagi siapa saja yang menjadi mata-mata. Rehman juga bercerita bagaimana di bisa direkrut menjadi mata-mata Amerika untuk memata-matai Taliban di Waziristan Utara dan mulai meletakkan chip-chip berpemancar itu agar pesawat tak berawak CIA bisa menentukan daerah target rudal.

"Saya kira ini adalah pekerjaan yang sangat mudah" kata Rehman sesaat sebelum dia ditembak mati. "Uang itu sangat banyak jadi saya langsung mulai bekerja meletakkan chip-chip itu".

Chip tersebut memancarkan sinyal ke satelit di luar angkasa. Kemudian satelit itu akan mengirimkan sinyal balik ke markas CIA di Langley Virginia Amerika Serikat. Kemudian pesawat tak berawak Amerika yang berada dipangkalan militer Shamsi Pakistan baratdaya akan mulai terbang dikendalikan dengan remote dari markas CIA dan mulai meluncurkan rudal ke daerah yang telah ditandai dengan chip-chip tadi.

Propaganda

Militer Amerika dalam wawancaranya dengan NBC News, menanggapi video ini dengan mengatakan bahwa itu adalah video "propaganda ekstrimist". Presiden Obama telah menyatakan bahwa program serangan dengan pesawat tak berawak ini sangat efektif dalam melumpuhkan kantong-kantong Al Qaeda di sekitar pegunungan yang berbatasan dengan Afghanistan.[muslimdaily.net/fais]

9 Poin Penting Pengobar Semangat Jihad

Penanggung jawab Syariah Tandzim Al Qaeda di Jazirah Arab, Syekh Al Mujahid Abu Zubair ‘Adil al ‘Abab, Hafizhohullah, merilis ceramah bertajuk “Tidak Shodaqoh dan Tidak Jihad”. Pesan audio ini telah diterjemahkan dan dipublish oleh seorang ikhwan di forum Al Tawbah. Berikut point penting ceramah beliau.

1. Wahai saudara Islam! Jika mereka bertanya kepadamu 'apakah jihad itu?' jawablah dengan jelas sebagaimana Nabi yang jujur lagi dipercaya shollallohu 'alayhi wa sallam menjawab pertanyaan seorang sahabat yang mulia, "Hijroh apa yang afdhol?" Beliau shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab, "Jihad". Sahabat itu bertanya, "Apakah jihad itu?" beliau shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab, "Engkau perangi orang-orang kafir jika Engkau jumpai mereka." Sahabat itu bertanya kembali, "Jihad apa yang afdhol?" Beliau shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab, "orang yang kudanya terluka dan darahnya mengalir." (HR. Imam Ahmad, sedangkan imam yang empat sepakat bahwa jihad adalah perang dan membantu peperangan untuk meninggikan kalimat Alloh)

2. Wahai saudara Islam! Kobarkan semangat berperang! Karena sesungguhnya perang adalah fardhu 'ain yang paling membutuhkan pengorbanan menurut kesepakatan 'ulama', fuqoha', muhadditsin dan mufassirin. Hukum perang seperti hukum sholat, puasa dan haji. Bahkan dinukil dari Imam ad-Dusuqi dalam hasyiyahnya bahwa perang di utamakan terhadap haji. Sehingga orang yang meniggalkan perang berdosa besar. Sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar al-Haitsami dalam kitabnya 'az-Zawajir'.

3. Wahai saudara Islam! Di mana ke-terbetik-kan jiwa ini terhadap jihad? Ke-terbetik-kan jiwa yang hakiki yang mengikuti jawaban terhadap seruan ketika diserukan oleh seorang penyeru, "Wahai kuda Alloh, melesatlah!" Di mana penempatan dan perjanjian terhadap jiwa untuk pergi berperang dan berperang? Di manakah kita ketika diperintah untuk berperang? Rosululloh shollallohu 'alayhi wa sallam bersabda,
وإذا استُنفرتم فانفِروا
"Jika kalian diperintah untuk berperang, berangkatlah berperang." (HR. Imam Bukhory)

4. Wahai saudara Islam! Kami berperang untuk melaksanakan perintah Alloh agar menteror musuh(Nya), bersikap kasar kepada mereka, mengangkat kehinaan dari diri kita, kembalinya kemuliaan pada kita dan munculnya rasa takut di hati musuh-musuh kita. Sehingga kita bisa hidup dengan layak dan bisa menjaga kerusakan di bumi yang diakibatkan meninggalkan jihad. Alloh ta'ala berfirman,

5. Wahai saudara Islam! Dahulu sahabat-sahabat Rosululloh shollallohu 'alayhi wa sallam membawa jiwa mereka di atas telapak tangan mereka mencari kematian yang merupakan sebuah keyakinan untuk meninggikan kalimat Alloh. Sampai orang yang di beri 'udzur oleh Alloh pun berlomba untuk jihad. Imam Ibnu Mubarok mengeluarkan (kisah) dari 'Athiyyah bin Abu 'Athiyyah bahwa dia melihat 'Abdulloh bin Ummi Maktum rodhiyallohu 'anh padahal beliau adalah orang buta, pada suatu hari di hari-hari perang al-Qodisiyyah, beliau membawa baju besi yang lebar beliau seret ke barisan dalam medan jihad.


6. Wahai saudara iman! Jihad adalah amal yang tidak bisa ditandingi dengan amal sholih apapun.

7. Aku katakan kepada orang-orang yang masuk ke dalam jama'ah-jama'ah Islam sebagai sebab untuk membela diin ini, kepada orang-orang yang memiliki niat yang baik, apabila yang diinginkannya itu tidak ada (dalam jama'ah yang dimasukinya), carilah jama'ah (lain) yang mengangkat syi'ar Islam sesuai dengan manhaj Ahlus Sunnah, ilmu dan amal-nya. Carilah jama'ah yang menjadikan langkah dan perjalanan Nabi shollallohu 'alayhi wa sallam sebagai manhaj dan perilaku-tindakan. Carilah jama'ah yang memiliki prinsip-prinsip landasan sesuai prinsip-prinsip landasan Islam, sesuai prinsip-prinsip landasan yang dimaksud Alloh dan Rosul-Nya, sebagaimana yang dipahami oleh Nabi shollallohu 'alayhi wa sallam dan sahabat-sahabatnya yang mulia. Carilah sebuah jama'ah yang menggabungkan antara 'ilmu, da'wah dan jihad, tanpa meniadakan salahsatunya atau menyimpangkan ma'na-ma'nanya. Bahkan Anda harus ber'amal sesuai dengan apa yang dilakukan nabi dan sahabat-sahabatnya tanpa tahrif (penyimpangan) dan ta'thil (peniadaan).

8. Adapun kalian wahai para 'ulama' yang jujur! Hendaklah kalian menjelaskan kepada ummat mengenai permasalahan-permasalahan iman dan kufr, permasalahan-permasalahan nama-nama dan hukum-hukumnya, permasalahan-permasalahan tauhid dan syirik, mengenai millah kakek moyang kita Ibrohim, mengenai hukum Islam terhadap sekulerisme dan antek-anteknya, mengenai hukum Islam terhadap pemerintahan-pemerintahan yang loyal terhadap yahudi dan nashroni, dan mengenai hukum bekerjasama dengan mereka menurut petunjuk kalimat 'laa ilaaha illalloh'

9. Wahai 'ulama' ummat! Jangan kalian larang melirik pada study siroh (sejarah) Abu Bakr as-Shidq rodhiyallohu 'anh dan orang-orang jujur yang melalui manhaj beliau.
Wahai 'ulama' ummat! Cukuplah kalian diam pada masa ummat ini dikoyak-koyak dan pada masa kaum ruwaibidhoh berbicara.

Rabu, 15 April 2009

Lagi, Tentara Teroris NATO Tewas di Afghanistan

KANDAHAR (Arrahmah.com) - Seorang tentara teroris Kanada tewas dan empat lainnya mengalami luka-luka ketika kendaraan yang mengangkut mereka terkena hantaman bom ranjau di Selatan Afghanistan.

"Tentara NATO tewas dalam sebuah serangan bom ranjau di Selatan Afghanistan, kemarin (13/4)," ujar statemen ISAF tanpa detil peristiwa.

Menurut sumber Departemen Pertahanan Kanaa, tentara tersebut bernama Karine Blais, telah tewas dan empat temannya mengalami luka-luka ketika tank mereka meledak akibat bom ranjau di distrik Shah Walikot, Kandahar, senin sore.

Mujahidin Taliban telah mengklaim bertanggungjawab atas serangan ini.

Jumlah keseluruhan tentara teroris Kanada di Afghanistan kini mencapai 2.500 tentara, yang berbasis di Provinsi Kandahar.

Komandan tentara teroris Kanada menambahkan, Blais baru saja tiba di Afghanistan dua minggu lalu. (haninmazaya/prtv/arrahmah.com)

Tokoh Amerika: Nabi Muhammad saw. Adalah Pemimpin Paling Berpengaruh dalam Sejarah

Alislamu.com -- Nabi Muhammad saw. selain seorang rasul utusan Allah, tapi ia juga merupakan salah seorang pemimpin terbesar dalam sejarah. Hal itu tidak hanya diakui oleh kaum muslimin, tapi juga oleh para tokoh di dunia. Seorang pakar astronomi dari Amerika yang memperoleh gelar Doktornya di bidang sains dan astronomi di Universitas Princeton dan bekerja di pusat penelitian secara tegas dan tidak malu-malu mengakui akan kehebatan dan kebesaran Nabi Muhammad saw. dalam memimpin.

"Dipilihnya Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin yang paling berpengaruh bagi dunia adalah pilihan yang tepat. Mungkin hal itu mengejutkan bagi para pembaca, tapi saya yakin bahwa Muhammad saw. adalah orang pertama dalam sejarah yang sukses dalam memimpin, baik dalam perkara agama ataupun dunia," katanya.

Pengaruh itu masih kuat dirasakan oleh manusia hingga sekarang, baik pengaruh dalam masalah agama ataupun dunia.

"Hingga sekarang, pengaruhnya masih sangat kuat," ujarnya.

Penobatan Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin yang paling berpengaruh di dunia ini bukan tanpa alasan, tapi terdapat banyak bukti. Dalam masalah agama, agama Islam kini menjadi agama terbesar di dunia dan dalam masalah politik, telah banyak negara yang ditakluk oleh Islam.

"Dari segi agama, Nabi Muhammad saw. berbeda dengan Nabi Isa as. Nabi Isa as. adalah orang yang berpengaruh dalam masalah agama, tapi Nabi Muhammad saw. adalah orang yang berpengaruh dalam masalah agama dan dunia. Sedangkan dari segi politik, Nabi Muhammad saw. telah banyak melahirkan para pejuang dan sukses menaklukkan berbagai negara," katanya.

Menurutnya, sejarah yang telah diukir oleh Nabi Muhammad saw. ini sulit ditandingi oleh orang-orang yang hidup setelahnya.

"Sejarah ini sulit tertandingi oleh orang-orang setelahnya," katanya.