tag:blogger.com,1999:blog-46352427016155351982024-03-14T14:39:32.848+07:00INFO PERJUANGAN ISLAMPERJUANGAN ITU BUTUH PENGORBANAN
TIDAK ADA PERJUANGAN TANPA PENGORBANANABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.comBlogger189125tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-67166519750970464782011-06-21T14:37:00.002+07:002011-06-21T14:45:56.137+07:00Ba'asyir: Silakan Hukum Saya, Tapi Jangan Mencela Syari'at Allah<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/-2gPPyO8ZJD8/TgBMDloWP1I/AAAAAAAAAK8/O1BTvjnH1pM/s1600/timthumb.php.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 355px; height: 235px;" src="http://3.bp.blogspot.com/-2gPPyO8ZJD8/TgBMDloWP1I/AAAAAAAAAK8/O1BTvjnH1pM/s400/timthumb.php.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5620575959483039570" /></a><br />Setelah menjalani persidangan berbulan-bulan, akhirnya Ustadz Abu Bakar Ba’asyir divonis 15 tahun penjara oleh majelis Hakim pada kamis (16/6) kemarin. Meski vonis ini lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang menuntut hukuman penjara seumur hidup, namun putusan ini sangat mengecewakan bagi umat Islam. Karena vonis ini tak ada bedanya dengan vonis hukuman seumur hidup. Pasalnya, tanggal 17 Agustus 2011 nanti ulama sepuh ini genap berusia 74 tahun.<br /><br />Bila Amir Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) ini harus menjalani hukuman penjara 15 tahun, berarti sisa umurnya hingga berusia 85 tahun habis di balik terali besi. Mereka menginginkan ulama kharismatik ini menghuni penjara hingga akhir hayatnya?<br /><br />Ustadz Abu, demikian biasa disapa, sangat kecewa dengan putusan yang dianggap tidak netral itu, bukan soal besarnya vonis. Tapi Ustadz Abu justru kecewa bila para penegak hukum melecehkan syariat Allah dengan memvonis syariat I’dad sebagai tindak pidana terorisme. Keputusan hakim itu dinilai sebagai bentuk peperangan terhadap syariat Islam.<br /><br />“Saya menolak putusan hakim karena mereka memutuskan hukum bukan dengan hukum Allah, putusan ini ada unsur memerangi Islam dan pengadilan ini tidak netral,” tegas ustadz Abu saat dibezuk di sel Bareskrim Mabes Polri Jum’at sore (17/6/2011), didampingi sang istri, Ummu Aisyah Baradja.<br /><br />Karenanya, Ustadz Abu bertekad akan terus melawan penindasan dan kezaliman itu dengan menempuh jalur hukum hingga tingkat PK (Peninjauan Kembali). Menurutnya, I’dad adalah syariat yang diperintahkan Allah. Memvonis I’dad sebagai tindak pidana terorisme adalah pelecehan terhadap Syariat Islam.<br /><br />“Kalau mereka mau menyalahkan saya mereka harus mendatangkan bukti-bukti dari Al-Qur’an dan Sunnah. Soal I’dad di Aceh misalnya, menurut hukum Islam itu syar’i,” paparnya. “Jadi kalau mereka mau menghukum saya silakan jika saya salah, tapi jangan mencela Syariat Allah dengan mengatakan syariat I'dad sebagai tindakan terorisme ini yang saya tidak terima, ini penghinaan namanya dan akan terus saya lawan,” pungkasnya. [taz, widad]ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-12461638264350877702010-12-26T22:31:00.000+07:002010-12-26T22:32:44.160+07:00Usaha Pencurian Jenazah Nabi Sholallohu ’alaihi wa sallamSejarah mencatat, beberapa usaha pencurian terhadap jenazah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam , semuanya mengalami kegagalan. Sungguh Allah Subhanaahu wa Ta’ala telah menjaga Nabi-Nya Sholallohu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan hidup dan dalam keadaan sudah meninggal.<br /><br />Ada lima usaha pencurian jenazah Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam yang ditulis oleh penulis buku Sejarah Masjid Nabawi as-Syarif, Muhammad Ilyas ‘Abdul Ghani. Kami akan menyebutkannya secara ringkas:<br /><br /> <br /><br />Usaha pertama:<br /><br />Di masa al-Hakim Biamrillah al-‘Ubaidiy yang Pada tahun 358 H, orang-orang Rafidhah ‘Ubaidiy menguasai Mesir, mereka itu adalah satu kelompok yang mengaku cinta kepada Ahlul Bait. Di antara pemimpin mereka yang paling menonjol adalah al-Hakim Biamrillah yang mengaku sebagai Tuhan, dan dia mendakwahkan pendapat reinkarnasi arwah. Kekuasaan negeri itu berakhir pada tahun 568 H<br /><br />Salah seorang zindiq mengusulkan kepadanya untuk menghadirkan jasad Rasulullah Sholallohu ‘alaihi wa sallam ke Mesir untuk menarik perhatian manusia kepadanya sebagai pengganti Madinah, lalu memerangi penduduknya. Pada hari berikutnya, Allah I mengirimkan angin ke Madinah, dan hampir bumi tergoncang karena kuatnya angin itu. Hal ini menjadi penghalang tujuan para pembangkang tersebut.<br /><br /> <br /><br />Usaha kedua:<br /><br />Pada masa khalifah al-Ubaidiy yang sama. Dia mengutus orang untuk tinggal di sebuah rumah dekat dengan al-Haram an-Nabawi. Kemudian ia menggali sebuah terowongan dari rumah tersebut menuju kubur Nabi r. Kemudian penduduk Madinah mendengar ada suara menyeru, memanggil-manggil di tengah-tengah mereka bahwa ‘Nabi kalian akan digali (kuburnya)’. Maka manusiapun menyelidikinya, kemudian mendapati mereka yang sedang menggali, lalu membunuh mereka. Patut juga disebutkan bahwa al-Hakim bin Ubaidillah mengaku sebagai Tuhan pada tahun 408 H.<br /><br /> <br /><br />Usaha ketiga:<br /><br />Dilakukan oleh para penggali kubur dari Raja-Raja Nasrani. Hal itu dilaksanakan dengan perantara dua orang Nasrani dari Maroko. Namun Allah I melindungi jasad Nabi-Nya r dengan cara Panglima Nuruddin Zankiy bermimpi bertemu Nabi r dalam tidurnya, beliau menunjukkan dua orang berambut merah kekuning-kuningan, dan beliau bersabda: “Tolonglah aku, selamatkan aku dari dua orang laki-laki ini.’ Panglima Nuruddin Zanky pun terkejut bangun dari tidurnya. Kemudian dia kumpulkan para hakim, lalu mereka memberinya usul agar dia menuju Madinah. Diapun sampai di Madinah dengan membawa harta yang banyak untuk dibagikan kepada penduduk Madinah. Dia kumpulkan manusia, lalu memberi mereka hadiah setelah nama-nama mereka dicatat, dan dia tidak melihat dua orang laki-laki yang ditunjukkan Nabi dalam mimpinya. Di saat itu dia bertanya, ‘Adakah orang yang belum mengambil sesuatu dari harta shadaqah ini?’ Mereka menjawab, ‘Tidak.’ Dia bertanya lagi, ‘Berfikirlah, ingat-ingatlah.’ Merekapun menjawab, ‘Tidak tertinggal seorangpun kecuali dua orang Maroko, keduanya adalah orang shalih, kaya dan banyak shadaqah.’ Mendengar itu dada panglima pun menjadi lapang, kemudian memerintahkan untuk memanggil keduanya. Lalu dia melihatnya persis seperti dua orang laki-laki yang dilihatnya di dalam tidurnya.<br /><br />Diapun bertanya kepada keduanya, ‘Dari mana kalian berdua?’<br /><br />Keduanya menjawab, ‘Jama’ah haji dari Maroko.’<br /><br />‘Berkatalah jujur kepadaku,’ sergah Panglima.<br /><br />Lalu keduanya ditahan kerenanya.<br /><br />Panglimapun bertanya tentang rumah keduanya. Di saat dia pergi dan sampai di rumah kedunya, dia tidak mendapati selain harta dan buku-buku di rak. Pada saat dia mengangkat tikar, dia menemukan lorong yang menghantarkan ke kamar Nabi r yang mulia. Manusiapun terkejut. Setelah keduanya dipukuli, keduanya mengaku sebagai penggali kubur milik raja-raja Nasrani, dan sebelum keduanya sampai di kuburan terjadi goncangan di bumi. Panglima Nuruddin Zankiy pun membunuh keduanya di Kamar Nabi r yang mulia. Kemudian beliau perintahkan untuk membangun tembok disekitar Kubur yang mulia yang terbuat dari tembok timah tebal agar tidak ada seorangpun yang berani berbuat lancang lagi dengan menggunakan cara tersebut.<br /><br /> <br /><br />Usaha keempat:<br /><br />Sejumlah orang-orang Nasrani mencuri dan merampok kafilah jam’ah haji. Kemudian mereka bertekad untuk menggali kubur Nabi Sholallohu ‘alaihi wa sallam . Mereka berbicara dan terang-terangan dengan niat mereka, kemudian mereka menyeberangi laut menuju Madinah. Kemudian Allah menolak serangan mereka dengan kapal yang telah disiapkan dari Mesir al-Iskandariyah yang mengikuti mereka, kemudian menangkap mereka semuanya, kemudian menawan dan membagi-bagi mereka di negeri kaum muslimin.<br /><br /> <br /><br />Usaha kelima:<br /><br />Usaha yang dilakukan dengan niat untuk menggali kubur Abu Bakar dan Umar d. Itu terjadi di pertengahan abad ke tujuh hijriyah. Sejumlah orang yang mencapai 40 orang laki-laki bertujuan untuk menggali kubur di malam hari, kemudian bumipun terbelah dan menelan mereka. Hal ini diceritakan oleh pelayan al-Haram an-Nabawy pada saat itu. Dia adalah Shawwab, as-Syamsu al-Malthiy.<br /><br /> <br /><br />Sumber:<br /><br />Majalah Qiblati edisi 6 tahun IVABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-89980531263240418282010-12-22T20:06:00.001+07:002010-12-22T20:11:02.530+07:00Orang yang Meyakini Ada Nabi Sesudah Nabi Muhammad, Dia Murtad dari Islam<blockquote></blockquote><br />Kita bersaksi bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam adalah penutup para Nabi. Maka siapa saja yang berkata ada Nabi sesudahnya, dia murtad (keluar) dari Islam. Karena berarti dia telah mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah shahih yang sangat jelas menerangkan bahwa beliau shallallahu 'alaihi wasallam sebagai penutup para nabi.<br /><br />Allah Ta’ala berfirman,<br /><br />مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ<br /><br />“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (QS. Al-Ahzab: 40)<br /><br />Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,<br /><br />إِنَّ مَثَلِي وَمَثَلَ الْأَنْبِيَاءِ مِنْ قَبْلِي كَمَثَلِ رَجُلٍ بَنَى بَيْتًا فَأَحْسَنَهُ وَأَجْمَلَهُ إِلَّا مَوْضِعَ لَبِنَةٍ مِنْ زَاوِيَةٍ فَجَعَلَ النَّاسُ يَطُوفُونَ بِهِ وَيَعْجَبُونَ لَهُ وَيَقُولُونَ هَلَّا وُضِعَتْ هَذِهِ اللَّبِنَةُ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ النَّبِيِّينَ<br /><br />“Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku seperti seorang laki-laki yang membangun rumah, ia tata dan percantik rumah itu. Hanya saja ada satu tempat sebesar batu bata di sebelah pojok. Lalu orang-orang berkeliling di sekitarnya dan terpesona dengan keindahannya. Mereka berkata, ‘Alangkah baiknya kalau batu bata ini diletakkan di tempatkan itu.’ Beliau bersabda, ‘Aku adalah batu bata itu dan aku adalah penutup para nabi’.” (Mutaafaq ‘alaih) dan dalam riwayat Muslim, “Maka aku adalah tempat batu bata tersebut, aku datang dan menjaid penutup para Nabi.”<br /><br /> Siapa saja yang berkata ada Nabi sesudahnya, dia murtad (keluar) dari Islam.<br /><br /> Karena berarti dia telah mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an dan sunnah shahih yang sangat jelas menerangkan bahwa beliau shallallahu 'alaihi wasallam sebagai penutup para nabi.<br /><br />Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam hadits lain,<br /><br />أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يُمْحَى بِيَ الْكُفْرُ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى عَقِبِي وَأَنَا الْعَاقِبُ وَالْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ نَبِيٌّ<br /><br />“Aku adalah Muhammad, dan aku adalah Ahmad. Aku juga الْمَاحِي “al-Mahi” yang kekufuran terhapus denganku. Aku adalahالْحَاشِر (pengumpul) yang seluruh manusia dikumpulkan sesudahku. Aku juga juga الْعَاقِبُ (yang terakhir) yang tidak ada nabi sesudahnya.” Dan dalam riwayat Muslim lainnya,<br /><br />وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ<br /><br />“Dan aku الْعَاقِبُ (yang terakhir) yang tidak ada seorang nabi-pun sesudahnya.”<br /><br />فُضِّلْتُ عَلَى الْأَنْبِيَاءِ بِسِتٍّ أُعْطِيتُ جَوَامِعَ الْكَلِمِ وَنُصِرْتُ بِالرُّعْبِ وَأُحِلَّتْ لِيَ الْغَنَائِمُ وَجُعِلَتْ لِيَ الْأَرْضُ طَهُورًا وَمَسْجِدًا وَأُرْسِلْتُ إِلَى الْخَلْقِ كَافَّةً وَخُتِمَ بِيَ النَّبِيُّونَ<br /><br />“Aku diistimewakan dari nabi yang lain dengan enam perkara: Aku diberi jawami’ al-kalim (kalimat ringkas namun padat maknanya), aku dimenangkan dalam peperangan dengan masuknya rasa takut pada musuhku, Dihalalkan ghanimah bagiku, dijadikan bumi buatku suci dan tempat sujud, aku diutus untuk seluruh umat manusia, dan para nabi ditutup oleh aku.” (HR. Muslim)<br /><br />Imam al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar menuju Tabuk dan menunjuk Ali menggantikannya. Lalu Ali berkata, “Apakah Anda meninggalkanku bersama anak-anak dan kaum wanita?!” Beliau bersabda,<br /><br />أَلَا تَرْضَى أَنْ تَكُونَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَيْسَ نَبِيٌّ بَعْدِي<br /><br />“Tidakkah engkau ridha menempati poisiku sebagaimana kedudukan Harun dari Musa, hanya saja tidak ada nabi sesudahku.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim)<br /><br />Dan dalam riwayat Muslim,<br /><br />غَيْرَ أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي<br /><br />“Hanya saja (bedanya) tidak ada kenabian sesudahku.”<br /><br />Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,<br /><br />كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي وَسَيَكُونُ خُلَفَاءُ فَيَكْثُرُونَ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ أَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ<br /><br />“Bani Israil dahulu dipimpin para Nabi. Setiap meninggal seorang nabi, maka datang nabi lain menggantikannya. Dan sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, yang akan ada adalah para khalifah. Jumlah mereka banyak. Para sahabat bertanya, ‘Apa yang anda perintahkan kepada kami.’ Beliau menjawab, ‘Penuhilah bai’at orang paling pertama, kemudian baru orang setelah itu. Berikan hak mereka, maka sungguh Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka dari kepemimpinan mereka’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)<br /><br />Orang-orang pertama dan terakhir akan memberikan kesaksian itu kepada beliau. Yaitu di hari saat Allah mengumpulkan mereka di satu tempat pada hari kiamat. Seorang penyeru akan menyeru mereka dan pandangan menembus mereka. Kemudian mereka tergesa-gesa mendatangi para anbiya’ untuk meminta syafa’at. Ketika sampai kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, mereka bersaksi bahwa beliau adalah rasul terakhir. Mereka berkata kepadanya,<br /><br />يَا مُحَمَّدُ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ وَخَاتِمُ الْأَنْبِيَاءِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى إِلَى مَا نَحْنُ فِيهِ<br /><br />“Wahai Muhammad, Anda adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan sungguh Allah telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan akan datang. Berilah kami syafaat (pertolongan) kepada Rabbmu, tidakkah engkau lihat kondisi kami.” (HR. Al-Bukhari)<br /><br />Berdasarkan semua ini, maka apa yang diklaim oleh sekte Qadiyaniyah (Ahmadiyah) di semenanjung Hindia tentang kenabian Mirza Ghulam Ahmad, telah mengeluarkan mereka dari Islam.<br /><br /> Apa yang diklaim oleh sekte Qadiyaniyah (Ahmadiyah) di semenanjung Hindia tentang kenabian Mirza Ghulam Ahmad, telah mengeluarkan mereka dari Islam.<br /><br />Universitas Al-Azhar di Mesir, Rabithah ‘Alam Islami di Makkah Mukarramah, seminar OKI yang diselenggaran di Rabithah, Lajnah Daimah (Panitia Tetap) untuk kajian Ilmiah, Fatwa, dan dakwah di Riyadh dan lembaga-lembaga keIslaman di seluruh dunia lainnya telah mengeluarkan keputusan bahwa Qadiyaniyah adalah kelompok yang sudah murtad dari Islam. Parlemen Pakistan tahun 1976 juga telah mengeluarkan keputusna yang sama.<br /><br /> * Ditarjamahkan oleh Badrul Tamam dari kitab Maa Laa Yasa’ al-Muslima Jahluhu, DR. Abdullah Al-Mushlih dan DR. Shalah Shawi.ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-3239952106634827382010-12-22T20:01:00.000+07:002010-12-22T20:01:26.989+07:00Ikhwan Boikot, Salafi Yordan Malah Serukan Ikut Pemilu<a href="http://www.hidayatullah.com/berita/internasional/13900--ikhwan-boikot-salafi-yordan-malah-serukan-ikut-pemilu">Ikhwan Boikot, Salafi Yordan Malah Serukan Ikut Pemilu</a>ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-57019425390667433252010-03-25T23:27:00.001+07:002010-03-25T23:29:39.729+07:00Gambar Yesus di Seluruh Dunia Tak Sesuai Fakta<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uPWFlaXqI/AAAAAAAAAKY/Aa0IijB19QY/s1600/timthumb.php.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 355px; height: 235px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uPWFlaXqI/AAAAAAAAAKY/Aa0IijB19QY/s400/timthumb.php.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452609383481106082" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uPV-tzGoI/AAAAAAAAAKQ/07fNvZarhw8/s1600/yes.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 355px; height: 235px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uPV-tzGoI/AAAAAAAAAKQ/07fNvZarhw8/s400/yes.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452609381637233282" /></a><br />Artikel tersebut dimaksudkan untuk menjawab kesaksian penginjil urang Sunda yang menamakan dirinya Kang Maman. Dalam kesaksian yang dengan judul provokatif “Dianiaya dan Dibakar Akibat Menjadi Kristiani.” (tabloid Zaitun, edisi 36 Th II), Maman mengaku mengaku sebagai mantan Muslim.<br /><br />Perpindahan iman dari Islam ke Kristen, tulisnya, bermula ketika melakukan shalat pada malam hari, Kang Maman mendengar gemuruh angin di ruangan shalat. Saat itu, hadir seorang berjubah putih dan berselendang merah membara serta membawa sebuah tongkat. Lelaki itu mengucapkan salam dengan suara menggelegar, “Syalom, syalom!”<br /><br />Lelaki tak dikenal itu terus-menerus menatap ke arah Kang Maman. Tiba-tiba orang itu berucap, “Anakku, akulah Isa Almasih, dan Akulah Yesus Kristus. Akulah jalan yang lurus dan akulah yang terkemuka di dunia dan di akhirat.” Penampakan itulah awal kisah Kang Maman menjadi orang Kristen.<br /><br />Dalam tangggapannya terhadap kesaksian Penginjil Kang Maman tersebut, Mokoginta meragukan seluruh kesaksiannya.<br /><br /> ...kesaksian Penginjil Kang Mamam bahwa dia masuk Kristen karena bertemu Yesus melalui sebuah penampakan, wajib diragukan, karena bohong belaka. Sebab, darimana dia tahu bahwa itu wajah Yesus yang asli...<br /><br />Menurutnya, kesaksian Penginjil Kang Mamam bahwa dia masuk Kristen karena dia telah dijamah oleh Yesus melalui sebuah penampakan, wajib diragukan. Bila ia mengaku melihat Yesus secara langsung, jelas sekali bahwa kesaksian seperti itu bohong belaka. Sebab, darimana dia tahu bahwa itu wajah Yesus yang asli (original)? Jika wajah mereka itu asli, siapa yang memotretnya? Kamera, scanner, foto copy dan handycam merek apa yang dipakai saat itu?<br /><br />Untuk membuktikan bahwa foto-foto Yesus itu tidak ada yang original, Mokoginta menampilkan berbagai model foto Yesus yang beredar di seluruh dunia. Foto-foto tersebut tidak ada yang sama, semuanya berbeda dan bertolak belakang satu sama lainnya.<br /><br />Mokoginta bahkan menantang Penginjil Kang Maman dan para jemaatnya dengan sayembara foto Yesus berhadiah mobil BMW.<br /><br />“Kepada Penginjil Kang Maman yang mengaku pernah ketemu Yesus melalui penampakan nyata, kami menantang dengan sayembara menarik. Kami sediakan hadiah berupa mobil sedan BMW bila Kang Maman maupun jemaat Kristen lainnya bisa menunjukkan wajah Yesus yang sesungguhnya (asli/original) berdasarkan data-data yang valid dan ilmiah,” tulisnya.<br /><br /> ...Kami sediakan hadiah sedan BMW bila Kang Maman maupun jemaat Kristen lainnya yang bisa menunjukkan wajah Yesus yang asli/original...<br /><br />Sampai tulisan ini ditayangkan, belum ada satu orang pun yang layak mendapat hadiah mobil BMW.<br /><br />Seorang kristiani bernama Habel Ndoen bahkan mengirim email berjudul “Yang penting bukan foto atau gambar Yesus Kristus.” Anehnya, Habel tidak berminat menjawab kuis BMW, tapi justri mengakui bahwa ia dan seluruh manusia di dunia tidak ada yang mampu menjawab kuis foto Yesus berhadiah mobil BMW tersebut. Habel menulis sbb:<br /><br />“Sayembara foto Yesus hadiah BMW tidaklah patut diadakan karena tidak mungkin ada pemenangnya. Seandainya saya buat Sayembara foto Nabi-nabi lainnya atau malaikat Jibril pun, dengan hadiah Pesawat Terbang termahal di dunia, juga tidak mungkin ada pemenangnya. Mengapa Anda nekat punya ide aneh buat Sayembara Foto Yesus? Saya yakin 100% Allah SWT tidak menyuruh Anda buat Sayembara tsb.”<br /><br />Habel Ndoen harus tahu, bahwa sayembara itu bukan atas dasar “nekad-nekadan,” tapi untuk mengajak Penginil Kang Maman dan umat lainnya untuk berpikir logis, bahwa teologi “penampakan Yesus” adalah sebuah kemustahilan. Karena sampai sekarang, seluruh umat manusia di dunia ini tidak ada yang tahu wajah Yesus yang asli.<br /><br />Lukisan Yesus karya Leonardo Da Vinci pun Tak Valid<br /><br />Ketidakvalidan foto Yesus ini juga diakui umat Kristen sendiri dalam penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti di Amerika Serikat (AS). Mereka mengungkapkan penemuan yang menggemparkan terkait puluhan lukisan bertema suatu peristiwa sakral bagi umat Kristiani.<br /><br />Peristiwa yang dimaksud adalah "Perjamuan Akhir," yang digambarkan dalam puluhan lukisan, yang dibuat dalam kurun waktu 1.000 tahun.<br /><br /> ...Menurut tim peneliti, para pelukis –termasuk seniman legendaris Leonardo Da Vinci– melakukan kesalahan yang sama dalam melukis perjamuan Yesus Kristus...<br /><br />Menurut tim peneliti, para pelukis –termasuk seniman legendaris Leonardo Da Vinci– ternyata melakukan kesalahan yang sama dalam melukis suasana perjamuan antara Yesus Kristus dan para muridnya.<br /><br />Penemuan atas kesalahan kolektif para pelukis "Perjamuan Akhir" itu dipublikasikan dalam artikel di sebuah jurnal medis International Journal of Obesity, yang diterbitkan Selasa, 23 Maret 2010, atau beberapa hari sebelum peringatan Jumat Agung dan Hari Paskah.<br /><br />Memanfaatkan teknologi komputer, para peneliti membandingkan ukuran makanan dengan ukuran kepala dalam 52 lukisan Perjamuan Akhir.<br /><br />"Kalau seni merupakan imitasi kehidupan, kita berarti dalam masalah," kata para peneliti menyimpulkan.<br /><br />Prof. Brian Wansink dan lukisan Perjamuan Akhir yang dia teliti (AP Photo)<br /><br />Berdasarkan puluhan lukisan yang dibuat antara tahun 1000 hingga 2000, ukuran hidangan utama bertambah 69 persen; ukuran piring 66 persen; ukuran roti bertambah 23 persen.<br /><br />"Penambahan ukuran termasuk dalam fenomena modern, tetapi apa yang kita lihat belakangan ini mungkin hanya bagian paling mencolok dari tren yang telah berlangsung sangat lama," kata Brian Wansink, ilmuwan mengenai makanan dari Cornell University.<br /><br />Studi ini merupakan ide Wansink. Untuk dikaitkan dengan konteks Alkitab, (Bibel) dia mendapat bantuan dari saudaranya, Craig Wansink, profesor studi religi Virginia Wesleyan College.<br /><br />Sebagai bahan studi, dia menggunakan lukisan yang ditampilkan dalam buku "Last Supper" terbitan tahun 2000 oleh Phaidon Press. Mereka menampilkan lukisan yang mungkin merupakan lukisan paling populer mengenai perjamuan terakhir dari Leonardo da Vinci. [taz/voa-islam.com]ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-37759134122515516312010-03-25T23:23:00.001+07:002010-03-25T23:25:40.972+07:00Menjijikkan, Tentara Homo Akan Dilegalkan di Amerika<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uOcrPWBeI/AAAAAAAAAKI/-tLGxYaB7Co/s1600/sdr.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 355px; height: 235px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uOcrPWBeI/AAAAAAAAAKI/-tLGxYaB7Co/s400/sdr.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452608397156681186" /></a><br />WASHINGTON (voa-islam.com): Polisi Washington menahan dua tentara gay Amerika, yang memborgol dan merantai dirinya sendiri diluar pagar Gedung Putih untuk melakukan demonstrasi. Mereka berdua adalah pengunjuk rasa berumur 44 tahun, James Petrandzhelo dan 29 tahun Daniel Chow, mereka merantai diri sendiri ke pagar di sisi utara tempat tinggal presiden tersebut, mereka lalu ditemukan patroli. Sebagaimana dinyatakan dalam jumpa pers, polisi telah tiga kali memperingatkan mereka untuk tidak melakukan protes ilegal. Mereka kemudian ditangkap dan dibawa ke pengadilan, lapor koran "Today".<br /><br />Kedua pengunjuk rasa tersebut merupakan veteran Irak, mereka secara "terang-terangan mempraktekkan" homoseksualitas. Mereka tidak puas dengan situasi tertekan akibat perilaku menyimpang dalam Angkatan Bersenjata Amerika Serikat, dan merantai diri mereka di pagar dalam rangka untuk "menyampaikan pesan kepada Presiden. "<br /><br />Menurut prinsip militer, jika mereka secara terbuka diakui sebagai homoseksual, maka dilarang menjadi tentara. Undang-undang militer menyediakan demobilisasi dalam kasus-kasus itu, jika homoseksualitas mereka terbukti selama penyelidikan.<br /><br /> ..Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates dan Ketua Kepala Gabungan Staf Mike Mullen pada sidang di Senat mengumumkan kampanye bagi legalisasi sodomisasi di militer, yang nanti akan mengarah pada penghapusan lengkap prinsip "jangan tanya - jangan bilang" (Don't Ask - Don't Tell)<br /><br />Kampanye untuk melegalkan homoseksual dan lesbian telah mulai pada awal bulan Februari tahun ini. Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert Gates dan Ketua Kepala Gabungan Staf Mike Mullen pada sidang di Senat mengumumkan kampanye bagi legalisasi sodomisasi di militer, yang nanti akan mengarah pada penghapusan lengkap prinsip "jangan tanya - jangan bilang" (Don't Ask - Don't Tell).<br /><br />Pada 1993, Presiden dari Demokrat Bill Clinton pernah akan membuang aturan pelarangan kepada tentara yang melakukan "penyimpangan" di militer, tetapi badan legislatif dan kepala-kepala pasukan AS menentang langkah ini, mereka percaya bahwa hal ini akan merusak kesiapan Angkatan Bersenjata. Sebagai contoh, di Inggris setelah disahkannya penyimpangan sodomi di Angkatan Bersenjata Royal, mulai memicu pemberhentian massa para perwira yang normal.<br /><br />Para ahli menyatakan bahwa keputusan pemerintah AS ini telah membuka kotak Pandora, memicu konflik antara aktivis LGBT dan kepemimpinan militer, yang akan membawa suasana barak Amerika menjadi "parade gay".<br /><br />Untuk melihat ukuran perkiraan masalah ini, sebelumnya pernah tercatat bahwa, menurut "Times Army", pada tahun 2009 akibat perlakuan homoseksualitas di Angkatan Darat Amerika Serikat telah dipecat 428 perwira, sedangkan di tahun 2008 - 619 perwira juga dipecat akibat kelakuan homo mereka. Sedang sejak tahun 1993 hingga sekarang, lebih dari 10 ribu perwira berkelakukan "aneh" ini telah diturunkan pangkatnya. [Cno]ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-196232396177951262010-03-25T23:10:00.002+07:002010-03-25T23:16:35.460+07:00Osama Ancam Bunuh Semua Warga AS<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uMRw9JwTI/AAAAAAAAAKA/WFF7y_xDyl4/s1600/osm.jpeg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 250px; height: 205px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uMRw9JwTI/AAAAAAAAAKA/WFF7y_xDyl4/s400/osm.jpeg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452606010689175858" /></a><br />DUBAI - Pemimpin jaringan internasional Al Qaeda Osama Bin Laden kembali merilis rekaman terbaru. Kali ini rekaman berisikan suara orang yang diduga Osama itu menyatakan, ancaman untuk membunuh semua warga Amerika Serikat (AS).<br /><br />Bin Laden mengancam akan membunuh semua warga AS yang berhasil ditangkap oleh pihak Al Qaeda. Hal ini akan dilakukannya jika AS menghukum mati Khalid Sheikh Mohammed, yang dianggap sebagai otak penyerangan 11 September 2001 di New York yang menewaskan ribuan Jiwa. Demikian diberitakan Al Jazeera, Kamis (25/3/2010).<br /><br />Masih belum jelas apakah rekaman tersebut asli atau tidak. Rekaman ancaman yang ditengarai berisi suara Osama Bin Laden memang acapkali dirilis. Rekaman terakhir dikeluarkan pada Januari lalu.<br /><br />Saat itu rekaman suara yang diakui sebagai Osama Bin Laden, memberikan peringatan kepada Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan serangan baru ke Amerika Serikat.<br /><br />Dalam Rekaman audio yang disiarkan melalui stasiun televisi Al Jazeera tersebut, Osama menyebutkan jika rakyat AS tidak akan hidup damai sampai adanya keamanan di Palestina. Osama juga mengklaim jika Al Qaeda di balik upaya peledakan pesawat AS pada 25 Desember lalu yang gagal.<br /><br />Belum ada tanggapan dari pihak Gedung Putih atas rekaman terbaru dari Osama bin Laden ini. (syk/alm/okz)ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-11406058164044175512010-03-25T23:03:00.002+07:002010-03-25T23:09:54.430+07:00Pelayanan Kesehatan di Kekhalifahan Islam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uKa9NzvkI/AAAAAAAAAJ4/2-JQ3H8uZMk/s1600/kidxxx.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 240px; height: 180px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6uKa9NzvkI/AAAAAAAAAJ4/2-JQ3H8uZMk/s400/kidxxx.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5452603969575829058" /></a><br />Barack Obama telah menandatangani RUU kontroversial kesehatan AS menjadi undang-undang beberapa hari yang lalu setelah berbulan-bulan perdebatan sengit terjadi dalam menggodok RUU Kesehatan tersebut.<br /><br />Kesehatan di AS telah menjadi sorotan dalam beberapa tahun terakhir dan mendapat perhatian internasional setelah Michael Moore merilis film dokumenter yang berjudul "Sicko" tiga tahun lalu. Di dalam filmnya tersebut Michael Moore memusatkan perhatian pada kegagalan sistem kesehatan Amerika. Perhatian khusus diberikan kepada Perusahaan Asuransi dan bagaimana tujuan mereka yang ternyata bukan untuk membantu orang yang membutuhkan melainkan untuk meningkatkan keuntungan. Solusi yang diusulkan adalah untuk memiliki sistem kesehatan publik yang serupa dengan yang ada di Kanada, Inggris, Perancis dan Kuba.<br /><br />Dengan ekonomi yang berantakan dan meningkatnya biaya pengeluaran negara dari perang Irak dan Afghanistan, kita mungkin bertanya-tanya apa yang salah dengan skala prioritas AS? Perdebatan panjang tentang perawatan kesehatan di AS berpusat pada apakah ada hak untuk pelayanan kesehatan dasar, atau siapa yang seharusnya memiliki akses ke perawatan kesehatan dan kualitas yang diperoleh.<br /><br />Utang kedokteran dikutip sebagai satu-satunya faktor terbesar pada 62% dari semua kebangkrutan personal di Amerika Serikat.<br /><br />50 juta orang Amerika tidak memiliki asuransi kesehatan. Sekitar 18.000 dari 50 juta orang meninggal dunia setiap tahun karena mereka tidak memiliki asuransi kesehatan.<br /><br />Amerika Serikat tidak melihat kesehatan sebagai hak dasar, tetapi sebagai hak istimewa. Barack Obama menantang pandangan ini melalui reformasi RUU untuk menyediakan perawatan kesehatan universal melalui asuransi kesehatan untuk semua orang. Hal inilah yang menyebabkan 'kemurkaan' dari kelompok sayap kanan AS.<br /><br />AS tidak menyediakan program yang didanai pemerintah dengan anggaran terbesar untuk biaya ataupun asuransi kesehatan. Tetapi pada umumnya terserah kepada individu untuk memperoleh asuransi kesehatan atau tidak. Kebanyakan warga pekerja AS mendapatkan hal tersebut melalui majikan mereka tempat perusahaan mereka bekerja, tetapi yang lain mendaftar pada skema asuransi swasta.<br /><br />Menurut syarat-syarat yang paling terencana, warga AS harus membayar premi secara teratur, tetapi diharuskan untuk membayar sebagian dari biaya pengobatan mereka sebelum menutup pengeluaran dari pihak asuransi.<br /><br />Ini adalah situasi dari 250 juta orang yang memiliki solusi perawatan kesehatan. Hal ini telah umum terjadi bagi mereka yang memiliki asuransi kesehatan, harus menanggung banyak utang setelah dikurangi untuk asuransi kesehatan, menyebabkan sejumlah besar orang bahkan harus menjual rumah mereka.<br /><br />Jadi, bagaimana masa depan Khilafah akan menangani masalah kesehatan?<br /><br />Mengurus urusan orang<br /><br />Islam adalah sebuah sistem unik yang diwahyukan Allah SWT yang menyediakan kebutuhan baik bagi individu dan masyarakat. Allah sebagai sang Khaliq - Sang Pencipta dari semua yang ada - akan jelas tahu apa yang terbaik untuk kita. Dengan pengetahuan Nya yang tak terbatas, sistem-Nya akan dapat memberikan solusi untuk masalah manusia yang telah atau akan hadapi. Berkaitan dengan pemerintahan, Khalifah dipercayakan dalam menerapkan hukum-hukum Allah. Khalifah secara langsung bertanggung jawab sebelum Allah SWT, untuk setiap masalah yang mempengaruhi warga negara yang ada di dalam Negara Islam.<br /><br />Rasulullah SAW bersabda, "Dia yang berkuasa atas lebih dari sepuluh orang akan membawa belenggu pada hari kiamat sampai keadilan melonggarkan rantainya atau tindakan tiraninya membawa dia kepada kehancuran." [Tirmidzi]<br /><br />Penguasa tidak hanya perlu menanggapi orang-orang di bawah perawatan tetapi juga harus menjawab kepada otoritas yang lebih tinggi, Malik-al-Mulk (Penguasa dari segala Kedaulatan). Dengan demikian, penguasa harus memenuhi kewajiban yang diletakkan di atas dirinya karena hal ini tidak hanya merupakan mandat dari negara, tetapi adalah hukum Allah SWT. Oleh karena itu Khalifah harus peduli bagi setiap kebutuhan warga negara dan memastikan bahwa mereka tidak menghadapi kesulitan yang tidak pantas seperti kurangnya akses ke pelayanan kesehatan atau bahkan menunggu dengan sangat lama untuk mendapat perawatan.<br /><br />Rasulullah SAW bersabda: "Siapa pun yang mengepalai salah satu urusan kaum muslimin dan tetap menjauhkan diri dari mereka dan tidak membayar dengan perhatian pada kebutuhan dan kemiskinan mereka, Allah akan tetap jauh dari dirinya pada hari kiamat.... "[Abu Dawud, Ibnu Majah, Al-Hakim]<br /><br />Hadis di atas jelas menunjukkan beratnya tanggungjawab orang yang berkuasa. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, ia terlihat agak murung. Salah seorang pembantunya bertanya mengapa dia begitu sedih dan khawatir. Umar menjawab, "Siapa pun yang berada di bawah tanggung jawabku; aku harus menyampaikan dan memberikan kepada mereka semua hak-hak mereka, apakah mereka menuntut atau tidak akan hak-hak mereka."<br /><br />Perawatan bagi orang-orang yang berada di bawah otoritas negara tidak dinilai berdasarkan anggaran tahunan atau aspirasi politik melainkan didasarkan pada hak-hak yang diberikan kepada mereka oleh Allah SWT. Hal ini mewajibkan Khalifah untuk menyediakan hak-hak mereka dengan sangat hati-hati dengan kepedulian yang terbaik dari kemampuan yang dimiliki dirinya, apakah warga negara menyadari hak itu atau tidak, dan apakah mereka telah meminta untuk itu atau tidak.<br /><br />Kesehatan dalam Khilafah<br /><br />Nabi SAW bersabda: "Setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab untuk orang-orang yang dipimpin. Jadi, penguasa adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya." [Bukhari & Muslim]<br /><br />Imam bertanggung jawab untuk mengelola urusan-urusan rakyat. Salah satu kebutuhan dasar adalah bahwa Khilafah harus menyediakan layanan kesehatan. Ketika Rasulullah SAW sebagai kepala negara di Madinah diberikan seorang dokter sebagai hadiah, ia tugaskan dokter tersebut ke umat Islam. Kenyataan bahwa Rasulullah SAW menerima hadiah dan dia tidak menggunakannya, bahkan dia menugaskan dokter itu kepada kaum muslimin, dan hal ini adalah bukti bahwa kesehatan adalah salah satu kepentingan umat Islam.<br /><br />Karena negara berkewajiban untuk membelanjakan anggaran negara pada penyediaan sistem kesehatan gratis untuk semua orang, maka Baitul-Mal harus menyusun anggaran untuk kesehatan. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi maka pajak kekayaan akan dikenakan pada umat Islam untuk memenuhi defisit anggaran.<br /><br />Berbeda dengan sistem kapitalis, sistem Islam memandang penyediaan kesehatan kepada warga negaranya dari perspektif manusia dan bukan aspek ekonomi. Ini berarti bahwa pemimpin Negara Islam terlihat untuk menyediakan sarana kesehatan yang memadai dan berkualitas baik kepada rakyat, bukan demi memiliki tenaga kerja yang sehat yang dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian tetapi demi memenuhi tugasnya mengurus kebutuhan orang-orang dalam ketaatan kepada Allah SWT.<br /><br />Kedokteran keunggulan dalam sejarah Islam<br /><br />Ketika Islam diterapkan sebagai sebuah sistem lengkap, Islam menyediakan sarana untuk berprestasi di segala bidang seperti ilmu pengetahuan dan teknologi. Di masa lalu, individu di bawah Khilafah membuat kontribusi yang luar biasa untuk bidang medis.<br /><br />Khilafah pada masa itu menyediakan banyak rumah sakit kelas satu dan dokter di beberapa kota: Baghdad, Damaskus, Kairo, Yerusalem, Alexandria, Cordova, Samarkand dan banyak lagi. Kota Baghdad sendiri memiliki enam puluh rumah sakit dengan pasien rawat inap dan pasien rawat jalan dan memiliki lebih dari 1.000 dokter.<br /><br />Rumah sakit umum seperti Bimaristan al-Mansuri, didirikan di Kairo pada tahun 1283, mampu mengakomodasi 8.000 pasien. Ada dua petugas untuk setiap pasien yang melakukan segala sesuatu untuk diri pasien agar mendapatkan kenyamanan dan kemudahan dan setiap pasien mendapat ruang tidur dan tempat makan sendiri. Para pasien baik rawat inap maupun rawat jalan di beri makanan dan obat-obatan secara gratis.<br /><br />Ada apotik dan klinik berjalan untuk perawatan medis bagi orang-orang cacat dan mereka yang tinggal di desa-desa. Khalifah, Al-Muqtadir Billah, memerintahkan bahwa setiap unit apotik dan klinik berjalan harus mengunjungi setiap desa dan tetap di sana selama beberapa hari sebelum pindah ke desa berikutnya.<br /><br />Dari catatan sejarah di atas, kita melihat bahwa ketika Penguasa benar-benar menerapkan aturan Allah SWT, barulah saat itu masyarakat akan benar-benar berkembang dan berhasil. Namun, penting untuk diingat bahwa kemajuan materi tidak menyamakan dengan kesuksesan sejati - mencari keridhaan Allah SWT.<br /><br />Bagi khalifah hal tersebut bukan hanya tentang bagaimana menyediakan pelayanan medis, melainkan untuk memenuhi kebutuhan warga yang dirinya dipercayakan untuk bertanggung jawab atas mereka.(fq/khilafah.com)ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-22775372907588385712010-03-18T19:21:00.002+07:002010-03-18T19:33:22.301+07:00Pajak Dalam Islam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6IdaRX1S0I/AAAAAAAAAJw/PgVgEWST2k8/s1600-h/index.gif"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 1px; height: 1px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/S6IdaRX1S0I/AAAAAAAAAJw/PgVgEWST2k8/s400/index.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5449950836248890178" /></a><br />Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak membiarkan manusia saling menzhalimi satu dengan yang lainnya, Allah dengan tegas mengharamkan perbuatan zhalim atas diri-Nya, juga atas segenap makhluk-Nya. [1] Kezhaliman dengan berbagai ragamnya telah menyebar dan berlangsung turun temurun dari generasi ke generasi, dan ini merupakan salah satu tanda akan datangnya hari kiamat sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda.<br /><br />“Sungguh akan datang kepada manusia suatu zaman saat manusia tidak peduli dari mana mereka mendapatkan harta, dari yang halalkah atau yang haram” [HR Bukhari kitab Al-Buyu : 7]<br /><br />Di antara bentuk kezhaliman yang hampir merata di tanah air kita adalah diterapkannya sistem perpajakan yang dibebankan kepada masyarakat secara umum, terutama kaum muslimin, dengan alasan harta tersebut dikembalikan untuk kemaslahatan dan kebutuhan bersama. Untuk itulah, akan kami jelaskan masalah pajak ditinjau dari hukumnya dan beberapa hal berkaitan dengan pajak tersebut, di antaranya ialah sikap kaum muslimin yang harus taat kepada pemerintah dalam masalah ini. Mudah-mudahan bermanfaat.<br /><br />DEFINISI PAJAK<br />Dalam istilah bahasa Arab, pajak dikenal dengan nama Al-Usyr [2] atau Al-Maks, atau bisa juga disebut Adh-Dharibah, yang artinya adalah ; “Pungutan yang ditarik dari rakyat oleh para penarik pajak” [3]. Atau suatu ketika bisa disebut Al-Kharaj, akan tetapi Al-Kharaj biasa digunakan untuk pungutan-pungutan yang berkaitan dengan tanah secara khusus.[4]<br /><br />Sedangkan para pemungutnya disebut Shahibul Maks atau Al-Asysyar.<br /><br />Adapun menurut ahli bahasa, pajak adalah : “ Suatu pembayaran yang dilakukan kepada pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam hal menyelenggaraan jasa-jasa untuk kepentingan umum”[5]<br /><br />MACAM-MACAM PAJAK<br />Diantara macam pajak yang sering kita jumpai ialah :<br />- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yaitu pajak yang dikenakan terhapad tanah dan lahan dan bangunan yang dimiliki seseorang.<br />- Pajak Penghasilan (PPh), yaitu pajak yang dikenakan sehubungan dengan penghasilan seseorang.<br />- Pajak Pertambahan Nilai (PPN)<br />- Pajak Barang dan Jasa<br />- Pajak Penjualan Barang Mewam (PPnBM)<br />- Pajak Perseroan, yaitu pajak yang dikenakan terhadap setiap perseroan (kongsi) atau badan lain semisalnya.<br />- Pajak Transit/Peron dan sebagainya.<br /><br />ADAKAH PAJAK BUMI/KHARAJ DALAM ISLAM?<br />Imam Ibnu Qudamah rahimahullah dalam kitabnya Al-Mughni (4/186-121) menjelaskan bahwa bumi/tanah kaum muslimin terbagi menjadi dua macam.<br /><br />1). Tanah yang diperoleh kaum muslimin dari kaum kafir tanpa peperangan, seperti yang terjadi di Madinah, Yaman dan semisalnya. Maka bagi orang yang memiliki tanah tersebut akan terkena pajak kharaj/pajak bumi sampai mereka masuk Islam, dan ini hukumnya adalah seperti hukum jizyah, sehingga pajak yan berlaku pada tanah seperti ini berlaku hanya terhadap mereka yang masih kafir saja.<br /><br />2). Tanah yang diperoleh kaum muslimin dari kaum kafir dengan peperangan, sehingga penduduk asli kafir terusir dan tidak memiliki tanah tersebut, dan jadilah tanah tersebut wakaf untuk kaum muslimin (apabila tanah itu tidak dibagi-bagi untuk kaum muslimin). Bagi penduduk asli yang kafir maupun orang muslim yang hendak tinggal atau mengolah tanah tersebut, diharuskan membayar sewa tanah itu karena sesungguhnya tanah itu adalah wakaf yang tidak bisa dijual dan dimiliki oleh pribadi ; dan ini bukan berarti membayar pajak, melainkan hanya ongkos sewa tanah tersebut.<br /><br />Jadi, dapat disimpulkan bahwa pajak pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah diwajibkan atas kaum muslimin, dan pajak hanya diwajibkan atas orang-orang kafir saja.<br /><br />HUKUM PAJAK DAN PEMUNGUTNYA MENURUT ISLAM<br />Dalam Islam telah dijelaskan keharaman pajak dengan dalil-dalil yang jelas, baik secara umum atau khusus masalah pajak itu sendiri.<br /><br />Adapun dalil secara umum, semisal firman Allah.<br /><br />“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara yang batil….”[An-NIsa : 29]<br /><br />Dalam ayat diatas Allah melarang hamba-Nya saling memakan harta sesamanya dengan jalan yang tidak dibenarkan. Dan pajak adalah salah satu jalan yang batil untuk memakan harta sesamanya<br /><br />Dalam sebuah hadits yang shahih Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.<br /><br />“Tidak halal harta seseorang muslim kecuali dengan kerelaan dari pemiliknya” [6]<br /><br />Adapun dalil secara khusus, ada beberapa hadits yang menjelaskan keharaman pajak dan ancaman bagi para penariknya, di antaranya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.<br /><br />“Sesungguhnya pelaku/pemungut pajak (diadzab) di neraka” [HR Ahmad 4/109, Abu Dawud kitab Al-Imarah : 7]<br /><br />Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah dan beliau berkata :”Sanadnya bagus, para perawinya adalah perawi (yang dipakai oleh) Bukhari-Muslim, kecuali Ibnu Lahi’ah ; kendati demikian, hadits ini shahih karena yang meriwayatkan dari Abu Lahi’ah adalah Qutaibah bin Sa’id Al-Mishri”.<br /><br />Dan hadits tersebut dikuatkan oleh hadits lain, seperti.<br /><br />“Dari Abu Khair Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata ; “Maslamah bin Makhlad (gubernur di negeri Mesir saat itu) menawarkankan tugas penarikan pajak kepada Ruwafi bin Tsabit Radhiyallahu ‘anhu, maka ia berkata : ‘Sesungguhnya para penarik/pemungut pajak (diadzab) di neraka”[HR Ahmad 4/143, Abu Dawud 2930]<br /><br />Berkata Syaikh Al-Albani rahimahullah : “(Karena telah jelas keabsahan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Lahi’ah dari Qutaibah) maka aku tetapkan untuk memindahkan hadits ini dari kitab Dha’if Al-Jami’ah Ash-Shaghir kepada kitab Shahih Al-Jami, dan dari kitab Dha’if At-Targhib kepada kitab Shahih At-Targhib” [7]<br /><br />Hadits-hadits yang semakna juga dishahihkan oleh Dr Rabi Al-Madkhali hafidzahulllah dalam kitabnya, Al-Awashim wal Qawashim hal. 45<br /><br />Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadits yang mengisahkan dilaksanakannya hukum rajam terhadap pelaku zina (seorang wanita dari Ghamid), setelah wanita tersebut diputuskan untuk dirajam, datanglah Khalid bin Walid Radhiyallahu ‘anhu menghampiri wanita itu dengan melemparkan batu ke arahnya, lalu darah wanita itu mengenai baju Khalid, kemudian Khalid marah sambil mencacinya, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.<br /><br />“Pelan-pelan, wahai Khalid. Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh dia telah bertaubat dengan taubat yang apabila penarik/pemungut pajak mau bertaubat (sepertinya) pasti diampuni. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan (untuk disiapkan jenazahnya), maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menshalatinya, lalu dikuburkan” [HR Muslim 20/5 no. 1695, Ahmad 5/348 no. 16605, Abu Dawud 4442, Baihaqi 4/18, 8/218, 221, Lihat Silsilah Ash-Shahihah hal. 715-716]<br /><br />Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa dalam hadits ini terdapat beberapa ibrah/hikmah yang agung diantaranya ialah : “Bahwasanya pajak termasuk sejahat-jahat kemaksiatan dan termasuk dosa yang membinasakan (pelakunya), hal ini lantaran dia akan dituntut oleh manusia dengan tuntutan yang banyak sekali di akhirat nanti” [Lihat : Syarah Shahih Muslim 11/202 oleh Imam Nawawi]<br /><br />KESEPAKATAN ULAMA ATAS HARAMNYA PAJAK<br />Imam Ibnu Hazm Al-Andalusi rahimahullah mengatakan dalam kitabnya, Maratib Al-Ijma (hal. 121), dan disetujui oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah :”Dan mereka (para ulama) telah sepakat bahwa para pengawas (penjaga) yang ditugaskan untuk mengambil uang denda (yang wajib dibayar) di atas jalan-jalan, pada pintu-pintu (gerbang) kota, dan apa-apa yang (biasa) dipungut dari pasar-pasar dalam bentuk pajak atas barang-barang yang dibawa oleh orang-orang yang sedang melewatinya maupun (barang-barang yang dibawa) oleh para pedagang (semua itu) termasuk perbuatan zhalim yang teramat besar, (hukumnya) haram dan fasik. Kecuali apa yang mereka pungut dari kaum muslimin atas nama zakat barang yang mereka perjualbelikan (zakat perdagangan) setiap tahunnya, dan (kecuali) yang mereka pungut dari para ahli harbi (kafir yang memerangi agama Islam) atau ahli dzimmi (kafir yang harus membayar jizyah sebagai jaminan keamanan di negeri muslim), (yaitu) dari barang yang mereka perjualbelikan sebesar sepersepuluh atau setengahnya, maka sesungguhnya (para ulama) telah beselisih tentang hal tesebut, (sebagian) berpendapat mewajibkan negara untuk mengambil dari setiap itu semua, sebagian lain menolak untuk mengambil sedikitpun dari itu semua, kecuali apa yang telah disepakati dalam perjanjian damai dengan dengan ahli dzimmah yang telah disebut dan disyaratkan saja” [8]<br /><br />PAJAK BUKAN ZAKAT<br />Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullah dalam kitabnya Syarh Ma’ani Al-Atsar (2/30-31), berkata bahwa Al-Usyr yang telah dihapus kewajibannya oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atas kaum muslimin adalah pajak yang biasa dipungut oleh kaum jahiliyah”. Kemudian beliau melanjutkan : “… hal ini sangat berbeda dengan kewajiban zakat..” [9]<br /><br />Perbedaan lain yang sangat jelas antara pajak dan zakat di antaranya.<br /><br />1). Zakat adalah memberikan sebagian harta menurut kadar yang ditentukan oleh Allah bagi orang yang mempunyai harta yang telah sampai nishabynya [10]. Sedangkan pajak tidak ada ketentuan yang jelas kecuali ditentukan oleh penguasaa di suatu tempat.<br /><br />2). Zakat berlaku bagi kaum muslimin saja, hal itu lantaran zakat berfungsi untuk menyucikan pelakunya, dan hal itu tidak mungkin kita katakan kepada orang kafir [11] karena orang kafir tidak akan menjadi suci malainkan harus beriman terlebih dahulu. Sedangkan pajak berlaku bagi orang-orang kafir yang tinggal di tanah kekuasaan kaum muslimin<br /><br />3). Yang dihapus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang penarikan sepersepuluh dari harta manusia adalah pajak yang biasa ditarik oleh kaum jahiliyah. Adapun zakat, maka ia bukanlah pajak, karena zakat termasuk bagian dari harta yang wajib ditarik oleh imam/pemimpin dan dikembalikan/diberikan kepada orang-orang yang berhak. [12].<br /><br />4). Zakat adalah salah satu bentuk syari’at Islam yang cicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sedangkan pajak merupakan sunnahnya orang-orang jahiliyah yang asal-usulnya biasa dipungut oleh para raja Arab atau non Arab, dan diantara kebiasaan mereka ialah menarik pajak sepersepuluh dari barang dagangan manusia yang melalui/melewati daerah kekuasannya. [Lihat Al-Amwal oleh Abu Ubaid Al-Qasim]<br /><br />PERSAKSIAN PARA SALAFUSH SHALIH TENTANG PAJAK<br />1). Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma pernah ditanya apakah Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu pernah menarik pajak dari kaum muslimin. Beliau menjawab : “Tidak, aku tidak pernah mengetahuinya” [Syarh Ma’anil Atsar 2/31]<br /><br />2). Umar bin Abdul Aziz rahimahullah pernah menulis sepucuk surat kepada Adi bin Arthah, di dalamnya ia berkata : “Hapuskan dari manusia (kaum muslimin) Al-Fidyah, Al-Maidah, dan Pajak. Dan (pajak) itu bukan sekedar pajak saja, melainkan termasuk dalam kata Al-Bukhs yang telah difirmankan oleh Allah.<br /><br />“…Dan janganlah kamu merugikan/mengurangi manusia terhadap hak-hak mereka, dan janganlah kamu berbuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan” [Hud : 85]<br /><br />Kemudian beliau melanjutkan : “Maka barangsiapa yang menyerahkan zakatnya (kepada kita), terimalah ia, dan barangsiapa yang tidak menunaikannya, maka cukuplah Allah yang akan membuat perhitungan dengannya” [Ahkam Ahli Dzimmah 1/331]<br /><br />3). Imam Ahmad rahimahullah juga mengharamkan pungutan pajak dari kaum muslimin, sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Rajab rahimahullah dalam kitab Jami’ul Ulum wal Hikam [13]<br /><br />4) Imam Al-Jashshash rahimahullah berkata dalam kitabnya Ahkamul Qur’an (4/366) : “Yang ditiadakan/dihapus oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari pungutan sepersepuluh adalah pajak yang biasa dipungut oleh kaum jahiliyah. Adapun zakat, sesungguhnya ia bukanlah pajak. Zakat termasuk bagian dari harta yang wajib (untuk dikeluarkan) diambil oleh imam/pemimpin (dikembalikan untuk orang-orang yang berhak)”<br /><br />5). Imam Al-Baghawi rahimahullah berkata dalam kitabnya Syarh As-Sunnah (10/61) :” Yang dimaksud dengan sebutan Shahibul Maks, adalah mereka yang biasa memungut pajak dari para pedagang yang berlalu di wilayah mereka dengan memberi nama Al-Usyr. Adapun para petugas yang bertugas mengumpulkan shadaqah-shadaqah atau yang bertugas memungut upeti dari para ahli dzimmah atau yang telah mempunyai perjanjian (dengan pemerintah Islam), maka hal ini memang ada dalam syari’at Islam selama mereka tidak melampaui batas dalam hal itu. Apabila mereka melampaui batas maka mereka juga berdosa dan berbuat zhalim. Wallahu a’lam.<br /><br />6). Imam Syaukani rahimahullah dalam kitabnya, Nailul Authar (4/279) mengatakan : “Kata Shahibul Maks adalah para pemungut pajak dari manusia tanpa haq”.<br /><br />7). Syaikh Ibnu Baz rahimahullah dalam kitabnya, Huquq Ar-Ra’iy war Ra’iyyah, mengatakan : “Adapun kemungkaran seperti pemungutan pajak, maka kita mengharap agar pemerintah meninjau ulang (kebijakan itu)”.<br /><br />PEMERINTAH BERHAK ATAS RAKYATNYA<br />Berkata Imam Ibnu Hazm rahimahullah dalam kitabnya, Al-Muhalla (4/281) ; “Orang-orang kaya ditempatnya masing-masing mempunyai kewajiban menolong orang-orang fakir dan miskin, dan pemerintah pada saat itu berhak memaksa orang-orang kaya (untuk menolong fakir-miskin) apabila tidak ditegakkan/dibayar zakat kepada fakir-miskin..”<br /><br />Ibnu Hazm rahimahullah berdalil dengan firman Allah.<br /><br />“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan ….” [Al-Isra : 26]<br /><br />Dalam ayat di atas dan nash-nash semisalnya, seperti Al-Qur’an surat An-Nisa ; 36, Muhammad : 42-44 dan hadits yang menunjukkan bahwa : “Siapa yang tidak mengasihi orang lain maka dia tidak dikasihi oleh Allah” [HR Muslim : 66], semuanya menunjukkan bahwa orang-orang fakir dan miskin mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh orang-orang kaya. Dan barangsiapa (di antara orang kaya melihat ada orang yang sedang kelaparan kemudian tidak menolongnya, maka dia tidak akan dikasihi oleh Allah: [16]<br /><br />BAGAIMANA SIKAP KAUM MUSLIMIN TERHADAP PAJAK?<br />Setelah jelas bahwa pajak merupakan salah satu bentuk kezhaliman yang nyata, timbul pertanyaan : “Apakah seorang muslim menolak dan menghindar dari praktek pajak yang sedang berjalan atau sebaliknya?”<br /><br />Jawabnya.<br />Setiap muslim wajib mentaati pemimpinnya selama pemimpin itu masih dalam kategori muslim dan selama pemimpinnya tidak memerintahkan suatu kemaksiatan. Memang, pajak termasuk kezhaliman yang nyata. Akan tetapi, kezhaliman yang dilakukan pemipimpin tidak membuat ketaatan rakyat kepadanya gugur/batal, bahkan setiap muslim tetap harus taat kepada pemimpinnya yang muslim, selama perintahnya bukan kepada kemaksiatan.<br /><br />Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan kepada para sahabatnya Radhiyallahu ‘anhum bahwa akan datang di akhir zaman para pemimpin yang zhalim. Kemudian beliau ditanya tentang sikap kaum muslimin : “Bolehkah melawan/memberontak?”. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab ; “Tidak boleh! Selagi mereka masih menjalankan shalat” [15]<br /><br />Bahkan kezhaliman pemimpin terhadap rakyatnya dalam masalah harta telah dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bagaimana seharusnya rakyat menyikapinya. Dalam sebuah hadits yang shahih, setelah berwasiat kepada kaum muslimin agar selalu taat kepada Allah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada kaum muslimin supaya selalu mendengar dan mentaati pemimpin walaupun seandainya pemimpin itu seorang hamba sahaya (selagi dia muslim). [16]<br /><br />Dijelaskan lagi dalam satu hadits yang panjang, setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan akan datangnya pemimin yang zahlim yang berhati setan dan berbadan manusia, Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu bertanya tentang sikap manusia ketika menjumpai pemimpin seperti ini. Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab.<br /><br />“Dengarlah dan patuhlah (pemimpinmu)! Walaupun dia memukul punggungmu dan mengambil (paksa) hartamu” [HR Muslim kitab Al-Imarah : 1847]<br /><br />Fadhilatusy Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah memberi alasan yang sangat tepat dalam masalah ini. Beliau mengatakan : “Melawan pemimpin pada saat itu lebih jelek akibatnya daripada sekedar sabar atas kezhaliman mereka. Bersabar atas kezhaliman mereka (memukul dan mengambil harta kita) memang suatu madharat, tetapi melawan mereka jelas lebih besar madharatnya, seperti akan berakibat terpecahnya persatuan kaum muslimin, dan memudahkan kaum kafir menguasai kaum muslimin (yang sedang berpecah dan tidak bersatu) [17]<br /><br />DIANTARA SUMBER PEMASUKAN NEGARA<br />Di antara sumber pemasukan negara yang pernah terjadi di zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam ialah.<br /><br />1). Zakat, yaitu kewajiban setiap muslim yang mempunyai harta hingga mencapai nishabnya. Di samping pemilik harta berhak mengeluarkan sendiri zakatnya dan diberikan kepada yang membutuhkan, penguasa juga mempunyai hak untuk menarik zakat dari kaum muslimin yang memiliki harta, lebih-lebih apabila mereka menolaknya, kemudian zakat itu dikumpulkan oleh para petugas zakat (amil) yang ditugaskan oleh pemimpinnya, dan dibagikan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah : 60. Hal ini bisa kita lihat dengan adanya amil-amil zakat yang ditugaskan oleh pemimpin kaum muslimin baik yang terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam ataupun generasi berikutnya.<br /><br />2). Harta warisan yang tidak habis terbagi. Di dalam ilmu waris (faraidh) terdapat pembahasan harta yang tidak terbagi. Ada dua pendapat yang masyhur di kalangan para ahli faraidh. Pendapat yang pertama, harus dikembalikan kepada masing-masing ahli waris disesuaikan dengan kedekatan mereka kepada mayit, kecuali salah satu dari istri atau suami. Pendapat kedua mengatakan, semua harta yang tidak terbagi/kelebihan, maka dikembalikan ke baitul mal/kas negara. Walau demikian, suatu ketika harta yang berlebihan itu tidak bisa dikembalikan kepada masing-masing ahli waris, semisal ada seorang meninggal dan ahli warisnya seorang janda saja, maka janda tersebut mendapat haknya 1/6, dan sisanya –mau tidak mau- harus dikembalikan ke baitul mal. [18]<br /><br />3). Jizyah, adalah harta/upeti yang diambil dari orang-orang kafir yang diizinkan tinggal di negeri Islam sebagai jaminan keamanannya. [19]<br /><br />4). Ghanimah dan fai’. Ghanimah adalah harta orang kafir (al-harbi) yang dikuasai oleh kaum muslimin dengan adanya peperangan. Sedangkan fai’ adalah harta orang kafir al-harbi yang ditinggalkan dan dikuasai oleh kaum muslimin tanpa adanya peperangan. Ghanimah sudah ditentukan oleh Allah pembagiannya dalam Al-Qur’an surat Al-Anfal : 41, yaitu 4/5 untuk pasukan perang sedangkan 1/5 yang tersisa untuk Allah, RasulNya, kerabat Rasul, para yatim, fakir miskin, dan ibnu sabil. Dan penyalurannya melalui baitul mal. Sedangkan fai’ pembagiannya sebagaimana dalam Al-Qur’an surat Al-Hasyr : 7, yaitu semuanya untuk Allah, RasulNya, kerabat Rasul, para yatim, fakir miskin, dan ibnu sabil. Dan penyalurannya (juga) melalui mal.<br /><br />5). Kharaj, hal ini telah kami jelaskan dalam point : Adakah Pajak Bumi Dalam Islam?”, diatas.<br /><br />6). Shadaqah tathawwu, yaitu rakyat menyumbang dengan sukarela kepada negara yang digunakan untuk kepentingan bersama.<br /><br />7). Hasil tambang dan semisalnya.<br /><br />Atau dari pemasukan-pemasukan lain yang dapat menopang anggaran kebutuhan pemerintah, selain pemasukan dengan cara kezhaliman semisal badan usaha milik negara.<br /><br />PENUTUP<br />Sebelum kami mengakhiri tulisan ini, perlu kiranya kita mengingat kembali bahwa kemiskinan, kelemahan, musibah yang silih berganti, kekalahan, kehinaan, dan lainnya ; di antara sebabnya yang terbesar tidak lain ialah dari tangan-tangan manusia itu sendiri. [Ar-Rum : 41]<br /><br />Di antara manusia ada yang terheran-heran ketika dikatakan pajak adalah haram dan sebuah kezhaliman nyata. Mereka mengatakan mustahil suatu negara akan berjalan tanpa pajak.<br /><br />Maka hal ini dapat kita jawab : Bahwa Allah telah menjanjikan bagi penduduk negeri yang mau beriman dan bertaqwa (yaitu dengan menjalankan perintah dan menjauhi laranganNya), mereka akan dijamin oleh Allah mendapatkan kebaikan hidup mereka di dunia, lebih-lebih di akhirat kelak, sebagaimana Allah berfirman.<br /><br />“Seandainya penduduk suatu negeri mau beriman dan beramal shalih, niscaya Kami limpahkan kepada merka berkah (kebaikan yang melimpah) baik dari langit atau dari bumi, tetapi mereka mendustakan (tidak mau beriman dan beramal shalih), maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” [Al-A’raf : 96]<br /><br />Ketergantungan kita kepada diterapkannya pajak, merupakan salah satu akibat dari pelanggaran ayat di atas, sehingga kita disiksa dengan pajak itu sendiri. Salah satu bukti kita melanggar ayat di atas adalah betapa banyak di kalangan kita yang tidak membayar zakatnya terutama zakat mal. Ini adalah sebuah pelanggaran. Belum terhitung pelanggaran-pelanggaran lain, baik yang nampak atau yang samara.<br /><br />Kalau manusia mau beriman dan beramal shalih dengan menjalankan semua perintah (di antaranya membayar zakat sebagaimana mestinya) dan menjauhi segala laranganNya (di antaranya menanggalkan beban pajak atas kaum muslimin), niscaya Allah akan berikan janji-Nya yaitu keberkahan yang turun dari langit dan dari bumi.<br /><br />Bukankah kita menyaksikan beberapa negeri yang kondisi alamnya kering lagi tandus, tetapi tatkala mereka mengindahkan sebagian besar perintah Allah, maka mereka mendapatkan apa yang dijanjikan Allah berupa berkah/kebaikan yang melimpah dari langit dan bumi, mereka dapat merasakan semua kenikmatan dunia. Sebaliknya, betapa banyak negeri yang kondisi alamnya sangat strategis untuk bercocok tanam dan sangat subur, tetapi tatkala penduduknya ingkar kepada Allah dan tidak mengindahkan sebagian besar perintah-Nya, maka Allah hukum mereka dengan ketiadaan berkah dari langit dan bumi mereka, kita melihat hujan sering turun, tanah mereka subur nan hijau, tetapi mereka tidk pernah merasakan berkah yang mereka harapkan. Allahu A’lam.<br /><br />[Disalin dari Majalah Al-Furqon, Edisi I, Tahun VI/Sya'ban 1427/2006. Diterbitkan Oleh Lajnah Dakwah Ma’had Al-Furqon Al-Islami, Alamat : Ma’had Al-Furqon, Srowo Sidayu Gresik Jatim]<br />__________<br />Footnotes<br />[1]. Lihat Ali-Imran : 117 dan HR Muslim 2578 dari jalan Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu.<br />[2]. Lihat Lisanul Arab 9/217-218, Al-Mu’jam Al-Wasith hal. 602, Cet. Al-Maktabah Al-Islamiyyah dan Mukhtar Ash-Shihah hal. 182<br />[3]. Lihat Lisanul Arab 9/217-218 dan 13/160 Cet Dar Ihya At-Turats Al-Arabi, Shahih Muslim dengan syarahnya oleh Imam Nawawi 11/202, dan Nailul Authar 4/559 Cet Darul Kitab Al-Arabi<br />[4]. Lihat Al-Mughni 4/186-203<br />[5]. Dinukil definisi pajak ini dari buku Nasehat Bijak Tuk Para Pemungut Pajak oleh Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa, dan sebagai amanah ilmiah kami katakan bahwa tulisan ini banyak mengambil faedah dari buku tersebut.<br />[6]. Hadits ini shahih, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Jami’ush Shagir 7662, dan dalam Irwa’al Ghalil 1761 dan 1459.<br />[7]. Lihat Silsilah Ash-Shahihah jilid 7 bagian ke-2 hal. 1198-1199 oleh Al-Albani<br />[8]. Lihat Nasehat Bijak hal. 75-77 oleh Ibnu Saini, dan Al-washim wal Qawashim hal. 49 oleh Dr Rabi Al-Madkhali.<br />[9]. Lihat Nasehat Bijak Tuk Pemungut Pajak hal. 88 oleh Ibnu Saini<br />[10]. Lihat At-Taubah : 60<br />[11]. Lihat Al-Mughni 4/200<br />[12]. Asal perkataan ini diucapkan oleh Al-Jashshah dalam Ahkamul Qur’an 4/366<br />[13]. Lihat Iqadh Al-Himmam Al-muntaqa Jami’ Al-Ulum wal Hikam hal. 157<br />[14]. Asal perkataan ini dinukil dari perkataan Ibnu Hazm rahimahullah, dengan penyesuaian. (Lihat. Al-Muhalla bil-Atsar dengan tahqiq Dr Abdul Ghaffar Sulaiman Al-Bandari 4/281-282<br />[15]. HR Muslim : 1855 dari jalan Auf bin Malik Al-Asyja’i Radhiyallahu ‘anhu<br />[16]. Hadits no. 28 dalam kitab Al-Arbaun An-Nawawi diriwayatkan oleh Abu Dawud no 2676, dan Ahmad 4/126.<br />[17]. Lihat Al-Fatawa As-Syar’iyah Fi Al-Qodhoya Al-Ashriyyah halaman.93<br />[18]. Lihat Al-Khulashoh Fi Ilmi Al-Faro’idh hal. 375-385<br />[19]. Lihat Lisan Al-Arab 2/280/281 cetakan Dar Ihya At-TurotsABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-64463898547479892272010-02-05T21:10:00.000+07:002010-02-05T21:39:09.440+07:00Al-Qaida dan Taliban Bersatu-padu Hadapi MusuhKABUL (voa-islam.com): Meski AS menggencarkan misi mereka di Afghanistan bahkan meminta bantuan internasional, kelompok Taliban tak gentar. Apalagi Al Qaida pun turut membantu.<br /><br />Berdasarkan riset yang dilakukan media Arab, Al Jazeera, beberapa bulan belakangan ini Al Qaida memberi perhatian lebih terhadap aksi Taliban. Jaringan yang dipimpin Usamah bin Ladin ini pun bakal menjadi partner strategis Taliban. Dengan kata lain, aksi penyerangan mereka bukan tak mungkin makin marak di negara itu.<br /><br /> ...memisahkan Taliban dari Al Qaida menjadi misi yang sulit...<br /><br />"Al Qaida berusaha menjembatani Taliban yang tersebar di Afghanistan. Mereka bahkan menjangkau hingga Pakistan," demikian laporan Al Jazeera, Kamis (4/2). Afghanistan yang kini sedang diinvasi Barat pun terbukti menjadi tempat yang lebih menantang ketimbang misi mereka di Irak.<br /><br />Al Qaida yang bermarkas di Irak, dianggap para peneliti Al Jazeera sedikit mengalami kesulitan karena rakyat Irak sendiri juga tak setuju dengan kekerasan metode serta tujuan kelompok mereka. Namun Al Qaeda boleh sedikit bernapas lega. Misi Barat malah membuat mereka dekat dengan Taliban.<br /><br />Sementara AS sibuk merencanakan strategi baru dan mengumpulkan komunitas internasional di London, Inggris, pada 28 Januari lalu, kelompok-kelompok mujahidin ini juga sibuk.<br /><br />Taliban mendirikan front baru di area utara. Mereka juga memperkuat front sebelumnya yang berada di area selatan dan timur. Akibatnya, memisahkan Taliban dari Al Qaida menjadi misi yang sulit. Apalagi, kedua kelompok ini telah memiliki keamanan dan hukum pararel. Bahkan sepintas, terlihat seperti pemerintahan pararel.<br /><br />"Tak heran masyarakat internasional lainnya merasa frustasi," kata pengamat Timur Tengah dari Arab Saudi, Marwan Bishara. Menurutnya, lama kelamaan AS dan Barat harus berpikir ulang mengenai tujuan mereka untuk memenangkan pertarungan antiterorisme di wilayah itu. "Bisa saja, nantinya mereka hanya merasakan ilusi," lanjut Marwan.<br /><br />Belum tentu, ketika Barat menarik mundur pasukannya sesuai target beberapa tahun lagi, Al Qaida dan Taliban sudah musnah total. Selain itu, eratnya hubungan kedua kelompok itu, juga disebabkan pemerintahan Presiden Afghanistan Hamid Karzai masih sangat rentan terhadap gejolak politik. Apalagi, dunia Arab mulai mengkaji ulang dukungan mereka untuk Amerika yang dinilai mulai fokus pada kepentingan nasional semata.<br /><br />Hal inilah yang menyebabkan konferensi mengenai Afghanistan di London beberapa hari lalu, malah mencari strategi alternatif. Mulai dari penambahan pasukan militer, hingga menekankan pentingnya mencari solusi regional.<br /><br /> ...Taliban bermitra strategis dengan Al Qaida. Sanggupkah dunia menaklukkan bersatunya Taliban dan Al Qaeda?...<br /><br />Semuanya sangat bergantung pada pemerintahan Karzai. Sebab konferensi itu menyebutkan pentingnya pihak Karzai menjalin dialog dengan Taliban. Bahkan melibatkan mereka dalam kancah politik dalam negeri.<br /><br />"Saudi menjadi andalan negara Barat," lanjut Marwan. Saudi diharapkan mampu meningkatkan peran penting mereka dalam situasi politik dalam negeri Afghanistan. Terutama mendukung Karzai membuka hubungan politik dengan Taliban.<br /><br />Persoalan persoalan Afghanistan sendiri merupakan salah satu penyebab merenggangnya hubungan Saudi dengan Iran. Negara di Teluk Persia itu merasa Saudi adalah pendukung Barat, terutama Amerika. Namun hal ini kemungkinan sulit, karena citra Saudi sebagai pendukung AS.<br /><br />Bagaimanapun, misi Taliban hanya satu. Yakni menguasai Afghanistan sesuai hukum Syariah Islam. Mereka memang bermitra strategis dengan Al Qaida, namun pada akhirnya tetap kembali ke misi awal itu. Tetap saja, pertanyaannya, sanggupkah dunia menaklukkan bersatunya Taliban dan Al Qaeda? [zak/inlh]ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-82266608835647441462010-02-05T21:05:00.000+07:002010-02-05T21:07:06.536+07:00“Islam Progresif” dan Seks BebasDi antara pegiat “Islam Progresif”, atau “Islam Liberal”, nama Sumanto Al Qurtuby memang sudah bukan asing lagi. Alumnus Fakultas Syariah IAIN Semarang ini terkenal dengan ide-ide liberalnya yang sangat berani. Di sebuah Jurnal yang terbit di Fakultas Syariah IAIN Semarang, Justisia, ia pernah mengusulkan agar sejumlah ayat Al-Quran diamandemen. Belakangan, kaum liberal di Indonesia, semakin terbuka melontarkan wacana perlunya proses ”Desakralisasi Al-Quran”.<br /><br />Meskipun sudah terbiasa membaca berbagai pendapat liberal dan progresif yang aneh-aneh, tetapi saya tetap terbelalak dan nyaris tak percaya, ada sebuah tulisan yang secara terbuka mendukung praktik seks bebas, asal dilakukan suka sama suka, tanpa paksaan. Tulisan Sumanto itu berjudul ”Agama, Seks, dan Moral”, yang dimuat dalam sebuah buku berjudul Jihad Melawan Ekstrimis Agama, Membangkitkan Islam Progresif (terbit pertama Oktober 2009). Kita perlu ”berterimakasih” kepada Sumanto yang secara jujur dan terbuka melontarkan ide liberal dan progresif, sehingga lebih mudah dipahami. Sebab, selama ini banyak yang mengemas ide ”Islam progresif” dan ”Islam liberal” dengan berbagai kemasan indah dan menawan, sehingga berhasil menyesatkan banyak orang.<br /><br />Untuk lebih jelas menyimak persepsi ”Islam Progresif” tentang seks bebas ini, ada baiknya kita kutip agak panjang artikel dari penulis yang dalam buku ini memperkenalkan dirinya sebagai kandidat doktor bidang antropologi politik dan agama di Boston University. Kutipan ini ada di halaman 182-184:<br /><br /> ”Apa yang diwartakan oleh agama (Islam, Kristen dan lainnya) hanyalah satu sisi saja dari sekian banyak persepsi tentang seks itu atau katakanlah sex among others. Bahkan jika kita kaji lebih jauh, ajaran Kristen atau Islam yang begitu ”konservatif” terhadap tafsir teks sebetulnya hanyalah reaksi saja atas peradaban Yunani (Hellenisme) yang memandang seks secara wajar dan natural. Kita tahu peradaban Yunani telah merasuk ke wilayah Eropa (lewat Romawi) dan juga Timur Tengah di Abad Pertengahan yang kemudian menimbulkan sejumlah ketegangan kebudayaan. Oleh karena itu tidak selayaknya jika persepsi agama ini kemudian dijadikan sebagai parameter untuk menilai, mengevaluasi dan bahkan menghakimi pandangan di luar agama tentang seks.<br /><br /> Apa yang kita saksikan dewasa ini adalah sebuah pemandangan keangkuhan oleh kaum beragama (dan lembaga agama) terhadap fenomena seksualitas yang vulgar sebagai haram, maksiat, tidak bermoral, dan seterusnya. Padahal moralitas atau halal-haram bukanlah sesuatu yang given dari Tuhan, melainkan hasil kesepakatan atau konsensus dari ”tangan-tangan gaib” (invisible hand, istilah Adam Smith) kekuasaan, baik kekuasaan politik maupun otoritas agama. Teks-teks keagamaan dalam banyak hal juga merupakan hasil ”perselingkuhan” antara ulama/pendeta dengan pemimpin politik dalam rangka menciptakan stabilitas.<br /><br /> Saya rasa Tuhan tidak mempunyai urusan dengan seksualitas. Jangankan masalah seksual, persoalan agama atau keyakinan saja yang sangat fundamental, Tuhan – seperti secara eksplisit tertuang dalam Alqur’an – telah membebaskan manusia untuk memilih: menjadi mukmin atau kafir. Maka, jika masalah keyakinan saja Tuhan tidak perduli, apalagi masalah seks? Jika kita mengandaikan Tuhan akan mengutuk sebuah praktik ”seks bebas” atau praktik seks yang tidak mengikuti aturan resmi seperti tercantum dalam diktum keagamaan, maka sesungguhnya kita tanpa sadar telah merendahkan martabat Tuhan itu sendiri. Jika agama masih mengurusi seksualitas dan alat kelamin, itu menunjukkan rendahnya kualitas agama itu.<br /><br /> Demikian juga jika kita masih meributkan soal kelamin – seperti yang dilakukan MUI yang ngotot memperjuangkan UU Pornografi dan Pornoaksi – itu juga sebagai pertanda rendahnya kualitas keimanan kita, sekaligus rapuhnya fondasi spiritual kita. Sebaliknya, jika roh dan spiritualitas kita tangguh, maka apalah artinya segumpal daging bernama vagina dan penis itu. Apalah bedanya vagina dan penis itu dengan kuping, ketiak, hidung, tangan, dan organ tubuh yang lain. Agama semestinya ”mengakomodasi” bukan ”mengeksekusi” fakta keberagaman ekspresi seksualitas masyarakat. Ingatlah bahwa dosa bukan karena ”daging yang kotor”, tetapi lantaran otak dan ruh kita yang penuh noda. Paul Evdokimov dalam The Struggle with God telah menuturkan kata-kata yang indah dan menarik: ”Sin never comes from below; from the flesh, but from above, from the spirit. The first fall occurred in the world of angels pure spirit…”<br /><br /> Bahkan lebih jauh, ide tentang dosa sebetulnya adalah hal-hal yang terkait dengan sosial-kemanusiaan, bukan ritual-ketuhanan. Dalam konteks ini maka hubungan seks baru dikatakan “berdosa” jika dilakukan dengan pemaksaan dan menyakiti (baik fisik atau non-fisik) atas pasangan kita. Seks jenis inilah yang kemudian disebut “pemerkosaan”. Kata ini tidak hanya mengacu pada hubungan seks di luar rumah tangga, tetapi juga di dalam rumah tangga itu sendiri. Seseorang (baik laki-laki maupun perempuan) dikatakan “memperkosa” (baik dalam rumah tangga yang sudah diikat oleh akad-nikah maupun bukan) jika ia ketika melakukan perbuatan seks ada pihak yang tertekan, tertindas (karena mungkin diintimidasi) sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman. Inilah tafsir pemerkosaan. Dalam konteks ini pula saya menolak sejumlah teks keislaman (apapun bentuknya) yang berisi kutukan dan laknat Tuhan kepada perempuan/istri jika tidak mau melayani birahi seks suami. Sungguh teks demikian bukan hanya bias gender tetapi sangat tidak demokratis, dan karena itu berlawanan dengan spirit keislaman dan nilai-nilai universal Islam.<br /><br /> Lalu bagaimana hukum hubungan seks yang dilakukan atas dasar suka sama suka, “demokratis”, tidak ada pihak yang “disubordinasi” dan “diintimidasi”? Atau bagaimana hukum orang yang melakukan hubungan seks dengan pelacur (maaf kalau kata ini kurang sopan), dengan escort lady, call girl, dan sejenisnya? Atau hukum seorang perempuan, tante-tante, janda-janda, atau wanita kesepian yang menyewa seorang gigolo untuk melampiaskan nafsu seks? Jika seorang dosen atau penulis boleh “menjual” otaknya untuk mendapatkan honor, atau seorang dai atau pengkhotbah yang “menjual” mulut untuk mencari nafkah, atau penyanyi dangdut yang “menjual” pantat dan pinggul untuk mendapatkan uang, atau seorang penjahit atau pengrajin yang “menjual” tangan untuk menghidupi keluarga, apakah tidak boleh seorang laki-laki atau perempuan yang “menjual” alat kelaminnya untuk menghidupi anak-istri/suami mereka?<br /><br /> Ada sebuah kisah dalam sejarah keislaman yang layak kita jadikan bahan renungan: ada seorang pelacur kawakan yang sudah letih mencari pengampunan, kemudian menyusuri padang pasir yang tandus. Ia hanya berbekal sebotol air dan sepotong roti. Tapi di tengah perjalanan ia melihat seekor anjing yang sedang kelaparan dan kehausan. Karena perasaan iba pada anjing tadi, si pelacur kemudian memberikan air dan roti itu padanya. Berita ini sampai kepada Nabi Muhammad yang mulia. Dengan bijak beliau mengatakan bahwa si pelacur tadi kelak akan masuk surga!<br /><br /> Kisah ini menunjukkan bahwa Islam lebih mementingkan rasa sosial-kemanusiaan ketimbang urusan perkelaminan…” (***)<br /><br /><br />Demikianlah gagasan “Islam-progresif” dalam soal kebebasan seksual yang diungkapkan Sumanto. Memang, sekarang, istilah “Islam progresif” sedang digandrungi kalangan perguruan tinggi Islam. Pada Juli 2009, di UIN Jakarta diadakan Konferensi 'Debating Progressive Islam: A Global Perspective'. Tentu banyak tafsir dan penjelasan tentang makna “Islam Progresif”. Salah satunya adalah versi Sumanto.<br /><br />Islam progresif biasanya dimaksudkan sebagai “Islam yang maju”, sesuai dengan asal kata dalam bahasa Latin “progredior”. Sebagaimana banyak pemikir yang mengaku progresif, mereka menempatkan Islam sebagai “evolving religion”, yakni agama yang selalu berkembang mengikuti zaman. Dalam perspektif ini, Islam juga dipandang sebagai agama budaya. Karena itulah, tidak mengherankan, jika mereka memandang tidak ada satu ajaran Islam yang bersifat tetap. Semua harus tunduk dengan realitas zaman. Agama ditundukkan oleh akal. Salah satu yang banyak dijadikan dasar pijakan adalah aspek “kemaslahatan” dan sifat Islam sebagai “rahmatan lil-alamin”. Dengan alasan inilah, berbagai kemunkaran dan kejahatan bisa disahkan. Tentang keabsahan praktik homoseksual, misalnya, ditulis dalam buku ini:<br /><br /> “Agama, apalagi Islam, yang mengusung jargon “rahmatan lil alamin” -- rahmat bagi sekalian alam ini-- harus memberi ruang kepada umat gay, lesbi, atau waria untuk diposisikan secara equal dengan lainnya. Tuhan, saya yakin tidak hanya milik laki-laki dan perempuan saja, tetapi juga “mereka” yang terpinggirkan di lorong-lorong sepi kebudayaan.” (hal. 176).<br /><br /><br /><br />Karena berpijak pada realitas dan sejarah sebagai penentu kebenaran -- juga syahwat atau hawa nafsu – maka teks-teks wahyu, sunnah Rasulullah saw, dan tafsir wahyu yang otoritatif dikesampingkan. Cara berpikir seperti ini juga sangat paradoks. Dengan berdalih sikap kritis kepada tafsir Al-Quran dari para ulama yang otoritatif, banyak kaum yang mengaku liberal dan progresif pada akhirnya tidak mampu bersikap kritis sama sekali pada sejumlah ilmuwan Barat. Mereka sangat ta’dzim dalam mengutip pendapat-pendapat ilmuwan non-Muslim. Ketika menyimpulkan bahwa dosa bukan karena ”daging yang kotor” tetapi lantaran otak dan ruh yang penuh noda, dikutiplah pendapat Paul Evdokimov dengan penuh hormat dan takjub, bahwa si Evdokimov “telah menuturkan kata-kata yang indah dan menarik.”<br /><br />Kita sudah sering membuktikan, sikap sok kritis yang diusung oleh kaum yang menamakan diri liberal dan progresif ini biasanya hanya kritis terdapat pendapat para ulama yang dianggapnya tidak sesuai dengan hawa nafsunya. Dan Allah sudah mengingatkan dalam Al-Quran bahwa, jika seorang manusia sudah menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, maka akan tertutuplah hati, telinga dan matanya untuk menerima kebenaran. (QS 45:23). Orang bisa memiliki kepandaian yang tinggi, tetapi ilmunya tidak bermanfaat, bahkan bisa merusak.<br /><br />Karena itulah, untuk menjaga agar ilmu tidak merusak, para ulama selalu menekankan pentingnya masalah adab dalam urusan keilmuan. Dalam kitabnya yang berjudul Adabul ‘Alim wal-Muta’allim, pendiri NU, Kyai Haji Hasyim Asy’ari mengutip pendapat Ibn al-Mubarak yang menyatakan: “Nahnu iaa qalilin minal adabi ahwaja minnaa ilaa katsirin mina ’ilmi.” (Kami lebih membutuhkan adab, meskipun sedikit, daripada banyaknya ilmu pengetahuan).<br /><br />Demikian pendapat KH Hasyim Asy’ari. Orang yang beradab tahu meletakkan dirinya sendiri di hadapan Allah, Rasulullah saw, para ulama pewaris Nabi, dan juga tahu bagaimana menempatkan ilmu. Karena itulah, Al-Quran menekankan pentingnya ada klasifikasi sumber informasi di antara manusia. Jika sumber informasi berasal dari orang fasiq (orang jahat, seperti pelaku dosa besar), maka jangan dipercaya begitu saja ucapannya. Ada unsur akhlak yang harus dimasukkan dalam menilai kriteria sumber informasi yang patut dipercaya. (QS 49:6). Seorang yang tidak beradab (biadab) dalam keilmuan sudah tidak dapat lagi membedakan mana sumber ilmu yang shahih dan mana yang bathil.<br /><br />Soal zina, misalnya. Sebagai Muslim, tentu kita yakin benar bahwa zina itu tindakan haram dan biadab. Keyakinan itu berdasarkan kepada penjelasan yang sangat tegas dalam ayat-ayat Al-Quran, banyak hadits Rasulullah saw, pendapat para sahabat Nabi, dan para ulama Islam terkemuka. Dalam soal zina ini, kita lebih percaya kepada pendapat para ulama ketimbang pendapat Karl Marx, Paul Evdokimov, Bill Clinton, atau Ernest Hemingway. Sebagai manusia beradab kita bisa membedakan, mana sumber informasi yang layak dipakai dan mana yang tidak. Sebab, Allah sendiri membedakan jenis-jenis manusia. Orang mukmin disebut “khairul barriyyah” (sebaik-baik makhluk) dan orang kafir disebut “syarrul barriyyah” (sejelek-jeleknya makhluk) (QS 98). Meskipun sering mengkampanyekan “kesetaraan semua pemeluk agama”, tetapi faktanya, kaum yang menamakan diri mereka sebagai pengikut “Islam liberal”, “Islam pluralis” atau “Islam progresif” juga tetap menggunakan identitas Islam. Tidak ada yang mau menyebut dirinya “kafir-liberal” atau “kafir-progresif”.<br /><br />Sebenarnya, jika kita menelaah pemikiran liberal, dukungan terhadap praktik seks bebas bukanlah hal yang aneh. Ini adalah akibat logis dari sebuah konsep dekonstruksi aqidah dan dekonstruksi kitab suci. Jika seorang sudah tidak percaya bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad saw adalah utusannya, kemudian dia pun tidak percaya kepada otoritas ulama-ulama Islam yang mu’tabarah – seperti Imam al-Syafii – maka yang dia jadikan sebagai standar pengukur kebenaran adalah akalnya sendiri atau hawa nafsunya sendiri. Kita paham, masyarakat Barat saat ini tidak memandang praktik seks bebas sebagai suatu kejahatan. Homoseksual juga dipandang sebagai hal yang normal. Sebaliknya, bagi mereka, praktik poligami dikutuk.<br /><br />Nilai-nilai masyarakat Barat yang sekular – tidak berpijak pada ajaran agama -- inilah yang sejatinya dianut juga oleh kaum yang mengaku liberal atau progresif ini. Bagi mereka, seperti tergambar dalam pendapat Sumanto ini, urusan seks dipandang sekedar urusan syahwat biologis semata, sebagaimana layaknya praktik seksual para babi, kambing, monyet, ayam, dan sebagaimana. Seks dianggap seperti soal buang hajat besar atau kecil, kapan mereka mau, maka mereka akan salurkan begitu saja. Yang penting ada kerelaan; suka sama suka. Tapi, bagi kita yang Muslim, dan juga pemeluk agama lain, jelas soal seksual dipandang sebagai hal yang sakral. Karena itulah, agama-agama yang hidup di Indonesia, sangat menghormati lembaga perkawinan.<br /><br />Dalam pandangan Islam, jelas ada perbedaan nilai dan posisi antara penis dengan pipi, meskipun keduanya sama-sama daging. Bagi seorang Muslim, yang menjadikan “penis” dan “pipi” berbeda adalah nilai-nilai yang diajarkan oleh Islam. Sebelum zaman Islam, banyak suku bangsa yang masih memandang sama kedudukan daging wanita dengan daging kambing, sehingga mereka menjadikan ritual korban dengan menyembelih wanita dan kemudian meminum darahnya. Seorang Muslim memandang penting perbedaan antara “daging manusia” dengan “daging ayam”. Daging ayam halal hukumnya untuk dimakan. Jenazah manusia harus dihormati. Jangankan dimakan dagingnya, jenazah manusia harus dihormati dan diperlakukan dengan baik.<br /><br />Jika kaum liberal melakukan dekonstruksi dalam aqidah dan nilai-nilai moral, maka akibatnya, pornografi atau seks bebas pun kemudian didukung. Sebab, dalam pikiran liberal, tidak ada aturan yang pasti, mana bagian tubuh yang boleh dibuka dan mana yang harus ditutup. Yang menjadi standar baik buruk adalah ”kepantasan umum”. Kalau memang bertelanjang atau beradegan porno sesuai dengan tuntutan skenario dan dilakukan ”pada tempatnya”, maka itu dianggap sebagai hal yang baik.<br /><br />Kepastian akan kebenaran dan nilai itulah yang membedakan antara Muslim dengan kaum liberal. Orang Muslim yakin dengan kebenaran imannya, dan yakin ada kepastian dalam soal halal dan haram. Hukum tentang haramnya babi sudah jelas dan tetap haram sampai kiamat. Begitu juga dengan haramnya zina, dan haramnya perkawinan sesama jenis (homo dan lesbi). Tapi, dalam perspektif liberal dan progresif, seperti dipaparkan oleh buku ini, larangan agama terhadap perkawinan sesama jenis ini pun dianggapnya sudah tidak berlaku. Tentang perlunya legalisasi perkawinan sesama jenis, ditulis dalam buku ini:<br /><br /> ”Dan harap diingat, konsep perkawinan dalam suatu ikatan ”sakral” bukan melulu untuk mereproduksi keturunan melainkan juga untuk mewujudkan keluarga sakinah (ketenteraman/kebahagiaan). Maka, dalam bingkai untuk mewujudkan keluarga sakinah ini seorang gay atau lesbian harus menikahi sesama jenis. Justru melapetaka yang terjadi jika kaum gay-lesbian dipaksa kawin dengan lain jenis. Untuk mewujudkan gagasan perkawinan sejenis ini, maka paling tidak ada dua hal yang harus ditempuh: pembongkaran di tingkat wacana keagamaan, yakni teks-teks skriptural (dalam konteks Islam: teks tafsir dan fiqih khususnya) yang masih terkesan diskriminatif dan kemudian pembongkaran di tingkat struktur normatif masyarakat yang masih bias dalam memandang pola relasi antar-manusia.” (halaman 175).<br /><br /> <br />Berulangkali kita menyerukan kepada kaum yang mengaku liberal, progresif dan sejenisnya, agar mengimbangi sikap kritis dengan adab. Ada adab kepada Al-Quran, adab kepada para Nabi, adab kepada ulama pewaris Nabi. Sayangnya, buku yang memuat pendapat yang merusak – seperti dukungan terhadap praktik seks bebas ini -- justru dipuji-puji dan didukung oleh orang yang seharusnya justru bersikap kritis dan mendidik masyarakat dengan akhlak yang mulia.<br /><br />Di sampul buku bagian belakang, dicantumkan sejumlah pujian. Djohan Effendi, pendiri Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP), menyebut buku ini: “sangat inspiratif untuk melakukan refleksi atas perjalanan umat Islam selama ini. Pendapatan dan sikap kritis yang ia lakukan merupakan sumbangan yang sangat berarti untuk mendorong pemikiran progresif di kalangan generasi baru umat Islam yang menginginkan kemajuan bersama dengan orang dan umat lain.” <br /><br />Di tengah upaya kita mendidik anak-anak kita dengan akhlak mulia dan menjauhkan mereka dari praktik pergaulan bebas, kita tentu patut berduka dengan sikap sebagian kalangan yang mengusung jargon “Islam progresif” tetapi justru memberikan dukungan terhadap praktik seks bebas semacam ini. Bagi kita, ini suatu ujian iman. Kita tidak bertanggung jawab atas amal mereka. Mudah-mudahan, dengan bimbingan dan lindungan Allah SWT, kita selamat dalam meniti kehidupan dan mengakhiri hidup kita dengan husnul khatimah. Amin. [Solo, 22 Muharram 1431 H/8 Januari 2010/www.hidayatullah.com]ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-61857418696854326332010-01-02T22:01:00.002+07:002010-01-02T22:03:32.151+07:00“Natal Bersama dan Misi Kristen”<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/Sz9gH6XFLcI/AAAAAAAAAJo/ImtelhrpwUI/s1600-h/Van_lith.gif"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 258px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/Sz9gH6XFLcI/AAAAAAAAAJo/ImtelhrpwUI/s400/Van_lith.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5422158165418782146" /></a><br />Para misionaris, seperti van Lith, berkeinginan memisahkan orang Jawa dengan Islam. Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian Husaini ke-275<br /><br />Oleh: Dr. Adian Husaini<br /><br />Pada 27 Desember 2009, saya sempat menonton acara Perayaan Natal Bersama melalui TVRI. Acara itu seperti sudah dianggap sebagai ritual tahunan kenegaraan. Biasanya pejabat tinggi banyak yang diundang. Malam itu, Presiden SBY juga datang. Ada juga Wapres Boediono, dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya. Menyimak rangkaian acaranya, Perayaan Natal Bersama itu jelas sebagai suatu bentuk Proklamasi agama Kristen dan realisasi konsep Misi Kristen di Indonesia.<br /><br />Pesan utama yang ingin disampaikan melalui acara tersebut sangat jelas bahwa Jesus, Putra Tuhan, sang Juru Selamat sudah tiba untuk menebus dosa manusia. Berbagai lagu dan sendratari yang ditampilkan membawa pesan tersebut. Disamping lagu dan tari, ada pesan Natal dan juga Doa Syafaat dibawakan oleh pejabat KWI (Katolik) dan PGI (Protestan).<br /><br />Menarik jika kita amati wajah Pak SBY dan pejabat muslim lainnya yang hadir acara itu. Kita juga mencoba menebak-nebak, apa kira-kira perasaan Pak SBY dan orang Muslim di situ, ketika mendengar lagu-lagu dan seruan tentang kedatangan Jesus sebagai anak Allah dan Juru Selamat. Kita berprasangka baik, dan menduga-duga, hati Pak SBY yang Muslim itu pasti berkata: “Ini tidakbenar! Sebab, saya Muslim. Saya yakin benar, bahwa Nabi Isa tidak mati di tiang salib. Saya yakin, Nabi Isa adalah utusan Allah, rasul Allah; bukan Tuhan atau anak Tuhan.”<br /><br />Pak SBY yang punya sebuah Majlis Zikir tentu sudah pernah mendengar ayat Al-Quran: “Dan ingatlah ketika Isa Ibn Maryam berkata, wahai Bani Israil sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada padaku, yaitu Taurat, dan menyampaikan kabar gembira akan datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (Muhammad).” (Terjemah QS as-Shaff: 6).<br /><br />Ada juga ayat Al-Quran yang menyatakan: “Dan mereka mengatakan, (Allah) Yang Maha Pemurah itu punya anak. Sungguh (kalian yang menyatakan bahwa Allah punya anak), telah melakukan tindakan yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah gara-gara ucapan itu dan bumi terbelah dan gunung-gunung runtuh, karena mereka menuduh Allah Yang Maha Pemurah punya anak.” (Terjemah QS Maryam: 88-91).<br /><br />Sebagai Muslim, Pak SBY tentu paham benar ayat-ayat Al-Quran tersebut. Dalam Perayaan Natal Bersama itu, orang-orang Muslim “dipaksa” mendengar cerita-cerita tentang Jesus yang bertentangan dengan keimanan mereka. Kata beberapa orang, praktik-praktik pencampuran Perayaan Hari Raya Agama seperti itu perlu dilakukan demi tujuan mulia, yaitu untuk membina Kerukunan Umat Beragama. Malah, ada yang berpendapat, agar MUI mencabut fatwa tentang Haram-nya seorang Muslim merayakan Natal Bersama. Sebagai Muslim, dan juga sebagai Presiden, Pak SBY ketika itu “harus” duduk mendengarkan semua cerita tentang Jesus, yang sudah pasti tidak diyakininya. Pada kondisi seperti itulah, Pak SBY juga terpaksa tidak menyatakan secara terbuka, bahwa dia mempunyai kepercayaan dan keimanan yang berbeda dengan kaum Nasrani.<br /><br />Sebenarnya, jika kita berpikir jernih, praktik-praktik semacam ini seharusnya dihentikan. Membangun kerukunan umat beragama tidak perlu dilakukan dengan cara-cara yang dapat menyuburkan kemunafikan seperti itu. Rasulullah saw, para sahabat, dan para ulama Islam – yang sejati – tidak pernah mengajarkan tindakan seperti itu. Untuk membangun kerukunan umat beragama, banyak cara lain yang bisa dilakukan. Sebenarnya, jika kaum Nasrani merayakan hari raya mereka, di kalangan mereka sendiri, itu juga tidak ada masalah dan tidak perlu mengundang kontroversi.<br /><br />Berita tentang ke-Tuhanan Jesus tentu tidak mudah ditelan begitu saja oleh kaum Muslim. Sebab, Islam memiliki kitab suci Al-Quran yang dengan sangat gamblang menjelaskan kesalahan kepercayaan kaum Kristen tersebut. Al-Quran menyatakan, bahwa berita tentang penyaliban Jesus (Nabi Isa) adalah bohong belaka. Penyaliban Jesus, dalam pandangan Islam, tidak memiliki dasar yang kuat. “Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu. Begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (Terjemah QS al-Kahfi: 4-5). <br /><br />Ayat-ayat dalam kitab suci yang secara tegas membantah klaim-klaim kaum Kristen tentang ketuhanan Jesus seperti ini hanya dijumpai dalam Al-Quran. Ayat semacam itu tidak kita dijumpai pada Kitab Veda (Hindu), Tripitaka (Budha), atau Su Si (Konghucu). Karena itu, wajar, selama seorang mengaku dan meyakini keimanan Islam-nya, hatinya akan dengan tegas menolak semua pernyataan yang tidak benar tentang Nabi Isa. Kaum Ahlul Kitab yang hatinya ikhlas dalam menerima kebenaran pasti akan mengakui kenabian Muhammad saw dan kebenaran Al-Quran (QS 3:199).<br /><br />Keyakinan kaum Muslim tentang Nabi Isa seperti itu seharusnya dihormati oleh kaum Kristen. Sehingga, tidaklah etis jika “memaksa” seorang Muslim yang berpegang kepada iman Islam-nya untuk duduk mendengar cerita tentang Yesus dalam versi Kristen yang sama sekali berbeda versinya dengan cerita tentang Nabi Isa dalam versi Islam. Inilah sebenarnya hakekat saling hormat-menghormati antar pemeluk agama. Mereka bisa bekerjasama satu sama lain, dalam berbagai hal. Tetapi, bukan membiasakan diri bersikap “pura-pura” dalam soal keimanan. Sikap saling menghormati bisa ditumbuhkan dengan tetap berpegang kepada keimanan masing-masing.<br /><br />Islam juga menghormati sikap pemimpin Katolik Paus Yohanes Paulus II, ketika menyatakan, bahwa Islam, bahwa Islam bukanlah agama penyelamatan: “Islam is not a religion of redemption.” Paus juga menyatakan, dalam Islam tidak ada ruang bagi Salib dan Kebangkitah Yesus. Yesus memang disebutkan, tetapi, kata Paus, dia hanya sekedar seorang Nabi, yang menyiapkan kedatangan Nabi terakhir, yaitu Muhammad. Karena itulah, Paus berkesimpulan: “For this reason, not only the theology but also the anthropology of Islam is very distant from Christianity.” Jadi,menurut Paus, secara teologis dan antropologis, ada perbedaan yang mendasar antara Islam dan Kristen. (Lihat, John Cornwell, The Pope in Winter: The Dark Face of John Paul II’s Papacy, (London: Penguin Books Ltd., 2005).<br /><br />Ada lagi yang sering tidak dipahami oleh pemeluk agama selain Islam atau bahkan kalangan Muslim sendiri. Yaitu, bahwasanya Islam adalah agama wahyu yang memiliki uswah hasanah (contoh teladan). Sebagai agama wahyu (agama langit), Islam mendasarkan keyakinan dan semua praktik ritualnya berdasarkan wahyu dan contoh dari Nabi Muhammad saw. Karena itu, hanya orang Muslim yang kini memiliki bentuk ibadah yang satu. Orang Muslim membaca al-Fatihah yang sama dalam shalat; ruku’ dengan cara yang sana; sujud dengan cara yang sama, dan salam dengan cara yang sama pula. Semua itu ada contoh dari Nabi Muhammad saw. <br /><br />Bahkan, kaum Muslim berdebat tentang hal-hal yang “kecil” dalam ibadah shalat, seperti apakah dalam tahiyat, jari telunjuk digerakkan atau tidak. Sebab, memang ada riwayat yang berbeda dari Rasulullah saw tentang hal itu. Yang jelas, semua Muslim ingin mencontoh Sang Nabi sampai hal-hal yang “kecil” seperti itu diperdebatkan. Tapi, semua orang Muslim, saat melaksanakan tahiyat dalam shalat, pasti mengeluarkan jari telunjuk, bukan jari jempol atau jari kelingking.<br /><br />Karena kuatnya berpegang pada keteladanan Nabi Muhammad saw dalam ibadah itulah, maka –misalnya -- orang Islam tidak mudah untuk diajak mengganti salam Islam dengan salam lainnya. Karena salam resmi orang Islam, sesuai ajaran Nabi saw adalah: Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh.” Ucapan salam seperti ini berdasarkan contoh dari Nabi Muhammad, bukan berasal dari budaya atau hasil Kongres umat Islam pada saat tertentu. Di mana pun, kapan pun, umat Islam akan mengucapkan salam seperti itu. Apa pun suku dan bangsanya. Upaya untuk “pribumisasi” salam Islam dan menggantinya dengan “Selamat pagi” dan sejenisnya, telah gagal dilakukan. Dulu, semasa menjabat sebagai Menteri P&K (1978-1982), Dr. Daoed Joesoef menolak mengucapkan salam Islam, dengan alasan, ia bukan hanya menterinya orang Islam.<br /><br />Sekarang, cara berpikir Daoed Joesoef itu sudah out of date, sudah ketinggalan zaman. Kini, Presiden SBY pun sangat fasih dalam mengucapkan salam. Bahkan, biasanya ia mendahului dengan ucapan basmalah. Sekarang sudah banyak tokoh non-Muslim yang dengan lancar mengucapkan salam Islam. Saya pernah bertanya kepada seorang tokoh non-Muslim, apakah dia boleh mengucapkan salam Islam, seperti yang baru saja dia ucapkan. Dia menjawab: Boleh!<br /><br />Kondisi seperti itu berbeda dengan umat Islam. Untuk urusan salam saja, Rasulullah saw memberikan contoh dan panduan yang sangat rinci. Bagaimana seharusnya seorang Muslim memberikan salam kepada sesama Muslim, bagaimana menjawab salam dari non-Muslim, dan sebagainya. Umat Islam secara ikhlas berusaha mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw tersebut. Sifat dan posisi ajaran Islam seperti ini seyogyanya dipahami. Termasuk dalam soal perayaan Hari Besar Agama. Panduan dalam soal ini juga sangat jelas. Karena itu, jika umat Islam menolak untuk mengikuti Perayaan Hari Besar agama lain, itu pun harusnya dipahami dan tidak dicap sebagai bentuk rasa permusuhan dengan agama lain. Pemahaman akan sifat dan karakter masing-masing agama itu perlu dipahami oleh masing-masing tokoh agama, agar tidak memaksakan pemahamannya kepada orang lain.<br /> <br />Budaya dan Misi<br /><br />Aspek lain yang menonjol dalam Peraayaan Natal Bersama 27 Desember 2009 adalah upaya kaum Kristen untuk menampilkan citra adanya penyatuan Kristen dengan budaya Indonesia. Para penari mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Citra penyatuan Kristen dengan adat istiadat di Indonesia sudah lama diusahakan oleh para misionaris di Indonesia. Strategi budaya dijalankan agar misi Kristen lebih mudah diterima oleh rakyat Indonesia, dan agar citra Kristen sebagai agama penjajah dapat hilang di mata rakyat.<br /><br />Penyebaran agama Kristen dengan strategi budaya Jawa pada dekade pertama abad XX, misalnya, terutama ditempuh oleh kalangan Yesuit dan juga misi Katolik pada umumnya. Misi Kristen ingin menggusur atau memisahkan citra penyatuan Islam dengan Jawa. Tokoh misionaris Katolik, misalnya, telah lama berusaha menggusur dominasi bahasa Melayu dan menggantinya dengan bahasa Jawa. Di sekolah Katolik di Muntilan, misalnya, penggunaan bahasa Melayu dihindari sejauh mungkin. Sebab, bahasa Melayu identik dengan bahasa kaum Muslim. Penggunaan bahasa Melayu dikhawatirkan akan menyiratkan dukungan terhadap agama Islam.<br /><br />J.D. Wolterbeek dalam bukunya, Babad Zending di Pulau Jawa, mengatakan: “Bahasa Melayu yang erat hubungannya dengan Islam merupakan suatu bahaya besar untuk orang Kristen Jawa yang mencintai Tuhannya dan juga bangsanya.” <br /><br />Senada dengan ini, tokoh Yesuit Frans van Lith (m. 1926) menyatakan: “Dua bahasa di sekolah-sekolah dasar (yaitu bahasa Jawa dan Belanda) adalah batasannya. Bahasa ketiga hanya mungkin bila kedua bahasa yang lain dianggap tidak memadai. Melayu tidak pernah bisa menjadi bahasa dasar untuk budaya Jawa di sekolah-sekolah, tetapi hanya berfungsi sebagai parasit. Bahasa Jawa harus menjadi bahasa pertama di Tanah Jawa dan dengan sendirinya ia akan menjadi bahasa pertama di Nusantara. (Seperti dikutip oleh Karel A. Steenbrink, dalam bukunya, Orang-Orang Katolik di Indonesia).<br /><br />Kiprah Pater van Lith dalam gerakan misi di Jawa digambarkan oleh Fl. Hasto Rosariyanto, SJ dalam bukunya, Van Lith, Pembuka Pendidikan Guru di Jawa, Sejarah 150 th Serikat Jesus di Indonesia (2009). Dalam buku ini diceritakan, bahwa dalam suatu Kongres bahasa Jawa, secara provokatif van Lith memperingatkan orang-orang Jawa untuk berbangga akan budaya mereka dan karena itu mereka harus menghapus bahasa Melayu dari sekolah. Van Lith lebih suka mempromosikan bahasa Belanda, karena dianggapnya sebagai bahasa kemajuan.<br /><br />Upaya untuk menggusur bahasa Melayu dari kehidupan berbangsa di Indonesia, sebagaimana dipromosikan van Lith tidak berhasil dilakukan. Pada 28 Oktober 1928, para pemuda dari berbagai suku bangsa justru mendeklarasikan: “Kami berbahasa satu, bahasa Indonesia.” Demi persatuan bangsa, para pemuda dari Jawa juga merelakan bahasa Jawa tidak dijadikan sebagai bahasa nasional Indonesia.<br /><br />Van Lith, yang datang ke Indonesia pada 1896, menulis dalam sebuah suratnya: <br /><br /> “Jika para misionaris ingin membawa orang non-Kristen kepada Kristus, mereka harus menemukan titik-awal bagi penginjilan. Di dalam agama merekalah terletak hati dari orang-orang ini. Kalau para misionaris mengabaikan ini, mereka juga akan kehilangan titik temu untuk menawarkan kabar gembira dalam hati mereka. Di Pulau Jawa, khususnya, di mana penduduk yang paling maju dari seluruh kepulauan ini tinggal, mempelajari Hinduisme, Budhisme, Islam, dan budaya Jawa adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditunda. Agama-agama ini telah berkembang, tetapi agama asli tidak pernah tercabut dari hati orang-orang ini.”<br /><br /><br />Dalam salah satu artikelnya yang ditemukan sesudah kematiannya, van Lith juga menyemangati teman-teman misionaris agar menempatkan diri sesama warga dengan orang Jawa:<br /><br /> “Kalau kita, orang Belanda, ingin tetap tinggal di Jawa dan hidup dalam damai dan menikmati keindahan serta kekayaan pulau tercinta ini, maka ada satu tuntutan, yaitu bahwa kita harus selalu belajar memperlakukan orang Jawa sebagai saudara kita. Di tengah-tengah orang Jawa, kita tidak bisa berlagak seperti penguasa, atau sebagai majikan, atau sebagai komandan, tetapi seharusnya sebagai sesama warga. Kita harus belajar menyesuaikan diri, belajar menguasai bahasa orang-orang ini dan adat kebiasaan mereka; hanya dengan berlaku demikian kita bisa menjalin persahabatan dengan mereka ini.”<br /><br /><br />Demi pendekatan budaya, van Lith sampai bisa menerima orang Katolik Jawa melakukan sunat. Padahal, dalam suratnya, Paulus menyatakan: “Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu”. (Gal. 5,2). Van Lith menerima sunat bagi orang Katolik Jawa, tetapi menolak tambahan doa Arab (Islam). Ia juga menentang sunat sebagai bentuk pertobatan menjadi Muslim.<br /><br />Para misionaris, seperti van Lith, berkeinginan memisahkan orang Jawa dengan Islam. Sebab, orang Jawa memang sangat kokoh memegang identitasnya sebagai Muslim, meskipun mereka belum mengamalkan ajaran Islam sepenuhnya. Sulitnya orang Jawa ditembus misi Kristen digambarkan oleh tokoh misi Katolik, Pater van den Elzen, dalam sebuah suratnya bertanggal 19 Desember 1863:<br /><br /> “Orang Jawa menganggap diri mereka sebagai Muslim meskipun mereka tidak mempraktekkannya. Mereka tidak bertindak sebagai Muslim seperti dituntut oleh ajaran “Buku Suci” mereka. Saya tidak dapat mempercayai bahwa tidak ada satu pun orang Jawa menjadi Katolik semenjak didirikannya missi pada tahun 1808. Dulunya Jawa ini sedikit lebih maju daripada sekarang ini. Sejak tahun 1382, ketika Islam masuk, Jawa terus mengalami kemunduran. Saya dapat mengerti sekarang, mengapa Santo Fransiskus Xaverius tidak pernah menginjakkan kakinya di Jawa. Tentulah ia mendapat informasi yang amat akurat tentang penduduk di wilayah ini, termasuk Jawa. Dan Portugis yang telah berhasil menduduki beberapa tempat disini menganjurkan agar ia pergi ke Maluku, Jepang, dan Cina, karena tahu tak ada apa-apa yang bisa dibuat di Jawa. Akan tetapi, dalam pandanganku di pedalaman toh ada sesuatu yang dapat dilakukan.”<br /><br /><br />Demikianlah semangat misi Kristen untuk mengubah agama orang Jawa, dari Islam menjadi Kristen. Berbagai cara telah dan terus digunakan untuk menjalankan misi tersebut. Kaum Muslim memahami semangat kaum Kristen tersebut. Tapi, tentunya, tidak mudah bagi kaum Muslim untuk menerima begitu saja usaha kaum misionaris tersebut. Sebab, bagi orang Muslim, keimanan adalah harta yang paling berharga dalam kehidupan mereka. [Depok, 14 Muharram 1431 H/1 JanuariABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-81133090023552448112010-01-02T21:54:00.000+07:002010-01-02T22:01:16.065+07:00Gelombang Penolakan Salafy EkstrimBanyak laporan yang dikeluhkan umat dan gerakan Islam dengan keberadaan Salafy -- demikian mereka menjatidirikan kelompoknya. Meski di kalangan Salafy terjadi perpecahan dalam menyikapi ijtihad tertentu, namun kebanyakan umat tidak memahami peta Salafy secara utuh, sehingga cenderung men-generalisir Salafy dengan cap buruk.<br />Bukan sekali terjadi, benturan antara Salafy dengan gerakan Islam yang ada. Sehingga menimbulkan gelombang penolakan. Di Lippo Cikarang, kajian Salafy terpaksa diliburkan selama sebulan, karena adanya tekanan (ancaman) dari kelompok tertentu untuk membubarkan halaqah ini. Kemudian di Matraman, Jakarta, pernah terjadi penyerbuan kelompok jamaah dzikir yang dipimpin oleh seorang yang mengklaim dirinya habaib, terhadap masjid jamaah Salafy, seraya menuntut masjid itu tidak difungsikan lagi untuk penyelenggaraan shalat Jum’at. Alhasil, tuntutan itu sukses.<br />Gelombang penolakan juga terjadi di luar Jawa, di Lombok Barat (NTB), sudah beberapa kali terjadi perusakan fasilitas milik ”penganut” Salafy oleh warga setempat. Akibat kesalahpahaman di kedua belah pihak, warga di Dusun Mesangguk, Gapuk, Kecamatan Gerung, Lombok, menyerang jamaah Salafy dengan lemparan batu. Sebelumnya, November 2005, ribuan warga Desa Sesela menyerbu Yayasan Pondok Pesantren Ubay bin Kaab di Dusun Kebon Lauk.<br />Kepada Sabili, Ketua Komisi Pengkajian Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Amin Djamaluddin mengaku bahwa Salafy pernah mendatanginya. Mereka meminta agar LPPI menjelaskan kepada masyarakat, bahwa Salafy bukanlah ajaran sesat.<br />Cara dakwah yang dilakukan kelompok Salafy, membuat umat Islam resah, dan mendesak MUI mengeluarkan fatwa tentang keberadaan Salafy. Sesatkah Salafy? ”Salafy bukan merupakan sekte atau aliran sesat. Salafy, tidak termasuk ke dalam 10 kriteria sesat yang telah ditetapkan oleh MUI. Demikian fatwa yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta Utara tanggal 8 April 2009. Fatwa yang ditandatangani oleh Qoimuddien Thamsy (Ketua Umum MUI Jakarta Utara) dan Drs. Arif Muzakkir Manna, HI (Sekretaris Umum) tersebut, setidaknya melegakan kelompok Salafy.<br />Kendati Salafy bukan aliran sesat, Ketua MUI Pusat KH. Ma’ruf Amien menasihati aktivis Salafy, agar merubah cara dakwahnya menjadi lebih baik, dan memperbaiki sifat ananiyah madzhabiyah yang menganggap diri-kelompoknya paling benar dan mencela golongan lain yang menurutnya salah. ”Padahal, jika masih dalam skala ikhtilaf, tidak boleh asal menyalahkan. Berbeda dengan Ahmadiyah yang sudah jelas-jelas menyimpang, karena sudah menyangkut prinsip (akidah),” kata Kiai Ma’ruf.<br />Lebih lanjut, KH Ma’ruf Amien mengatakan, penyerangan warga terhadap jama’ah Salafy, terjadi akibat sifat egoisme kelompok ini yang suka menyalahkan golongan lain yang berbeda pandangan. ”Kelompok ini tidak mau toleransi dengan pemahaman yang berbeda dengan mazhab mereka, sehingga menyulut kemarahan warga,” tukasnya.<br />MUI Nusa Tenggara Barat (NTB) juga menyatakan, kelompok Salafy tak menyimpang dari ajaran Islam. Hanya saja, penyebaran ajaran ini tidak dikemas sesuai dengan kultur agama yang dianut warga setempat. ”Akibatnya, warga menjadi tersinggung dan anarkis,” ujar Sekretaris MUI NTB Tuan Guru Haji Mahaly Fikri.<br /><br />Kenapa Salafy Dikecam<br /><br />Lantas, apa yang membuat kelompok Salafy dikecam? Karena kelompok Salafy kerap mencela, bahkan menista ulama besar dan gerakan Islam di luar kelompoknya. Inilah yang menimbulkan tenaga gelombang itu membesar.<br />Salafy acapkali mencela ulama seperti Muhammad Abduh, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Rasyid Ridha, Hasan al-Banna, Taqiyuddin An-Nabhani, Sayyid Quthb, Ahmad Yasin, ’Aidh al-Qarni, Yusuf al-Qaradhawi dan sebagainya. Sementara gerakan Islam yang diserang Salafy diantaranya: Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, FIS Al-Jazair, tak terkecuali Persis, NU, Muhammadiyah, Majelis Mujahidin, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) dan sebagainya.<br />Pelbagai tuduhan, hujatan, dan lontaran kata-kata kasar keluar dari mulut kaum Salafy. Dengan enteng, mereka memberi cap-cap (stigma) buruk dengan sebutan ahlu bid’ah, khawarij, pemberontak, ruwaibidhah (dungu), ahlu takfir, gerakan sempalan sesat, serta teroris, kepada tokoh dan gerakan Islam yang bukan kelompoknya.<br />Salafy punya julukan tersendiri terhadap gerakan Islam yang berseberangan dengannya. Seperti Quthbiy (penganut paham Sayyid Quthb), Sururi (penganut paham Muhammad Surur ibn Zain al-’Abidin yang menggabungkan paham Salafy dengan Ikhwanul Muslimin), dan hizbi atau hizbiyun (kelompok yang berorganisasi/partai).<br />Salafy yang merasa dirinya paling benar, sering menuduh tanpa bukti, berdusta atas nama para ulama dan sebagainya. Fitnah pun ditebar di tengah kaum muslimin. Pendiri al Irsyad KH Ahmad Syurkati pun tak luput dari celaan pemuda-pemuda Salafy ekstrim. Dengan sinis mereka menyebut Syurkati mufti kolonial Belanda, mengambil dana lotere untuk memperkuat lembaga.<br />Anehnya, ketika (ulama) Salafy dikritik gerakan Islam lain karena hujjahnya, mereka tidak rela, bahkan menyerang balik habis-habisan para pengkritiknya. Seabreg kecaman pun tertuju kepada Salafy, ketika kelompok ini anti bicara politik, tidak peka terhadap penderitaan kaum Muslimin, fanatik kepada para syaikhnya, keras menghukumi saudaranya sendiri. Sementara pemurtadan merajalela.<br />Maling teriak maling, khawarij teriak khawarij. Seperti itulah yang digambarkan Abu Muhammad Waskito dalam bukunya yang berjudul: ”Wajah Salafy Ekstrim: Propaganda Menyebarkan Fitnah & Permusuhan”. Sebutan Salafy ekstrim, karena di antara mereka ada yang terjerumus dalam sikap ghuluw (melampaui batas). ”Jumlah mereka mungkin tidak terlalu banyak, kekuatan mereka juga tidak besar, tetapi suara mereka sangat keras dalam mengobarkan fitnah dan permusuhan,” tulis Waskito.<br />Yang lebih menyakitkan adalah, di saat warga Gaza dibantai Zionis Israel, ulama Salafy asal Saudi, Syaikh Shalih Al Luhaidan melarang umat berdemo. Bahkan menyebut pendemo itu sebagai khawarij. ”Demonstrasi yang terjadi di jalanan Arab untuk membela warga Gaza termasuk membuat fasad fi Al Ardhi alias kerusakan di muka bumi,” kata Syeikh Shalih.<br />Sebelumnya, Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani (ulama Salafy) mengeluarkan fatwa agar kaum Muslimin Palestina hijrah untuk keluar meninggalkan bumi Palestina. Fatwa ini menuai kontroversi di tengah kaum Muslimin.<br />Apalagi? Dengan membabibuta, Salafy ”menyerang” Ikhwanul Muslimin dengan memelesetkannya menjadi Ikhwanul Muflisin (ikhwan yang boke alias tak punya uang). Aroma ”kebencian” pada Ikhwanul Muslimin mencuat tatkala pecah Perang Teluk Babak I. Adalah DR. Rabi’ ibn Hadi al-Madkhali, yang pertama kali menyusun buku berjudul ”Matha ’in Sayyid Quthb fi Ashab al Rasul” (Tikaman-tikaman Sayyid Quthb terhadap Para Sahabat Rasul). Rabi’ al Madkhali, bahkan mengkritik habis Fi Zhilal al-Qur’an (karya Sayyid Quthb).<br />Mantan Panglima Laskar Jihad, Ja’far Umar Thalib juga melontarkan cacimaki terhadap Syaikh Yusuf al-Qaradhawi dengan menyebutnya sebagai ’aduwullah (musuh Allah) dan Yusuf al-Quraizhi (penisbatan kepada salah satu kabilah Yahudi di Madinah, Bani Quraizhah). Ja’far dikritik gurunya sendiri, Syeikh Muqbil di Yaman, yang mengganti celaan itu terhadap Qaradhawi dengan sebutan Yusuf al-Qaradha (Yusuf Sang Penggunting Syari’at Islam). Tak hanya itu, Hasan al Banna kerap disebut pelaku bid’ah yang akan berakhir di Neraka. Sayyid Quthb disebut pembawa ajaran sesat.<br />Ketika dihubungi Sabili untuk mengkonfirmasi tuduhannya, Ja’far Umar Thalib menolak, seraya mengatakan via SMS: ”Saya ndak bisa wawancara dengan yang menuduh saya sebagai agen BIN atau Densus 88. Dan Sabili adalah media kampungan yang melansir gosip kelas rendahan.”<br /><br />Hobi Mencela<br /><br />Tak dipungkiri, banyak umat Islam di Indonesia tak memahami Salafy secara utuh. Akibatnya, umat kerap menyamaratakan Salafy dengan tuduhan-tuduhan yang ditimpakan kepadanya. Di sisi lain, umat kadang terjebak dengan penampilan kaum Salafy. Sebagai contoh, sebuah acara Todays Dialogue di Metro TV (2 September 2008), tengah membicarakan topik: ”Islam Radikal Mau Ke mana? Acara itu menghadirkan tiga pembicara, yakni Ustadz Ja’far Umar Thalib, Abdul Moqsith Ghozali (tokoh JIL), dan Nasir Abas (eks anggota JI). Abdul Moqsith Ghazali dan Nasir Abas mewakili pihak yang berseberangan dengan gerakan Islam ”radikal”. Sedangkan Ja’far diharapkan Metro TV menjadi penyeimbang yang mewakili gerakan Islam radikal. Ada skenario, narasumber itu akan dikonfrontasi.<br />Tapi apa yang terjadi? Ja’far Umar Thalib dalam dialog itu, tidak menunjukkan sikap ”radikal” seperti yang diharapkan Metro TV. Justru sebaliknya, Ja’far dengan berbagai statemennya malah menyerang ”teman seperjuangan”. Bahkan lebih galak ketimbang dua narasumber lainnya. Apa kata Ja’far tatkala ditanya tentang kelompok-kelompok ”Islam radikal” yang ingin berjuang menegakkan syariat Islam dan negara Islam? Dengan gamblang, Ja’far yang Salafy ini mengatakan,”kelompok-kelompok itu harus diberangus sampai ke akar-akarnya.” Bukan hanya pemirsa yang terkejut, Meutia Hafidh, sang pembawa acara pun bertanya keheranan, kenapa harus diberangus?<br />Ja’far kembali menjawab, dulu, Khalifah Ali bin Abi Thalib memberangus khawarij. Kelompok-kelompok yang ingin mendirikan negara Islam disebut Ja’far sebagai Ahlul Bughot (pemberontak) karena itu wajib diberangus hingga akar-akarnya. Ja’far pun menyamakan pejuang syariat dengan khawarij. Termasuk, Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang dicap Ja’far sebagai pentolan neo khawarij, penerap doktrin takfir kepada penguasa Muslim.<br />Terakhir, dalam sebuah dialog di televisi swasta, Ja’far dijadikan narasumber untuk bicara tentang terorisme. Ia kembali menyerang Sayyid Quthb (tokoh Ikhwanul Muslimin), dan membela Syeikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i. Ja’far mengatakan, semua bentuk radikalisme dan ekstrimisme muncul dari pemikiran Sayyid Quthb.<br />Yang menarik, adalah ketika terjadi perang pemikiran dalam bentuk buku. Awalnya, (alm) Imam Samudra menulis buku ”Aku Melawan Teroris!”. Seorang ustadz Salafy Abu Hamzah meresponnya dengan menulis pamflet ”Membongkar Pemikiran Sang Begawan Teroris”. Selanjutnya, muncul buku bantahan yang berjudul ”Mereka adalah Teroris! Sebuah Tinjauan Syari’at”, ditulis oleh Luqman bin Muhammad Ba’abduh, seorang ulama Salafy Yamani dari Jawa Timur dan merupakan teman seperguruan Ja’far Umar Thalib. Setelah itu, juga terbit buku ”Siapa Teroris? Siapa Khawarij? Karya Ustadz Abduh Zulfidar Akaha, buku yang juga bantahan terhadap Luqman Ba’abduh (Mereka adalah Teroris).<br />Menurut Ustadz Abduh Zulfidar Akaha Lc, buku ”Mereka adalah Teroris!” ternyata tidak sungguh-sungguh membantah Imam Samudra. ”Imam Samudra hanya dijadikan batu loncatan saja. Karena di balik itu, ada lebih dari satu orang yang diserang, baik ulama maupun gerakan Islam. Di dalam buku Mereka adalah Teroris, Luqman Ba’abduh menyebut nama-nama ulama Ikhwanul Muslimin, seperti Hasan al-Banna, Sayyid Quthb sebagai teroris, Abdullah Azzam, pejuang Islam di Afghanistan, termasuk pula tokoh-tokoh Hamas seperti Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Ar-Rantisi dan sebagainya sebagai teroris Khawarij.” Intinya, tak ada penghormatan kelompok Salafy ekstrim terhadap ulama maupun mujahid di luar kelompoknya.<br /><br />Keresahan umat Islam terhadap gerakan Salafy ekstrim di Indonesia, sebetulnya sudah muncul tatkala orang tua santri terkejut melihat putranya yang belajar di Pesantren Al-Irsyad Tengaran, Salatiga, Semarang. Begitu pulang ke rumah saat liburan sekolah, anak-anak hasil didikan Ja’far Umar Thalib dan Yazid Abdul Qadir Jawwas itu, tiba-tiba mencopot gambar-gambar di dinding, membuang radio dan televisi dari rumah mereka. Sejumlah orang tua cemas akan hal ini, lantas mendatangi kantor cabang al-Irsyad di Tengaran, Semarang untuk menanyakan pola didik yang diterima anak-anak mereka. Orang tua juga menuntut cabang al Irsyad bertanggung jawab langsung terhadap pesantren, agar mengekang kecenderungan militan ini.<br />Diakui Ketua Umum al Irsyad al Islamiyah KH Abdullah Jaidi, ormas Islam yang paling kecolongan dengan pengaruh Salafy adalah al-Irsyad. Khawarij teriak khawarij, ahlu bid’ah teriak bid’ah pun diamini Abdullah Jaidi. Ia memberi contoh, tahun 2005, di Pekalongan, tatkala terjadi perebutan al-Irsyad, Yusuf Utsman Baisa (kelompok Tengaran) dikalahkan oleh Mahkamah Agung (MA). Meski kalah, mereka hendak menggelar rapat, tapi dilarang oleh Kapolri Sutanto ketika itu. Diam-diam, mereka tetap menggelar rapat di kediaman walikota Pekalongan. Hasil rapat memutuskan: menolak keputusan MA. Usai itu mereka berdemo di MA dan Kejaksaan Agung. ”Ini namanya apa? Jelas bughot, menentang pemerintah, menolak MA. Jadi apa yang mereka sebut bid’ah, bughot, mereka sendiri adalah pelakunya,” kata Jaidi.<br />Kini, penyebaran paham Salafy berkembang melalui buku-buku agama, majalah, kaset, dan situs internet untuk mereka jadikan sebagai propaganda. Buku-buku, majalah dan internet adalah media lain yang mereka gunakan. Hal ini menimbulkan gelombang yang juga tidak kecil. Melengkapi penolakan-penolakan lainnya. <br />Mereka disokong dana yang cukup besar dari oknum Syekh Saudi Arabia. Suatu ketika pimpinan cabang NU pernah memohon kepada Menteri Agama Maftuh Batsuni agar menyampaikan satu hal kepada Pemerintah Saudi untuk tidak membagikan buku-buku agama kepada jamaah haji di airport, yang hendak pulang ke Tanah Air. Mengingat, buku itu, bertentangan dengan pemahaman agama yang ada di daerah tertentu, sehingga membuat masyarakat bingung, bahkan berubah. Atas laporan pimpinan cabang NU ini, Menteri Agama meminta Pemerintah Saudi tidak membagi-bagikan buku-buku agama, tapi cukup Al Qur’an dan terjemahan saja.<br />Benarkah Salafy ekstrim tak bisa diajak berdialog? Dalam suatu seminar sehari di Pekalongan yang diadakan al Irsyad -- turut mengundang para ustadz al Irsyad di seluruh cabang Indonesia, termasuk kelompok Salafy Tengaran -- dibahas masalah-masalah yang menyangkut fatwa-fatwa dari kelompok Salafy. Ada enam permasalahan yang dibicarakan. ”Saat itu kelompok Salafy membawa dua koper berisi buku-buku. Sementara kita cuma membawa klipingan saja. Ketika baru membahas tiga masalah, mereka malah hengkang, tidak mau melanjutkan,” ungkap Abdullah Jaidi.<br />Tahun 1992, di Yogyakarta, Persis yang dipimpin (alm) Shiddiq Amien juga membuka ruang dialog dengan kelompok Salafy yang diwakili oleh Abdul Hakim Abdat. Apa yang terjadi, begitu terdesak dalil-dalil, mereka (Salafy) keluar meninggalkan ruangan.<br />Bagi masyarakat Muslim, jika ada kelompok yang suka menyalahkan, mencaci-maki —tak mesti Salafy— sudah pasti akan menghadapi gelombang penolakan. Tapi, kalau berdakwah dengan cara yang santun, masyarakat tentu akan menerimanya dengan lapang dada.<br /><br />SABILIABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-22239672055574317442010-01-02T21:53:00.000+07:002010-01-02T21:54:23.522+07:00Tahun 2009: Kemenangan mujahidin dan Kegoncangan penjajahDengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang<br />Tahun (2009): Kemenangan mujahidin dan Kegoncangan penjajah<br /><br />Tanggal: 29/12/2009<br /><br />Tahun 2009 Masehi, adalah tahun yang penuh dengan kemenangan dan prestasi di bidang militer, politik dan media, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Itu semua adalah karena karunia Allah dan hasil dari operasi mujahidin yang sukses dan perlawanan mereka yang berani, serta kepiawaian politik seluruh staf Imarah Islam (Afghanistan).<br /><br />Berbagai operasi Mujahidin dalam berbagai bentuk serangan di semua bidang, baik berupa kejutan, dan pertempur langsung, meletakkan ranjau, dan lain-lain dalam satu tahun terakhir melawan pasukan pendudukan dan budak-budaknya, semakin banyak dan semakin keras dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Sehingga musuh yang tertipu berteriak-teriak menyebarkan desas-desus tentang perdamaian dan rekonsiliasi perundingan dengan para mujahidin. Hal ini menandakan kekacauan militer dan politik bagi penjajah, dan menunjukkan titik terang dan kemenangan bagi Emirat Islam Afghanistan.<br /><br />Sesungguhnya kepiawaian politik para pemimpin Emirat Islam Afghanistan, dan keahlian, dan sikapnya yang teguh berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan di setiap peristiwa dan masalah, dan serangan dari mujahidin yang terus terus menerus dan menyakitkan, telah membuat musuh dalam keadaan goncang dan ketidakstabilan yang berkepanjangan, selain itu masih haraus berhadapan dengan masalah serius di negeri mereka sendiri, dan kritik dan keberatan masyarakat bangsa mereka. Musuh tidak memiliki strategi yang matang, di satu sisi berbicara tentang mengirim lebih banyak pasukan, tetapi di sisi lain menunjukkan sikap yang tidak masuk akal dengan penarikan dari beberapa wilayah. Dan dari sisi politik dituntut untuk memikirkan cara-cara dan sarana untuk menyelesaikan problema yang kusut.<br />Dan juga merupakan kemenangan politik bagi kita di tahun lalu, dimana rakyat Afghan memenuhi seruan Emirat Islam untuk memboikot sandiwara pemilihan presiden, sehingga sandiwara itu gagal dipertunjukkan karena diboikot oleh rakyat dalam skala yang luas, serangan mujahidin yang telak, dan taktik mereka yang lebih terprogram daripada sebelumnya, sehingga jumlah suara yang sah sangat kurang dari yang diharapkan . Telah disepakati oleh para analis dan pembuat opini, bahwa semua itu hanya formalitas untuk melanggengkan demokrasi yang diimpor.<br />Dengan memandang ke tahun lalu, kita dapat mengatakan secara umum: Sebagian besar kekuatan Barat termasuk PBB, Uni Eropa terpaksa menerima Emirat Islam sebagai satu pihak, dan kekuasaan politik sebagai akibat dari perlawanan yang keras dan mencakup semua daerah di Afghanistan ada di tangan Mujahidin. Semula mereka menganggap Mujahidin Emirat Islam hanyalah sebagai profokator dan tegaknya mereka hanya bersifat ad hoc. Tapi akhirnya mereka pun mengakui kekuasaan politik mereka dalam bentuk gerakan Islam Afghanistan yang representatif.<br />Atas ertolongan Allah ta’ala, dan berkat upaya tak kenal lelah oleh mujahidin, maka tahun yang telah lalu merupakan tahun kemenangan, bahkan kemenangan ini berada di atas perhitungan secara militer, jika dilihat dari capaian tahun-tahun sebelumnya, di mana pasukan penjajah menderita kerugian jiwa dan material yang sangat besar. Sebelum musim semi terakhir telah terjadi berbagai perubahan-perubahan besar dalam formasi mujahidin di seluruh penjuru Afghanistan, sesuai dengan desain dari pimpinan Dewan Syura Emirat Islam, dan telah selesai bentuk rincian yanng baru. Dan juga telah dihasilkan formasi militer dan sipil dalam cara yang dini di seluruh wilayah untuk meningkatkan pengaruh terhadap front pertempuran. Dan al-hamdulillah, hal itu telah memiliki peran yang sangat besar dalam mencapai kemenangan jihad dan militer.<br /><br />ونقدم الإحصائية الدقيقة والمستندة كدليل لخسائر المحتلين وعبيدهم من خلال عمليات عسكرية مهمة في القائمة التالية، حيث كانت تنشر تفاصيلها من قبل ناطقي الإمارة الإسلامية بإستمرار، وتوزع على وسائل الإعلام في حينها<br />Pada awal Maret tahun lalu Presiden AS Obama mengumumkan strategi baru di Afghanistan dan mengatakan ia akan mengirim ribuan pasukan tambahan ke negara ini. Menanggapi hal ini pimpinan Dewan Syura Emirat Islam mengeluarkan pernyataan pers pada 30 April tahun yang sama, yang berisikan dimulainya operasi militer di bawah sandi “an-Nushrah” di seluruh wilayah Afghanistan; Lalu mulailah operasi yang sukses dan terkoordinir terhadap pasukan musuh yang terkonsentrasi maupun yang mobile di seluruh penjuru negeri. Operasi-operasi ini membuahkan sukses besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan dami bulan, tingkat kerugian musuh baik korban jiwa maupun korban harta semakin meningkat.<br /><br />Dan kami kemukakan perhitungan kerugian pihak penjajah dan budak-budak mereka sebagai akibat dari operasi militer, berdasarkan data statistik yang akurat, dalam daftar berikut, di mana rinciannya telah dipublikasikan secara oleh juru bicara Emirat Islam secara terus menerus dan didistribusikan kepada media pada waktu yang tepat.<br />Bentuk kerugian: jumlah global<br />Penjajah tewas dan terluka tentara – 5.587<br />Tentara Lokal tewas – 7.254<br />Tentara Lokal yang terluka – 2069<br />Mobil dan kendaraan militer dari musuh hancur- 3.667<br />Pesawat terbang yang dirontokkan- 44<br />Mujahidin yang syahid dan terluka – 540<br />Sangat disesalkan, keberhasilan ini diiringi dengan terbunuhnya dan terlukainya ratusan warga sipil Afghanistan, dan hancurnya rumah dan lahan pertanian sepanjang tahun ini di berbagai bagian negara karena serangan udara yang serampangan, atau jiga karena serbuan terbuka yang dilancarkan secara brutal oleh penjajah, misalnya kami sebutkan dua insiden yang memilukan, yakni insiden Balabluk di wilayah Farah, dan insiden Gahar Durh di wilayah Kunduz. Dari dua insiden tersebut telah menewaskan dan melukai lebih dari 500 warga yang paling tak berdosa. Setiap terjadi sebuah insiden yang memilukan Emirat Islam Afghanistan selalu mengungkapkan bela sungkawa kepada keluarga para martir dan yang terluka pada waktu itu, dan sesekali mengucapkan belasungkawa kepada keluarga korban dan berdo’a kepada Allah agar mereka dikaruniai sorga yang penuh dengan kenikmatan, dan bagi keluarga yang ditinggalkan semoga dikaruniai kesabaran dan pahala yang besar, dan kepada mereka yang terluka semoga lekas sembuh.<br />Emirat Islam Afghanistan dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan menggunakan segala kemampuan, metode peperangan dan taktik yang dikembangkan untuk melawan pasukan penjajah internasional akan memaksa Gedung Putih dan Brussels serta para pecinta perang untuk keluar dari bumi Afghanistan pada tahun 2010, in sya Allah.<br /><br />Emirat Islam Afghanistan<br /><br />Situs Emirat Islam Afganistan, yang kini beroperasi di Internet<br />Situs (Shahamat) : www.shahamat1.org<br />Situs (Shoutul Jihad) : www.alemarah.info<br />Situs (majalah ash-Shumud) : www.alsomod.org<br /><br />وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ<br />Jika dikatakan kepada mereka janganlah membuat kerusakan di muka bumi, mereka berkata kami hanyalah melakukan perbaikan<br />أَلَا إِنَّهُمْ هُمْ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ<br />Ketahuilah, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merusak tetapi mereka tidak menyadari<br />(al-Baqarah:11-12)<br /><br />Informasi: juru bicara resmi Emirat Islam Afghanistan – Taliban<br />Qari Muhammad Yussuf (Ahmadi)<br />untuk wilayah Barat Laut dan Barat Daya<br />Tel: 008821621346341<br />Mobile: 0093700886853-0093707163424<br />Zabihullah (Mujahid)<br />Untuk wilayah Tenggara dan Timur Laut<br />Tel: 008821621360585<br />Mobile: 0093799169794-0093707010740<br /><br />Dan Allah Akbar dan Kemuliaan bagi Allah dan Rasul-Nya dan orang mukmin<br />Komite Media Emirat Islam Afghanistan – TalibanABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-57811252833269641212009-12-07T16:50:00.003+07:002009-12-07T16:58:43.962+07:00<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzRwCSpBjI/AAAAAAAAAJg/V9-EpwtGP2I/s1600-h/SNN0309A_380_940931a.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 380px; height: 237px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzRwCSpBjI/AAAAAAAAAJg/V9-EpwtGP2I/s400/SNN0309A_380_940931a.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412431475371476530" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzRo3mAhQI/AAAAAAAAAJY/UyVBiMfd3p0/s1600-h/SNN0309_380_3__940932a.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 380px; height: 287px;" src="http://2.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzRo3mAhQI/AAAAAAAAAJY/UyVBiMfd3p0/s400/SNN0309_380_3__940932a.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412431352240833794" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzRh1Ui_3I/AAAAAAAAAJQ/4Ym2OwyFOPo/s1600-h/SNN0309A_280_940933a.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 280px; height: 390px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzRh1Ui_3I/AAAAAAAAAJQ/4Ym2OwyFOPo/s400/SNN0309A_280_940933a.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412431231371640690" /></a><br />“ Ajarilah anak-anakmu memanah, berenang dan menunggang kuda.” (HR. Thabrani)ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-55244357671339924822009-12-07T16:02:00.002+07:002009-12-07T16:06:53.132+07:00Pengalamanku Betemu Syekh Usamah bin Ladin<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://3.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzFkzhJE5I/AAAAAAAAAJA/CEMXR32TIKo/s1600-h/usamah2.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 75px; height: 100px;" src="http://3.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzFkzhJE5I/AAAAAAAAAJA/CEMXR32TIKo/s400/usamah2.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412418088287671186" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://1.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzFd8cj2NI/AAAAAAAAAI4/zzzZYOeFZ4Q/s1600-h/302476737.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 166px; height: 134px;" src="http://1.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzFd8cj2NI/AAAAAAAAAI4/zzzZYOeFZ4Q/s400/302476737.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412417970425288914" /></a><br />Inilah kisah seorang ikhwan yang berjihad di bumi Afghanistan dan mendapatkan kesempatan langka bertemu langsung dan bertatap muka dengan Syekh Usamah bin Ladin. Seperti apa Syekh Usamah bin Ladin ketika berada di bumi jihad ? Bagaimana akhlak dan perilaku beliau ? Berikut penuturannya...!<br /><br /> <br /><br />Di Medan Pertempuran<br /><br />Ada beberapa jabhah (front) yang pernah saya terjuni dan adapula beberapa kali operasi perang yang saya ikuti, tetapi rasanya tidak ada faedahnya sama sekali jika saya ceritakan disini, terutama bagi saya sendiri.<br /><br />Saya disini hanya akan menceritakan sedikit kenangan manis saya, semasa di Front Joji Paktia Afghanistan, terutama perjumpaanku dan perkenalanku dengan Asy-Syekh Usamah bin Ladin rhm pada sekitar pertengahan tahun 1987.<br /><br />Joji adalah suatu tempat pegunungan atau perbukitan yang letaknya di wilayah Paktia, wilayah bagian selatan Afghanistan, perbatasan dengan wilayah Pakistan tempatnya sangat indah dibandingkan dengan tempat-tempat lain yang pernah saya kunjungi karena dipenuhi dengan pepohonan sejenis cemara atau pinus, sedang di tempat lain hanya terlihat bebatuan belaka, tempatnya sangat dingin lagi sejuk, jika datang musim dingin saljunya tinggi bisa mencapai dua meter atau lebih.<br /><br />Pegunungan dan perbukitan ini sangat strategis baik untuk pertahanan maupun penyerangan bagi kedua belah pihak baik bagi mujahidin maupun bagi pasukan kafir komunis Rusia.<br /><br />Strategis bagi mujahidin karena ia merupakan pintu masuk utama untuk pengiriman logistik, amunisi, pasukan dan sebagainya dan sangat strategis untuk penyerangan sebab tempatnya tinggi, sangat membantu para mujahidin untuk menyerang tempat-tempat di sekitarnya yang belum dikuasai baik dengan pasukan infantri maupun artilerinya.<br /><br />Adapun bagi tentara kafir komunis Rusia, tempat ini sangat berharga lagi mahal, mereka siap membeli tempat ini seandainya dijual dengan berapapun bayarannya, sebab dengan menguasai Joji, akan dapat mengunci mati pergerakan mujahidin di daerah ini, dengan kata lain, mujahidin tidak bisa memasuki wilayah Afghan, jika hendak memasuki akan dengan mudah disekat dan dipatahkan, maka dengan terpaksa mujahidin akan meletakkan basenya di daerah wilayah Pakistan.<br /><br />Jika para mujahidin tidak dapat memasuki wialyah Afghanistan, maka mereka tidak dapat melancarkan serangan, khususnya dengan senjata-senjata Artilery, sebab serangan tidak mungkin dilancarkan dari negeri tetangga, sebab ketika itu tentunya sangat sensitif sekali disamping menjaga hubungan saudara sesama muslim dengan Pakistan terutama dengan Almarhum Dhiya-Ul-Haq selaku Presiden Pakistan pada saat itu dan pada saat itu boleh dikata beliau adalah bapak asuh para Mujahidin.<br /><br />Karena begitu strategisnya Joji bagi kedua belah pihak yang sedang bertempur, maka tempat ini sering sekali menjadi ajang pertempuran baik daratnya maupun udaranya, hingga dikuasai oleh mujahidin sepenuhnya dan menjadi aman dari serangan musuh karena tempat-tempat lain di sekitarnya telah dapat ditaklukan semuanya kalau tidak salah pada akhir 1987 atau awal 1988-an.<br /><br />Di medan Joji juga terkenal dengan bunker-bunkernya (rumah bawah tanah) hampir seluruh mujahidin yang berada di front tersebut, camp mereka berada di dalam tanah, ada satu terowongan raksasa di bawah gunung yang dibuat oleh Mujahidin yang mana ribuan senjata bisa masuk bahkan berpuluh-puluh kendaraan berat bisa sampai di dalamnya.<br /><br />Bertemu Syekh Usamah bin Ladin<br /><br />Ikhwah mujahidin Arab mencatat sejarah rekor yang gemilang dalam peperangan Afghanistan dari melawan tentara kafir beruang merah dan bonekanya, kemudian memerangi kaum bughot dan munafikin hingga perang melawan tentara Salibis kafir yang dipimpin oleh Amerika Serikat.<br /><br />Sungguh jasa mereka besar sekali dalam membangun jabhah (front pertempuran) dan pertahanan di Joji, mereka membuat bunker-bunker dan trenche-trenche (parit perlindungan), bekerjasama dengan tandzhim-tandzhim Mujahidin Afghanistan terutama dengan Ittihad Al-Islamyyah yang dipimpin oleh Asy-Syekh AbdurRabbi Rasul Sayyaf pada saat itu, mereka tidak hanya berjasa dalam menyediakan fasilitas bahkan dalam setiap penyerangan ditempat tersebut, merekalah yang menjadi ujung tombaknya.<br /><br />Hampir setiap petahanan terdepan Joji yang berdekatan dengan musuh diduduki oleh Ikhwah Arab ada satu-dua camp yang diduduki oleh mujahidin Afghanistan termasuk dari tandzhim Hizbul Islam pimpinan Al-Muhandis Ghulbuddin Hikmatyar, mereka berhasil menggali trenches dan membuat bunker di daerah paling depan yang menjorok ke daerah musuh, di daerah dan tempat ini mereka namakan "Ma'sadah" (tempat berkumpulnya para singa), maksudnya tempat berkumpulnya para mujahidin yang senantiasa siap menerkam dan mengganyang musuh-musuhnya, di tempat inilah Asy-Syekh Usamah bin Ladin hfz berada, beliau adalah komandan umum bagi seluruh mujahidin Arab yang ada di tempat itu, beliaulah yang memimpin pertempuran secara langsung.<br /><br />Di ma'sadah inilah saya diperkenalkan oleh Allah swt dengan beliau yaitu di sebuah bunker bawah tanah yang tertutup dengan salju yang sangat tebal dalam keadaan gelap gulita hanya ada pelita kecil yang menyinarinya.<br /><br />Semula saya tidak menyangka sama sekali kalau beliau itu Asy-Syekh Usamah bin Ladin, karena sebelumnya saya belum mengenali secara pasti atau dari dekat, memang saya pernah melihat sekilas saja lagi pula hanya dari kejauhan, disamping itu saya tidak mendengar seorangpun dari ikhwah Arab yang memanggil beliau dengan namanya pada saat itu, semuanya memanggil dengan nama Kuniyah yaitu : Abu Abdullah, sedangkan pada begitu banyaknya nama kuniyah dengan nama depan Abu, termasuk Abu Abdullah.<br /><br />Tetapi alhamdulillah ada salah seorang mujahid Arab pelan-pelan membisikkan di telinga saya, katanya : "Ta'rif Anta ya Akhi?" (Kenalkah anda wahai saudaraku?), sayapun bertanya kembali, "Maaza?" (Apa?), Akhi itu mengatakan, "Haaza...Huwa Asy-Syekh Usamah Ibnu Ladin." Saya ketika itu merasa kurang percaya, lalu akh tersebut menambahkan "Uqsimu Billah" (Saya bersumpah demi Allah), begitulah kebiasaan orang Arab untuk mempercayai apa yang disampaikan.<br /><br />Dengan informasi ini saya tidak menyia-nyiakan kesempatan dan peluang yang berharga ini, sayapun mulai memperkenalkan nama kuniah saya kepada beliau dengan tambahan ucapan-ucapan yang bersifat familier seperti : "Kaifa Hallukum?", "Kaifa Shihatukum", "Kaifa Akhbarukum?" (bagaimana keadaanmu, kesehatanmu, berita-beritamu), maka beliaupun menanggapi dengan senyum dan pandangan matanya yang khas sambil bertanya juga, "Kaifa Hallukum?", "Kaifa Shihatukum", "Kaifa Akhbarukum?<br /><br />Hanya sebatas inilah perkenalanku dengan beliau, memang begitulah adab-adab perkenalan yang biasa dilakukan oleh mujahidin, masing-masing menjaga kerahasiaan satu dengan yang lain, sehingga satu sama lain saling tidak mengenali berasal dari negara mana ia datang, paling-paling sebatas terka-menerka, kecuali orang-orang tertentu saja yang mengetahui, jadi tidak ada seorang mujahidpun yang menyibukkan diri dengan bertanya, misalnya, Anda dari mana?, dengan siapa? Naik apa? dan lain sebagainya.<br /><br />Biasanya orang yang menyibukkan diri dengan hal ini adalah para intel yang ditugaskan meskipun tidak semuanya, ada juga yang karena kebiasaan dan pembawaan sehingga sukar merubahnya, biasanya kalau ternyata dia seorang intel atau munafikin yang ditugaskan, pasti tidak betah untuk tinggal lama berada di Front bahkan ada juga yang baru satu atau dua hari, karena serangan bom musuh yang bertubi-tubi dia seperti cacing kepanasan ingin kembali ke negerinya atau ke tempat yang aman, bahkan ada yang akhirnya mengaku bahwa sebenarnya dirinya itu adalah seorang intel sembari merajuk dengan penuh kehinaan.<br /><br />Dari masa-ke masa dari waktu-ke waktu dari hari-kehari saya dengan diam-diam memperhatikan kepribadian beliau sebab pada saat itu saya punya satu keyakinan bahwa Allah swt telah memberkati umur saya dengan dipertemukan bersama sosok hamba Allah yang memiliki keutamaan, dengan kelebihan yang tidak diberikan kepada yang lainnya.<br /><br />Jika melihat beliau seolah-olah saya dipertemukan dengan salah seorang sahabat Nabi saw, yaitu Utsman bin Affan r.a atau Abdurrahman bin Auf, r.a karena pada beliau-beliau r.a ada salah satu sifat yang menyamainya, yaitu terjun ke medan perang dengan harta dan jiwanya.<br /><br />Asy-Syekh Usamah bin Ladin hfz, sebagaimana yang telah dimaklumi umum bahwa beliau adalah seseorang yang boleh dikatakan bukan hanya sebagai millioner saja tetapi billioner atau lebih dari itu, namun beliau tidak menggunakan kekayaannya seperti kebiasaan orang kaya menggunakan hartanya, malah beliau terjun ke medan perang dnegan harta dan jiwanya dan siap hidup zuhud di medan perang sebagaimana mujahidin yang lain, maka ketika itu bisikan hati saya mengatakan orang seperti ini bukan mansuia sembarangan belum tentu dalam jutaan manusia ada satu orang dan sayapun hingga hari ini belum menemukan orang yang menyamainya.<br /><br />Memang ada satu tabiat pada diri saya mudah-mudahan tabiat ini baik menurut Allah swt yaitu, saya dengan hamba allah yang punya kelebihan dan keutamaan, khususnya dalam urusan dien, meskipun orang tersebut dalam pandangan orang lain tidak ada kedudukan apa-apa bahkan dipandang remeh, sebab sangat sulit untuk mencari seseorang yang mempunyai satu kelebihan kemudian dengan kelebihannya itu berperan penting dalam suatu program yang sesuai sehinga dengan kehadirannya menambah kemajuan besar bagi Isalm dan kaum muslimin.<br /><br />Rasulullah saw bersabda :<br /><br />"Manusia itu bagaikan unta, dalam seratus unta anda tidak mendapati satu ekorpun darinya yang bisa dijadikan tunggangan yang baik."<br /><br />Maka kalau kita perhatikan sepanjang sejarah perjalanan manusia sebenarnya tidak banyak orang-orang yang diberi kelebihan oleh Allah swt. Manusia yang dipilih menjadi Rasul-Nya hanya 25 orang saja, Ash-Shodiqin, Asy-Syuhada', Ash-Sholihihnnyapun terbatas jika dibandingkan dengan jumlah mayoritasnya.<br /><br />Ulama' fuqoha', pakar-pakar tafsir (mufassirin) dari zaman sahabat r.a, hingga tabi'ut-tabi'in pun sangat terbatas, perawi-perawi hadits khususnya yang bertitel mukhorrij hanya beberapa orang saja, tidak sampai seratus jumlahnya.ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-23813617642832840382009-12-07T16:00:00.001+07:002009-12-07T16:02:19.710+07:00Di Sanalah Syekh Usamah (Berada)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzEhYaAr5I/AAAAAAAAAIw/z1TbAoasxGI/s1600-h/Syekh+Osama+bin+Laden.jpg"><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 116px; height: 112px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SxzEhYaAr5I/AAAAAAAAAIw/z1TbAoasxGI/s400/Syekh+Osama+bin+Laden.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5412416929958768530" /></a><br />Dunia media baru-baru ini dikejutkan dengan pernyataan bekas tahanan Taliban, sebagaimana dikutip BBC. Tahanan itu mengklaim pernah bertemu Syekh Usamah bin Ladin beberapa kali sebelum peristiwa WTC, 9 September 2001. Tidak hanya itu, tahanan ini pun mengatakan baru saja melakukan pertemuan dengan Syekh Usamah sekitar bulan Januari atau Februari tahun 2009, dan dia dapat mengatur jadwal pertemuan dengannya.<br /><br />Peryataan ini tentu membuat seluruh komunitas intelijen Barat, CIA dan M16 terheran-heran dan kecewa. Maklum, lebih dari 7 tahun terakhir ini mereka lelah mencari informasi untuk mengetahui keberadaan Syekh Usamah bin Ladin dan belum pernah mendapatkan informasi seperti ini. Lalu, di manakah Syekh Usamah berada ?<br /><br />'Mukjizat' di Tora Bora<br /><br />Masih hidupkah Syekh Usamah bin Ladin ? Di manakah dia berada ? jawaban atas dua pertanyaan tersebut ditunggu-tunggu oleh hampir seluruh orang, terutama mereka yang menyangsikan keberadaan beliau. Kisah pengepungan beliau di pegunungan Tora Bora pada tahun 2001 pasca serangan WTC juga belum banyak diketahui, meskipun akhirnya Syekh Usamah sendiri yang mengeluarkan peryataan bagaimana dia dan para sahabatnya berhasil lolos dalam serangan mematikan Amerika dan sekutu-sekutunya tersebut.<br /><br />Pegunungan Tora Bora, Afghanistan, 20 Rojab 1422 H bertepatan dengan tanggal 7 Oktober 2001 M. Lusinan pesawat tempur Amerika meraung-raung dan memuntahkan timah panas ke parit-parit di sekitar pegunungan Tora Bora. Tidak hanya itu saja, pesawat jenis B 52 dan C 130 itu pun menghujani pegunungan yang wilayahnya tidak lebih dari satu mil persegi tersebut dengan smart bom (bom cerdas), bom-bom cluster dan juga bom-bom pembakar gua. Mereka ingin membumi hanguskan tempat yang kecil ini dan memusnahkannya dari muka bumi. Para pemimpin Amerika yakin akan keberadaan Syekh Usamah bin Ladin di tempat tersebut. Siang dan malam tidak berlalu kecuali ada pesawat tempur yang melintas dengan bombardir dahsyat setiap menitnya. Hal ini terus berlangsung hingga pertengahan Ramadhan.<br /><br />Sementara itu, Syekh Usamah bin Ladin, bersama sahabat setianya Syekh Ayman Az-Zawahiri, dan sekitar 300-an mujahid terus bertahan dengan hanya berharap ridho dan pertolongan Allah swt dari serangan dan bombardir Amerika yang tiada habisnya. Dengan suhu 10 derajad di bawah nol mereka menggali khondaq (parit) sebanyak seratus buah, dengan rata-rata satu khondaq untuk berlindung 3 mujahid di area yang tidak lebih dari satu mil persegi. Mereka melakukan hal itu untuk menghindari lebih banyak korban yang jatuh akibat bombardir pasukan Amerika. Satu pesawat bisa melintas lebih dari 2 jam, dan satu kali tembakan berisi 20 sampai 30 bom.<br /><br />Namun, Alhamdulillah. Meski bombardir yang begitu dahsyat dan propaganda pers yang menakutkan, yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap sebuah tempat yang kecil lagi terkepung dari berbagai penjuru ini ditambah lagi dengan tentara munafiqin yang dibayar untuk berperang selama setengah bulan terus-menerus oleh Amerika, teryata dapat dikalahkan oleh pasukan Syekh Usamah bin Ladin. Subhanallah.<br /><br />Bahkan, atas karunia Allah, Syekh Usamah bin Ladin dan mujahidin di sana tetap mampu bertahan dan balas menyerang, sehingga mampu memulangkan pasukan Amerika dengan kekalahan sekaligus mereka membawa mayat-mayat dan orang-orang yang terluka dari pasukannya. Hal ini membuat pasukan Amerika tidak berani lagi memasuki tempat Syekh Usamah, pegunungan Tora Bora.<br /><br />Sejarah mencatat berakhirnya pertempuran terdahsyat abad ini antara persekutuan jahat dunia dengan segala kekuatannya melawan sekelompok kecil mujahidin yang berdiri di atas kebenaran, yakni melawan hanya 300 mujahid yang berada dalam khondaq mereka . Hasil pertempuran itu telak dimenangkan oleh Ahlul Iman, Syekh Usamah bin Ladin dengan pasukannya, dimana korban personal kira-kira enam persen dari mujahidin, dan kerugian pada khondaq hanya dua persen, Alhamdulillah.<br /><br />Syekh Usamah bin Ladin, Masih Hidup ?<br /><br />Kisah heroik di pegunungan Tora Bora bukanlah akhir dari sebuah perjuangan. Bahkan itu menjadi titik balik perjuangan panjang Syekh Usamah bin Ladin dengan Al-Qa'edanya yang sebelumnya telah disangka 'tamat' oleh AS dan sekutunya. Peristiwa Tora Bora adalah fakta dan bukti kongkrit bahwa Syekh Usamah bin Ladin masih hidup, hingga saat ini.<br /><br />Namun, dimanakah beliau berada ? Memang, sangat sulit untuk memastikan keberadaan beliau yang kepalanya dihargai US $ 50 juta oleh pemerintah Amerika. Mantan tahanan Taliban yang diwawancarai BBC tersebut mengatakan bahwa informannya yang berasal dari suku Mehsud bertanggung jawab mengatur operasi Al Qaeda. "Sang Syekh tidak tinggal di satu tempat. Orang itu berasal dari Ghazni, jadi saya kira disanalah syekh berada," jelasnya.<br /><br />Propinsi Ghazni berada di timur Afghanistan, yang merupakan basis terkuat Taliban. Sebagian besar wilayah itu terjaga dari serangan pasukan koalisi asing maupun pasukan murtad Afghanistan. Dari sanalah Syekh Usamah bin Ladin membangun kembali kekuatan Al Qaeda yang sempat porak poranda dibombardir di Pegunungan Tora Bora.<br /><br />Dinas intelijen AS dan para analis menilai Al-Qa'eda pimpinan Usamah bin Ladin telah menggalang kekuatan dan semakin kuat. Bahkan dalam sebuah rekaman terbaru, Usamah memberikan pesan berisi seruan untuk melancarkan serangan baru. PJ Crowley, analis keamanan dari Pusat Kemajuan Amerika berpendapat bahwa Irak merupakan berkah bagi Al-Qa'eda karena AS menangkap umpan mereka.<br /><br />Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Mike German, mantan agen antiterorisme FBI. Dia mengungkapkan, perang Irak memberi kemudahan bagi Al-Qa'eda untuk membunuh warga AS melalui afiliasinya di Irak. Sementara itu Thomas Kean dan Lee Hamilton dari Washington Post berpendapat : "Tidak ada konflik yang butuh paling banyak waktu, perhatian, korban jiwa, dana, dan dukungan selain perang di Irak. Ini menjadi alat rekrutmen dan pelatihan yang kuat bagi Al Qa'eda,".<br /><br />Menurut penilaian analis dan beberapa sumber, jaringan Al-Qa'eda yang dipimpin Usamah dalam tujuh tahun sejak serangan 11 September telah membangun markas besar baru di wilayah terpencil di Pakistan. Kawasan pegunungan yang dihuni oleh kelompok suku Pashtun merupakan tujuan pertama ketika pejuang Al-Qa'eda menyelamatkan diri dari serbuan AS yang menggulingkan Taliban di Afghanistan pada 2001 lalu.<br /><br />Rohan Gunaratna, penulis Inside Al-Qa'eda dan pakar terorisme menyatakan bahwa : "Wilayah suku sudah menjadi markas global pergerakan Al-Qa'eda. Di sana menjadi tempat latihan, perencanaan, dan persiapan serangan terhadap sasaran yang berbau Barat,". Beberapa sumber mengatakan, meskipun keberadaan Usamah hingga sekarang belum diketahui, mereka menyaksikan anak dan calon penerus Usamah, Hamza, baru-baru ini datang ke wilayah suku Pashtun tersebut.<br /><br />"Tidak ada seorang pun yang tahu dimana Usamah bin Ladin. Dua setengah tahun lalu, dia berada di Provinsi Kunar, Afghanistan. Namun sekarang kami tidak tahu di mana dia," kata seorang milisi. Menangkap Usamah merupakan prioritas AS, bahkan mereka menghargai kepala Usamah sebesar US $ 50 juta.<br /><br />Sementara itu, Pakistan tegas membantah Usamah berada di wilayahnya. Perdana Menteri Pakistan, Yusuf Raza Gilana, Kamis (3/12), menyatakan, pemerintahannya menindak keras segala pemberontakan Al Qaeda. "Saya meragukan informasi bahwa Usamah bersembunyi di Pakistan," kata Gilani dalam jumpa pers bersama PM Inggris, Gordon Brown, di London.<br /><br />Menteri Luar Negeri Pakistan, Shah Mehmood Qureshi, mengamini peryataan tersebut, dan mengaku tidak mengetahui di mana Usamah berada, dan apakah masih hidup. "Tak seorangpun mengetahui keberadaannya. Jika Anda mempunyai informasi, kami akan menyukainya, " lanjutnya kepada radio BBC.<br /><br />Sementara itu, Bruce Riedel, mantan analis Badan Intelijen AS (CIA) menilai dan berpendapat bahwa Syekh Usamah masih hidup. "Kami tahu Usamah masih hidup. Kami tahu dia bersembunyi di suatu tempat yang sulit dijangkau di perbatasan Pakistan dan Afghanistan."<br /><br />Syekh Usamah : Perjuangan Hingga Akhir<br /><br />Sebagaimana dikutip dari buku "In The Heart of Al Qaeda" (Ar Rahmah Media, 2008) Syekh Usamah Bin Ladin selalu mengulang pernyataan bahwa beliau tidak ingin tertangkap hidup. Amerika telah mengeluarkan miliaran dollar dan kehilangan ribuan tentara untuk menangkap Syekh Usamah Bin Ladin dengan menghancurkan Al Qaeda. Tapi dari hari ke hari Syekh Usamah Bin Ladin dan Syekh Aiman Al Zawahiri menunjukkan kemenangan politik dan propaganda Al Qaeda.<br /><br />Tak seorangpun sungguh-sungguh mengetahui dimana kedua pria tersebut bersembunyi, hanya sekedar teori yang beredar. Sebagian percaya bahwa keduanya selalu berpindah lokasi dari satu suku ke suku lain di perbatasan Afghan-Pakistan yang terbentang sekitar 1.500 mil. Wilayah ini diluar wilayah hukum Pakistan yang memandangnya sebagai "Pahlawan Mujahid" yang berperang untuk membebaskan Afghanistan dan telah menyerahkan kekayaan dan kenyamanan hidup bagi saudara-saudara seiman yang berperang melawan musuh-musuh Islam.<br /><br />Jendral Asad Durrani, kepala Badan Intelijin Pakistan menyakini bahwa kota besar adalah tempat terbaik bagi Syekh Usaman Bin Ladin untuk bersembunyi. Kota-kota seperti Karachi, Faisalabad, Peshawar, Quetta dan Rawalpindi adalah tempat persembunyian yang baik dan melahirkan tokoh-tokoh kunci Al Qaeda.<br /><br />Dikatakan oleh orang dekat Syekh Usamah Bin Ladin bahwa beliau tinggal di rumah yang sama dengan Abu Zubaydah yang tertanggap di Faisalabad pada bulan Maret 2002. Sumber tersebut mengatakan bahwa Syekh Usamah Bin Ladin meninggalkan rumah tersebut tiga hari sebelum penyergapan terjadi. Penyergapan dilakukan pasukan gabungan Amerika-Pakistan.<br /><br />Ketika Syekh Usamah mengirimkan rekaman audio-tape bulan terakhir ini, beliau tidak memberi indikasi dimana beliau bersembunyi. Statemen beliau menunjukkan bahwa beliau beserta Syekh Aiman Al Zawahiri berada di tempat yang nyaman dan aman, dan dapat mengikuti perkembangan politik jazirah Arab dan seluruh dunia.<br /><br />Syekh Usamah mengatakan bahwa sejak kembali ke Afghanistan setelah di deportasi dari Sudan, beliau tidak lagi menggunakan peralatan modern untuk berkomunikasi seperti HP ataupun telpon satelit serta Internet maupun e-mail. Beliau memilih berkomunikasi dengan tulisan tangan yang diantar oleh kurir. Beliau mendapat seluruh berita terbaru dari kurir yang mendownload dan mengkopi dari kafe Internet<br /><br />Syekh Usamah dan Syekh Aiman Al Zawahiri sangat sulit dilacak karena kecerdikannya. Mereka membuat sistem keamanan mereka sendiri. Beliau selalu dikawal seorang bodyguard dan sekelompok kecil pasukan kepercayaan. Indikasi kesuksesan beliau dalam membuat sistem keamanan adalah bahwa persembunyian dua istri dan hampir dua puluh putra-putrinya di Afghan pun tak pernah di ketahui. Begitu juga keberadaan keluarga Syekh Aiman Al Zawahiri, tak seorangpun tahu.<br /><br />Syekh Usamah Bin Ladin dan Syekh Aiman Al Zawahiri berpindah-pindah di wilayah yang penduduknya mendukung Al Qaeda dan pengikutnya bersedia mati demi membela beliau. Hal ini berbeda dengan Saddam Hussein yang arogan, ceroboh dan bergerak di wilayah yang sama. Meskipun dalam pelarian Saddam masih berlagak seperti penguasa. Saddam mengunjungi beberapa kepala suku dan berhubungan dengan pengikut-pengikut yang berkhianat dan bodyguard yang tidak setia. Padahal di sana ada 14.000 personil dari tentara Amerika dan tiga perempat dari penduduk Irak melawannya.<br /><br />Sepertinya, hidup atau mati, Syekh Usamah Bin Ladin akan selalu menjadi masalah bagi Amerika. Jika dia tertangkap hidup-hidup, pertanyaan yang muncul adalah bagaimana menurut beliau, akan menjadikan beliau syahid dan harus lewat operasi berdarah. Membunuh beliau hanya akan menjadikan beliau pahlawan dan menambah kebencian kaum muslimin, khususnya di daerah pendudukan dan para pendukung Al Qaeda, terhadap AS. Kematian Syekh Usamah Bin Ladin tidak akan merubah kekuatan Al Qaeda, sebagaimana kematian Syekh Abu Musab Al Zarqawi yang tidak berpengaruh pada kondisi Al Qaeda.<br /><br />Pola-pola serangan terbaru Al Qaeda menunjukkan bahwa organisasi tersebut memiliki kehidupan dan kekuatannya sendiri dan tidak bergantung kepada pemimpin atau sosok tertentu dalam organisasi. Hanya Ideologi Islam semata yang menjadikan gerakan ini semakin solid, semakin kuat dan mampu berjuang setelah kematian pemimpinnya sekalipun. Jadi, hidup atau mati, Syekh Usamah Bin ladin tetap menjadi figur panutan dan inspirasi bagi organisasi Al Qaeda.<br /><br />Wallahu'alam bis showab!ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-59507769653217218962009-12-07T15:52:00.000+07:002009-12-07T15:53:13.916+07:00“Keteladanan Imam Hanafy dalam Soal Jabatan”Di tengah carut-marutnya dunia hukum dan kepemimpinan di negeri kita, ada baiknya kita menengok kembali kisah kehidupan Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafy, seorang ulama besar, yang sangat terkenal ketinggian ilmu dan akhlaknya. Imam Abu Hanifah lahir di Kufah pada 80 Hijriah (699 M) dan wafat pada tahun 150 Hijriah (767 M), tepat saat Imam al-Syafii lahir. Sering dikatakan, Imam yang satu pergi, datang Imam yang lain. Nama asli beliau sejak kecil adalah Nu’man bin Tsabit bin Zautha bin Mah.<br /><br />Sejak kecil, Imam Abu Hanifah hidup di tengah keluarga pedagang. Setelah dikenal sebagai seorang yang alim sekali pun, dia juga menjalankan perniagaan. Kehidupan Imam Hanafy pada masa hidupnya mengetahui peristiwa pergantian Kepala Negara dari tangan banu Umayyah ke tangan banu Abbasiyah. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Abdul-Malik bin Marwan; kemudian ketika tahun 127 Hijriah, Kepala Negara jatuh di tangan Marwan bin Muhammad Al-Ja’dy (dari Banu Umayyah yang ke 14). Dan inilah akhir pemerintahan Banu Umayyah.<br /><br />Ketika itu, Gubernur di Iraq selaku wakil Kepala Negara dijabat oleh Yazid bin Amr bin Hurairah Al Fazzary. Selaku Gubernur, ia berhak mengangkat seseorang yang di pilihya untuk menjabat suatu jabatan tinggi di bawah kekuasaannya. Pada suatu saat Imam Hanafy telah dipilih dan ditunjuk menjadi Kepala Urusan Perbendaharaan Negara (Baiitul-Mal). Tetapi pengangkatan itu ditolak oleh Abu Hanifah. Sampai berulang-kali Gubernur Yazid menawarkan pangkat yang tinggi itu kepada beliau, namun tetap ditolak.<br /><br />Pada lain saat, Gubernur Yazid menawarkan lagi pangkat Qadli (penghulu negara) kepada Imam Hanafy. Tetapi beliau bersikap menolak tawaran itu. Melihat sikap Imam Hanafy, Gubernur mulai tidak senang. Mulailah muncul kecurigaan terhadap Sang Imam. Gerak-geriknya mulai diamati. Kemudian pada suatu hari, Sang Imam mulai diancam hukum cambuk dan penjara oleh penguasa. Tetapi sewaktu mendengar ancaman tersebut,<br /><br />Sang Imam hanya menjawab: “Demi Allah, aku tidak akan mengerjakan jabatan yang ditawarkan kepadaku, sekali pun–andai kata-aku sampai di bunuh olehnya.”<br /><br />Suatu hari, Gubernur Yazid memanggil para alim ulama ahli fiqih yang terkemuka di Iraq dan dikumpulkan di muka istananya. Di antara yang datang, ada Ibnu Abi Laila, Ibnu Syubramah, Dawud bin Abi Hind dan lain-lainnya. Mereka masing-masing lalu di beri pangkat (kedudukan) resmi oleh Gubernur. Tapi, Imam Hanafy tidak datang. Padahal, Sang Imam diberi jabatan tinggi, sebagai kepala “Tata Usaha” Gubernuran yang bertugas menandatangani semua surat-surat resmi yang keluar dan yang bertanggung jawab atas uang perbendaharaan negara yang di keluarkan dari Gubernuran. Semua surat resmi tidak akan dapat dilangsungkan keluar jika belum distempel (cap) dari tanda tangan beliau, dan uang dari perbendaharaan Negara (Baitul-Mal) tidak akan mungkin dikeluarkan sepeser pun, jika belum di tanda tangani (distempel) oleh beliau. Tetapi jabatan yang sepenting dan setinggi itu, tidak diterima oleh Imam Abu Hanifah.<br /><br />Gubernur Yazid bersumpah: “Jika Abu Hanifah tidak sudi menerima angkatan ini, niscaya akan dipukul dia.” Para ulama yang mendengar sumpah Gubernur itu, lalu datang berduyun-duyun kepada Imam Hanafy untuk menyampaikan harapan mereka, supaya beliau bersedia menerima jabatan yang diberikan itu. Tapi, Sang Imam tetap kokoh dengan pendiriannya. Beliau tetap bersikeras menolak pengangkatan dari Gubernur itu. Akhirnya, sang Imam ditangkap dan dipenjara oleh polisi negara selama dua Jumat (dua minggu) dengan tidak dipukul. Kemudian – sesudah dua Jumat –baru dipukul/ di dera empat belas kali. Sesudah itu baru dibebaskan. Dalam riwayat lain dikatakan, suatu saat Imam Hanafy diangkat lagi oleh Gubernur Yazid bin Hurairah menjadi Qadli (Hakim) negeri di kota Kufah. Ttetapi dengan bersikeras ia tetap menolak. Karena itulah, ia ditangkap lagi dan dijebloskan ke dalam penjara.<br /><br />Di dalam penjara -- karena ia tetap menolak pengangkatan itu – maka ia dijatuhi hukuman 110 kali cambuk. Hukuman itu dicicil, tiap hari 10 kali cambukan. Akhirnya, sang Imam dilepaskan kembali dari penjara sesudah merasakan 110 kali cambuk. Seketika keluar dari penjara, tampak kelihatan mukanya bengkak-bengkak, akibat bekas cambukan. Mengalami semua hukuman itu, Imam Hanafy hanya berucap: “Hukuman dunia dengan cemeti itu lebih baik dan lebih ringan bagiku daripada cemeti di akhirat nanti.”<br /><br />Ujian kedua kepada Sang Imam datang pada tahun 136 Hijriah, dimasa Kepala Negara dijabat oleh Abu Ja’far Al-Manshur, saudara muda dari Abul Abbas As-Saffah, pendiri Bani Abbasiyah. Ketika itu Imam Hanafy berumur sekitar 56 tahun. Beliau dikenal sebagai orang besar yang gagah berani, ahli fikir yang hebat dalam memecahkan soal-soal yang bertalian dengan hukum-hukum agama.<br /><br />Menurut riwayat, pada suatu hari Imam Hanafy mendapat panggilan dari baginda Al-Manshur di Baghdad. Sesampai di sana, ternyata sang Imam diangkat menjadi Hakim (Qadli) Kerajaan di Baghdad. Tawaran jabatan yang setinggi itu oleh beliau ditolak. Maka, Al-Manshur bersumpah dengan keras, bahwa ia harus menerima jabatan itu. Imam Hanafy pun juga bersumpah, tidak akan sanggup memegang jabatan itu. Sumpah itu terjadi berulang kali, sehingga seorang pegawai kerajaan mendekati Sang Imam dan berujar: “Apakah guru tetap menolak kehendak baginda, padahal baginda telah bersumpah akan memberikan kedudukan kepada guru?.” <br /><br />Imam Hanafy dengan tegas menyatakan : “Amirul mu’minin lebih kuat membayar kifarat sumpahnya daripada saya membayar kifarat sumpah saya.”<br /><br />Oleh karena Imam Hanafy tetap menolak jabatan dari Kepala Negara, maka ia ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara di Baghdad, sampai masa yang telah ditentukan oleh Kepala Negara. Perlu dijelaskan, bahwa pada masa itu ulama yang terkemuka di Kufah, ada tiga orang dan antara mereka itu ialah Imam Ibnu Abi Laila.<br /><br />Menurut riwayat, pada suatu hari Imam Hanafy dikeluarkan dari penjara, karena mendapat panggilan dari baginda Al-Manshur. Baginda menyerahkan jabatan Qadli (Hakim) negara kepada Abu Hanifah. Tetapi, lagi-lagi ia tetap menolaknya. Baginda lalu kepada: “Adakah engkau telah suka dalam keadaan seperti ini?.”<br /><br />Sang Imam menjawab: “Semoga Allah memperbaiki Amirul Mu’minin! Wahai Amirul Mu’minin, takutlah engkau kepada Allah, dan janganlah engkau bersekutu dalam kepercayaan engkau dengan orang yang tidak takut kepada Allah! Demi Allah, saya bukanlah orang yang boleh dipercaya di waktu tenang, maka bagaimana saya tidak sepatutnya diberi jabatan yang sedemikian itu!.”<br /><br />Baginda berkata: “Kamu berdusta, karena kamu patut memegang jabatan itu!.”<br /><br />Imam menjawab: “Ya Amirul mu’minin! Sesungguhnya baginda telah menetapkan sendiri, jika saya benar, saya telah menyatakan bahwa saya tidak patut menjabat itu, dan jika saya berdusta, maka bagaimana baginda akan mengangkat seorang Hakim yang pendusta? Di samping itu, saya ini adalah seorang maula yang dipandang rendah oleh bangsa Arab, dan bangsa Arab tidak akan rela diadili oleh seorang golongan maula seperti saya ini.” Karena tetap menolak, sang Imam dijebloskan kembali ke dalam penjara.<br /><br />Ada riwayat yang menyebutkan, Abu Ja’far Al Manshur memanggil Imam Abu Hanifah, Imam Sufyan Ats Tsauri dan Imam Syarik An Nakha’y untuk datang menghadap di hadapan baginda. <br /><br />Setelah mereka bertiga menghadap, masing-masing diberi kedudukan dan diberi surat pengangkatan.<br /><br />Kepada Imam Sufyan baginda berkata : “Ini penetapan engkau untuk menduduki Qadli di kota Bashrah maka itu berangkatlah ke sana!” , dan kepada Imam Syarik baginda berkata : “ Ini penetapan engkat untuk menduduki Qadli ibu kota saya dan sekitarnya, maka itu laksanakanlah !” Adapun Imam Abu Hanifah tidak mau menerima jabatan apapun. Baginda memerintahkan kepada pengawalnya, agar mengantarkan mereka ke tempat masing-masing, dan berkata pula kepada pengawalnya : “Barangsiapa menolak jabatan yang telah saya berikan ini, maka pukullah dia seratus kali pukul dengan cemeti.”<br /><br />Imam Syarik menerima jabatan itu, dan Imam Sufyan lalu melarikan diri ke Yaman, dan Imam Abu Hanifah tidak mau menerima jabatan dan tidak pula melarikan diri. Sebab itu ia tetap dimasukkan ke dalam penjara dan dijatuhi hukuman seperti yang telah diperintahkan oleh baginda Al Manshur. Yakni, setiap pagi, di dalam penjara, ia dicambuk dan leher sang Imam dikalungi dengan rantai besi yang berat.<br /><br />Ada riwayat yang menyebutkan, al-Manshur pun pernah menggunakan jasa Ibu Abu Hanifah yang berusia lanjut untuk membujuk anaknya, agar bersedia menerima tawaran jabatan yang diberikan Kepala Negara. Pada setiap pagi, sang Ibu datang membujuk anaknya. Tetapi segala macam bujukan dan daya upaya sang ibu tadi senantiasa ditolak dengan keterangan yang baik.<br /><br />Pada suatu hari sang ibu pernah berkata kepada anaknya: “Wahai Nu’man! Anakku yang kucintai! Buanglah dan lemparlah jauh-jauh pengetahuan yang telah engkau punyai itu. Karena tidak ada lain yang kau dapati selama ini, melainkan penjara, pukulan, cambuk dan rantai besi itu.!”<br /><br />Perkataan sang Ibu yang sedemikian itu, hanya dijawaboleh sang Imam dengan lemah lembut dan senyuman manis: “Oo, ibu! Jika saya menghendaki akan keridhaan Allah SWT seemata-mata dan memelihara ilmu pengetahuan yang telah saya dapati, saya tidak akan memalingkan pengetahuan yang selama ini saya pelihara kepada kebinasaan yang dimurkai oleh Allah SWT.<br /><br />Demikianlah, sang Imam tetap gigih dalam pendiriannya, meskipun harus menghadapi hukuman yang sangat memilukan. Setiap pagi, ia selalu menerima hukuman seberat itu. Tapi, al-Manshur tidak puas dengan hukuman yang dibjatuhkannya. Maka, suatu ketika, Imam Hanafy dipanggil oleh baginda supaya menghadapnya. Kemudian ia ia datang menghadap. Ketika itulah sang Imam disuguhi segelas minuman beracun. Tak lama, sesudah kembali ke dalam penjara, sang Imam menghadap kepada Allah SWT. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un!.”<br /><br />Beliau wafat di usia 70 tahun. Wafat di penjara, dalam kehidupan yang ia pi8lih sendiri, karena menolak jabatan yang ditawarkan kepadanya.<br /><br />Hasan bin Imarah, yang memimpin prosesi pemandian jenazah sang Imam, berkata: “Mudah-mudahan Allah mengasihani engkau dan mengampuni semua kesalahan engkau, wahai orang yang senantiasa merasakan lapar selama tiga puluh tahun! Demi Allah, sesungguhnya engkau seorang yang menyusahkan orang banyak di masa kemudian engkau!.”<br /><br />Tentu, sikap sang Imam memamg sangat luar biasa. Ia tidak tergoda oleh kekuasaan. Bahkan rela menerima hukuman ketimbang memegang jabatan tinggi yang ditawarkan padanya. Ia tidak gila jabatan. Sang Imam bersyukur dan bangga dengan kedudukannya sebagai seorang berilmu. Beliau tidak mengharamkan jabatan itu. Tetapi, beliau enggan menerima jabatan itu untuk dirinya.<br /><br />Sepanjang riwayat yang boleh dipercaya, bahwa ketika telah merasa bahwa dirinya akan sampai ke ajalnya, sang Imam bersujud kepada Allah. Seketika itu wafatlah beliau dalam bersujud dengan khusyu’nya. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman Al-Khaizaran, Baghdad.<br /><br />Semoga kita dapat mengambil hikmah dan teladan dari Kisah Sang Imam Abu Hanifah! Islam tidak mengharamkan jabatan dan harta. Tetapi, Imam Abu Hanifah memberikan keteladanan, bahwa dunia adalah hal ”remeh” di matanya. Akhirat adalah kehidupan dan tujuan yang hakiki. (Disarikan dari buku Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab karya K.H. Moenawar Cholil (Jakarta: Bulan Bintang, cet. kesembilan, 1994))ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-42375778897183887602009-11-12T01:58:00.002+07:002009-11-12T02:02:33.724+07:00American Idol dan Sejarah Yahudi<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SvsKJrGENNI/AAAAAAAAAIo/_Bd2ZAC63Pg/s1600-h/0american-idol-.gif"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 259px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SvsKJrGENNI/AAAAAAAAAIo/_Bd2ZAC63Pg/s400/0american-idol-.gif" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5402923339264308434" /></a><br />Sebentar lagi, kita akan segera disuguhi acara televisi yang paling popular di kalangan anak muda dunia, termasuk juga Indonesia, “Indonesian Idol” yang merupakan adaptasi langsung dari “American Idol.”<br /><br />Dari tahun ke tahun, kecuali jelang pemilu 2009 dihentikan dahulu, ribuan anak muda berbaris memanjang seharian penuh, sebagian besar melupakan kewajiban mereka umat Islam yaitu shalat, demi mencapai suatu ambisi besa: menjadi pop-star (bintang music pop)!<br /><br />Dan seperti kita ketahui, orang-orang Yahudi telah memberikan pengaruh luar biasa pada musik populer sepanjang sejarah, namun tampaknya tak ada yang bisa mengalahkan outlet musik terbesar dan paling kemilau yang sudah dipunyai oleh Yahudi daripada "American Idol."<br /><br />Diketahui bahwa diva pop Paula Abdul adalah Yahudi. Paula adalah salah satu juri American Idol, namun kini sudah digantikan oleh Ellen Degeneres yang tak jauh beda dengan Paula. Dan Simon Cowell—penggagas Idol—adalah keturunan Yahudi juga: kakek-nenek dari pihak ayah-Nya, dan Esther Yusuf Cowell Malinsky, menikah pada tahun 1915 di West Ham sinagoga, di East London, situs Web Jewtastic melaporkan.<br /><br />Para pemenang Idol juga tidak lepas dari orang-orang Yahudi. Adam Lambert, salah satu pemenang Idol terbaru, juga merupakan seorang Yahudi. Di Indonesia, seorang yang pernah bernasyid, juga menjadi salah satu pemenang Indonesian Idol.<br /><br />Nah, jika kebetulan anak Anda, atau kerabat, hendak mengantre menjadi peserta Idol, mungkin ada baiknya memberikan keterangan terlebih dahulu akan sejarah Idol itu. (sa/forward)ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-19453045885157983872009-11-12T01:52:00.001+07:002009-11-12T01:58:43.245+07:00Tentara AS di Afghanistan Tewas Digigit Kutu<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SvsJPb5lAtI/AAAAAAAAAIg/IsgngieZBS4/s1600-h/armyastewas.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 310px; height: 202px;" src="http://4.bp.blogspot.com/_SZjt-9gUyw8/SvsJPb5lAtI/AAAAAAAAAIg/IsgngieZBS4/s400/armyastewas.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5402922338752987858" /></a><br />Kutu yang membawa virus seperti Ebola, telah menewaskan prajurit AS, justru ketika mereka sedang menunggu datangnya vaksin flu babi. Inilah musuh kecil yang tidak mungkin dikalahkan AS dan sekutunya<br /><br />Hidayatullah.com--Militer AS di Afghanistan sedang ketakutan dengan menyebarnya virus langka. Pejabat militer AS pekan lalu telah mengirimkan sebuah tim medis ke sebuah pos militer terpencil di selatan Afghanistan untuk mengambil contoh darah dari prajurit Angkatan Darat, setelah seorang tentara tewas akibat virus yang seperti virus Ebola.<br /><br />Dr. Jim Radke, seorang pakar penyakit dalam dan infeksi dari RS. Trauma Role 3 di pangkalan udara Kandahar, mengatakan kepada The Washington Times bahwa Sersan Robert David Gordon, 22, asal River Falls, Alabama, mati tanggal 16 September karena demam berdarah Krimea-Kongo, setelah digigit oleh seekor kutu.<br /><br />Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virusnya ditularkan lewat darah yang dibawa oleh kutu.<br /><br />Dr. Radke yang bertugas di Angkatan Laut, mengatakan, tim medis "akan mengambil contoh darah dan hasilnya mungkin akan baru diketahui beberapa pekan mendatang." Ia menyebutnya sebagai "sebuah tindakan pencegahan."<br /><br />Radke tidak menyebutkan berapa banyak orang yang akan dites darahnya, dan mengapa militer baru bertindak. Pasukan yang akan diperiksa antara lain Brigade Striker ke-5, Divisi Infantri ke-2, dan pendamping infantri 2-1.<br /><br />Kabar ini terkuak ketika Pentagon mengatakan telah mengirim 150.000 dosis vaksin H1N1 flu babi ke Qatar untuk didistribusikan kepada pasukan AS di Irak dan Afghanistan, yang jumlahnya separuh dari yang diminta oleh Pusat Komando AS. Setidaknya 11 orang Afghanistan telah meninggal akibat penyakit tersebut, yang ditularkan oleh orang asing.<br /><br />Dr. Radke mengatakan, demam berdarah yang terjadi mirip dengan Ebola, "Ada degenerasi internal dan pendarahan luar. Dari kawasan Laut Hitam hingga Utara Turki, Anda temui ada belasan kasus atau lebih setiap tahunnya. Dan Afghanistan berada di tengahnya."<br /><br />Menurut WHO, penyakit itu pertama kali dilaporkan terjadi di Krimea tahun 1944, kemudian di Kongo tahun 1956. Sebuah wabah dilaporkan terjadi 8 tahun lalu di Quetta ibukota Propinsi Balukhistan di Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan.<br /><br />Dr. Radke mengatakan bahwa tentara AS di Afghanistan tidak hanya harus khawatir terhadap Taliban, tetapi juga terhadap penyakit yang tidak umum ditemukan di negara Barat.<br /><br />"Penyakit diare, demam tipus, penyakit kulit dan TBC, adalah penyakit yang harus diwaspadai," katanya.<br /><br />"Penting bagi prajurit untuk segera mencari pertolongan medis jika mereka merasa tidak enak badan atau telah digigit. Sangat beresiko jika tidak ada dokter yang merawatnya."<br /><br />Dr. Radke juga memberi anjuran kepada tentara AS, "Mudah saja, sering-seringlah cuci tangan."<br /><br />Meskipun benar adanya, tapi saran itu kedengaran konyol, mengingat pasukan negara adidaya itu sedang berada di medan perang di negara orang, bukan berada di markas mereka di AS.<br /><br />Gejala dari demam berdarah Krimea-Kongo antara lain demam mendadak, pusing, leher sakit, otot sakit, nyeri di mata dan peka terhadap sinar. Gejala awalnya perut terasa mual, muntah, dan tenggorokan sakit.<br /><br />Menurut Dr. Radke, masa inkubasi virus tergantung lewat mana virus itu ditularkan. Jika infeksi virus lewat gigitan kutu, masa inkubasinya kira-kira satu sampai tiga hari, dan paling lama 9 hari. Jika penyakit itu tidak diketahui sejak dini, maka akibatnya fatal. Menurut CDC, tingkat kematiannya mencapai 30%.<br /><br />Letkol Jeffrey French, komandan Gordon, mengatakan bahwa kematian prajuritnya itu sebagai "kehilangan yang tragis bagi semua." Awalnya hanya karena satu gigitan kecil di kaki, kata French.<br /><br />Brigade Striker sendiri telah kehilangan 27 prajurit sejak penugasannya di Afghanistan pada bulan Juli. Sebagian besar tewas karena ledakan.<br /><br />"Kami tidak pernah berpikir bahwa kami akan melihat kematian akibat penyakit langka tersebut," kata French.<br /><br />"Anda bisa bersiap-siap atas semua kemungkinan, tapi bagaimana caranya Anda bersiap atas kejadian seperti itu?" katanya. [di/wt/www.hidayatullah.com]ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-5366238259316742312009-11-02T11:12:00.000+07:002009-11-02T11:13:28.551+07:00Wisata Syirik, Dipelihara dan DinikmatiSyirik adalah perbuatan yang amat dimurkai oleh Allah SWT<br /><br />Hidayatullah.com--Banyak kisah mencatat, Allah Subhanahu wa Ta'ala (SWT) sangat murka dengan kaum yang memelihara praktek syirik. Kaum Nabi Nuh, misalnya, menolak untuk menyembah Allah SWT dan terus menerus menyekutukan-Nya dengan berhala-berhala.<br /><br />Hampir satu milenium lamanya Nabi Nuh berdakwah, namun tetap tak digubris. Allah SWT pun murka dan mengirimkan bencana banjir yang dahsyat kepada mereka. Demikian besar bencana itu, sehingga mereka yang berusaha menyelamatkan diri ke gunung pun tetap tersapu banjir.<br /><br />Pun demikian dengan kaum Ad. Mereka terus menyekutukan Allah SWT dan menentang dakwah yang dilakukan Nabi Hud. Allah SWT kemudian menurunkan azab. Tiga tahun lamanya hujan tidak turun. Tanah-tanah mengering dan kebun merangas. Air pun langka.<br /><br />Namun, kaum Ad tetap ingkar. Allah SWT menuntaskan azab-Nya dengan mengirimkan angin puyuh selama tujuh malam delapan hari. Porak porandalah kota itu. Tenggelam dalam lautan pasir sedalam 12 meter.<br /><br />Syirik adalah perbuatan yang amat dimurkai oleh Allah SWT. Dua kisah tadi menjadi bukti. Namun, tanpa disadari di Indonesia, negeri di mana kita bermukim, telah muncul bibit-bibit syirik. Celakanya, bibit-bibit ini malah ”disiram” dan dipelihara. Akankah kita membiarkan saja bibit-bibit itu berkembang dan bermekaran hingga azab Allah akan turun kepada kita? Nau'zubillah summa nau'zubillah!ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-34221039518555683842009-11-02T10:21:00.000+07:002009-11-02T10:22:48.896+07:00Berita Gembira!! Gejala Kehancuran Amerika SerikatSelama ini kita tidak pernah mendengar terjadinya kisruh politik yang berarti di negeri Paman Sam. Sepertinya negara ini merasakan kenikmatan hidup di bawah sistem pemerintahan republik federal. Benarkah demikian?<br /><br />Ternyata anggapan kita keliru. Beberapa negara bagian sejak tiga tahun yang lalu telah menyatakan kemerdekaannya. Beberapa negara bagian yang menuntut kemerdekaan itu antara lain terdiri dari ribuan mil wilayah North Dakota, South Dakota, Nebraska, Wyoming, dan Montana. Selanjutnya negara baru ini dinamakan dengan Republik Lakota.<br /><br />Data tentang republik ini adalah sebagai berikut;<br /><br /> Kota terbesar : Omaha<br /> Bahasa resmi : Bahasa Lakota (de facto) dan Bahasa Inggris (de facto)<br /> Pemerintahan : Konfederasi (diusulkan)<br /> Kemerdekaan : dari Amerika Serikat<br /> – Deklarasi 19 Desember 2007<br /> – Pengakuan Tidak diakui<br /> Luas : – Total 200. 000 km2<br /> Penduduk : – th 2005 diperkirakan 100. 000<br /><br />Di sinilah letak wilayah Republik Lakota atau lakotah<br />Letak Republik Lakotah<br /><br />Letak Republik Lakotah<br /><br />Lebih detail lagi wilayah Republik Lakota adalah sebagai berikut<br />Wilayah Lakota<br /><br />Wilayah Lakota<br /><br />Beberapa hal yang mendorong suku lakota menuntut kemerdekaan adalah;<br />- Pelanggaran terhadap perjanjian Black Hill sebagai tanah suci Suku Lakota oleh federal<br />- Kepala sukunya disingkirkan melalui penghianatan<br />- Federal tidak lagi mensuport makanan, pakaian, dan perumahan bagi sukunya seperti yang dijanjikan<br />- Rakyat suku Lakota semakin miskin dan sengsara<br /><br />Radio Nederland pernah melaporkan, bahwa Lakota ini menyatakan mereka menolak perjanjian yang pernah mereka sepakati dengan pemerintah di Washington. Mereka berpendapat pemerintah Amerika Serikat melanggar perjanjian ini. Delegasi suku Lakota mengunjungi Washington untuk minta dukungan dan bertamu di kedutaan besar Bolivia, Chili dan Afrika Selatan. Suku yang tersebar di 5 negara bagian ini akan mendirikan negara tanpa pajak dan mengeluarkan paspor dan surat ijin mengemudi.<br /><br />Allahu akbar, memang proklamasi ini masih belum diakui oleh masyarakat internasional. Namun marilah berdo’a, semoga kehancuran Amerika Serikat semoga didekatkan oleh Allah….ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-71228231856392027462009-10-17T20:22:00.000+07:002009-10-17T20:23:29.073+07:00Pengguna Ponsel Beresiko Terserang Tumor OtakPeneliti mendapati, penggunaan telepon genggam selama satu dasawarsa atau lebih lama, mengakibatkan peningkatan 18 persen resiko tumor otak <br /><br />Hidayatullah.com--Pengguna telepon selular menghadapi resiko lebih besar terserang tumor otak, demikian laporan media, Kamis, mengutip penelitian paling akhir dari AS yang meneliti hubungan lemah antara telepon selular dan tumor otak, namun tak ada petunjuk jelas mengenai apa resiko yang dihadapi pengguna telepon selular.<br /><br />"Kami tak dapat membuat kesimpulan pasti mengenai ini," kata Dr Deepa Subramaniam, Direktur "Brain Tumor Center" di "Georgetown Lombardi Comprehensive Cancer Center" di Washington DC.<br /><br />"Tetapi studi ini, selain berbagai studi sebelumnya, terus meninggalkan keraguan yang menggelayuti mengenai potensi peningkatan resiko. Jadi, satu kali lagi, setelah bertahun-tahun, kami tak memiliki jawaban jalan-pintas."<br /><br />Namun, Joel Moskowitz, penulis senior studi itu, mengatakan bahwa "jelas ada resiko". Ia adalah Direktur di "Center for Family and Community Health" di University of California, Berkeley.<br /><br />"Saya takkan mengizinkan anak-anak menggunakan telepon selular, atau saya setidaknya akan mengharuskan mereka menggunakan perangkat `headset` terpisah," kata Moskowitz.<br /><br />"Kelihatannya kita semua lalai sebagai masyarakat atau sebagai (penghuni) satu planet karena semata-mata menyebar-luaskan teknologi ini sampai tahap yang kita hadapi sekarang, tanpa melakukan penelitian yang lebih menyeluruh mengenai potensi bahaya dan cara melindungi diri dari bahaya itu. Jelas, kita perlu mempelajari jauh lebih banyak lagi mengenai teknologi ini," katanya.<br /><br />Para peneliti mendapati bahwa penggunaan telepon genggam selama satu dasawarsa atau lebih lama lagi mengakibatkan peningkatan 18 persen resiko tumor otak, yang mungkin muncul di bagian tempat telepon itu digunakan, kata Moskowitz.<br /><br />Namun Moskowitz, sebagaimana dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua, percaya bahwa juga ada potensi bahaya di bagian lain tubuh --pada aurat, misalnya-- ketika telepon tersebut ditaruh di saku.<br /><br />Dengan banyaknya orang di seluruh dunia menggunakan telepon selular, bahkan resiko kecil pun dapat diterjemahkan (berkembang) menjadi penyakit dan kematian, ia menegaskan.<br /><br />Moskowitz memperingatkan, "Kita perlu melakukan banyak penelitian yang jauh lebih menyeluruh karena tebusannya benar-benar mahal. Kelihatannya lebih bijaksana jika Anda lebih berhati-hati mengenai ini, terutama pada anak-anak, yang memiliki jaringan masih berkembang dan ukuran tempurung serta otak yang lebih kecil."<br /><br />Tahun lalu, Lembaga Pengawasan Obat dan Makanan AS menyerukan penelitian lebih lanjut mengenai resiko yang ditimbulkan oleh penggunaan telepon selular untuk waktu lama.<br /><br />Lembaga tersebut mendesak agar penelitian seperti itu dipusatkan pada kesehatan anak, perempuan hamil dan janin, serta pekerja, yang menjadi sasaran pajanan (exposure) tinggi dalam pekerjaan. [ant/www.hidayatullah.com]<br /><br />ilustrasi:http://www.technologyindonesia.comABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-78257689021042233162009-10-17T20:07:00.000+07:002009-10-17T20:08:28.253+07:00Penyesalan Ahli Neraka Karena Masalah KetaatanKitab Suci Al-Qur’an seringkali menggambarkan berbagai bentuk penyesalan para penghuni Neraka. Salah satu di antara bentuk penyesalan itu berkaitan dengan urusan ”ketaatan”.<br /><br />Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah mengalami penyiksaan yang begitu menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia tidak mentaati Allah dan Rosul-Nya.<br /><br />Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan atasan mereka yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya bisa mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah dua kali lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan demikian. Na’uzubillahi min dzaalik..!<br /><br />”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS Al Ahzab: 66-68)<br /><br />Gambaran di atas merupakan suatu gambaran yang sungguh mengenaskan. Bagaimana kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut. Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang benar. Mereka terlambat menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu tidak pernah benar-benar mengajak dan mengarahkan mereka ke jalan yang mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.<br /><br />Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan Rosul-Nya serta ”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur’an) dan Rosul-Nya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan memutuskan segenap perkara.<br /><br />”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisaa: 59)<br /><br />Benar, Islam sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada pemimpin, namun pemimpin yang seperti apa? Apakah patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan AlQur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan manusia, bikinan para legislator, daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan Allah dan RasulNya. Pantaslah bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan memohon kepada Allah agar para ulil amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk...!<br /><br />Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan.<br /><br />Para pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun. Baik pemimpin maupun rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam derita Neraka.<br /><br />”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS Ibrahim: 21)<br /><br />Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini adalah kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas diri dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan kembal ke dunia sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.<br /><br />”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (QS Al-Baqoroh: 165-167)<br /><br />Oleh: Ustadz Ihsan Tanjung - EramuslimABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4635242701615535198.post-88854756513274259372009-10-06T23:08:00.000+07:002009-10-06T23:09:22.301+07:00SIAPAKAH ULIL AMRI ITU ????Oleh: Ust. Abu Sulaiman Aman Abdurrahman<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian”. (An Nisa: 59)<br /><br />Segala puji hanya bagi Allah Rabbul ‘alamin, shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi dan Rasul yang paling agung Nabi Muhammad, kepada keluarganya dan para shahabatnya seluruhnya.<br /><br />Ikhwani fillah… materi kali ini, kita akan meluruskan pemahaman yang ada di masyarakat berkenaan dengan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian”. (An Nisa: 59)<br /><br />Ayat ini adalah ayat yang sering kita dengar dan digunakan oleh banyak orang dalam rangka mewajibkan masyarakat untuk taat kepada pemerintah Republik Indonesia ini. Oleh karena itu perlu kiranya kita meninjau kembali atau meluruskan posisi ayat ini secara proporsional. Mari kita pahami siapa orang-orang yang beriman dalam ayat tersebut dan kaitannya dengan realita Pemerintahan Republik Indonesia ini…<br /><br />Tinjauan ayat:<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian”. (An Nisa: 59)<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman…”, ini adalah khithab (seruan) terhadap orang-orang yang beriman. “…taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan ulil amri di antara kalangan kalian”, ulil amri adalah ulil amri dari kalangan kalian, yaitu pemimpin muslim atau pemimpin yang mukmin, itu adalah pengertian sederhananya.<br /><br />Jadi, pemimpin yang harus ditaati ─tentunya selain dalam maksiat─ adalah pemimpin muslim, karena Allah mengatakan “min kum” (dari kalangan kalian) setelah mengkhithabi “hai orang-orang yang beriman”.<br /><br />Orang yang beriman atau orang muslim yang berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma adalah orang yang beriman kepada Allah dan kafir kepada thaghut, berikut ini adalah penjabarannya:<br /><br />1. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al Baqarah: 256:<br /><br />“Barangsiapa kafir kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia telah berpegang teguh pada al ‘urwah al wutsqa”.<br /><br />Al ‘urwah al wutsqa adalah buhul tali yang amat kokoh, yaitu Laa ilaaha illallaah, artinya barangsiapa kafir kepada thaghut dan iman kepada Allah, maka dia itu orang yang mengamalkan Laa ilaaha illallaah, orang yang sudah masuk Islam, karena pintu masuk Islam adalah dengan perealisasian Laa ilaaha illallaah sebagaimana ini adalah rukun Islam yang pertama.<br /><br />Orang tidak dikatakan beriman kecuali jika dia beriman kepada Allah dan kafir kepada thaghut. Jika orang beriman kepada Allah tapi dia tidak kafir kepada thaghut maka ia bukan orang yang beriman, ia bukan muslim… itu berdasarkan nash Al Qur’an. Maka dari itu Allah dalam ayat ini mendahulukan kafir kepada thaghut (Barangsiapa kafir kepada thaghut dan beriman kepada Allah) supaya tidak ada orang yang mengklaim behwa dirinya beriman kepada Allah padahal dia belum kafir kepada thaghut pada realita yang dia kerjakan.<br /><br />2. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Ali Imran: 64:<br /><br />“Katakanlah (Muhammad): “Hai ahli kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: ”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim”.<br /><br />Jadi, yang diserukan kepada ahli kitab adalah pengajakan untuk berkomitmen dengan Laa ilaaha illallaah, ibadah kepada Allah dan meninggalkan penyekutuan terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Di ujung ayat Allah menyatakan; “jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka:”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang muslim”, maksudnya jika mereka berpaling dan tidak mau meninggalkan para arbab itu maka saksikanlah bahwa kami ini orang muslim dan kalian bukan orang muslim.<br /><br />Berdasarkan ayat itu kita dapat menyimpulkan bahwa orang yang tidak merealisasikan apa yang dituntut oleh ayat ini, yaitu ibadah hanya kepada Allah, meninggalkan sikap penyekutuan sesuatu dengan-Nya dan meninggalkan sikap menjadikan selain Allah sebagai arbab, maka orang yang tidak mau meninggalkan hal itu adalah bukan orang muslim.<br /><br />3. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat At Taubah: 5:<br /><br />“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhilah orang-orang musyrik itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah ditempat-tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan”<br /><br />Taubat dari apa…? Taubat dari kemusyrikan dan segala kekafiran, maksudnya adalah Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang kaum muslimin untuk melakukan pembunuhan, pengepungan dan pengintaian apabila orang-orang itu sudah taubat dari segala kemusyrikan dan kekafiran, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, berarti orang muslim itu tidak boleh diganggu. Maka orang yang tidak taubat dari kemusyrikannya berarti dia itu bukan orang muslim.<br /><br />4. Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat At Taubah: 11:<br /><br />“Jika mereka bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudara kalian saru agama”.<br /><br />Jika mereka bertaubat (dari kemusyrikannya), maka mereka adalah saudara satu agama, maksudnya mereka itu orang-orang muslim, karena sesame muslim adalah saudara, sebagaimana dalam surat Al Hujurat: 10:<br /><br />“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara”.<br /><br />Berarti jika sebaliknya, dia tidak mau meninggalkan kesyirikannya meskipun dia shalat, zakat, dan melakukan ibadah lainnya, maka dia bukan ikhwan fiddin (saudara satu agama) dan berarti dia bukan orang mukmin, karena ukhuwah imaniyyah itu tidak terlepas dengan dosa-dosa bisaa, akan tetapi dengan kesyirikan dan kekufuran. Dan dalam surat Al Baqarah: 178 dikatakan:<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa memperoleh maaf dari saudaranya…”<br /><br />Dalam ayat ini, sang pembunuh dan keluarga yang dibunuh tetap dipersaudarakan. Membunuh sesama muslim adalah dosa besar, tapi tidak menjadikan seseorang keluar dari Islam selama dia tidak menghalalkannya.<br /><br />Demikianlah beberapa dalil tentang orang yang beriman dari Al Qur’an, sedangkan berikut ini adalah beberapa dalil dari As Sunnah:<br /><br />1. Dalam hadits Bukhariy dan Muslim dari Ibnu Umar radliyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Saya diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang haq) kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, bila mereka melakukan hal itu, maka mereka terjaga darah dan hartanya dari saya, kecuali dengan hak Islam, sedangkan perhitungan mereka adalah atas Allah”<br /><br />Rasulullah tidak berhenti memerangi manusia sampai mereka komitmen dengan Laa ilaaha illallaah, iman kepada Allah dan kufur kepada thaghut serta mengakui risalah yang dibawa beliau kemudian membenarkannya, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Ini sama dengan penjelasan sebelumnya<br /><br />2. Dalam hadits Bukhariy yang dari Abu Malik Al Asyja’iy radliyallahu’anhu, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan dia kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya, sedang perhitungannya atas Allah ta’ala”.<br /><br />Seseorang dikatakan haram darah dan hartanya, dalam arti dia itu dikatakan muslim, bila komitmen dengan Laa ilaaha illallaah ─iman kepada Allah dan kafir kepada thaghut─, yaitu kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah, maka barulah dikatakan muslim mukmin.<br /><br />Dan berikut ini adalah beberapa Ijma dari para ulama Ahlus Sunnah:<br /><br />¯ Syaikh Abdurrahman ibnu Hasan rahimahullah mengatakan: “Para ulama salaf dan khalaf, dari kalangan shahabat, tabi’in, para imam dan seluruh Ahlus Sunnah telah ijma, bahwa seseorang tidak menjadi muslim kecuali dengan mengosongkan diri dari syirik akbar dan berlepas diri darinya”. (Ad Durar As Saniyyah: 11/545-546).<br /><br />Dalam hal ini orang tidak dikatakan muslim bila tidak mengosongkan dirinya dari syirik akbar, tidak berlepasdiri darinya dan dari para pelakunya. Ini adalah ijma (kesepakatan) ulama… maka perhatikanlah.<br /><br />Oleh sebab itu, jika masih atau belum berlepas diri daripada kemusyrikan, maka dia itu belum muslim meskipun dia melaksanakan ajaran-ajaran Islam yang lainnya. Dan selagi dia belum mengosongkan diri dari kesyirikan, maka dia belum muslim walaupun dia shalat, zakat, haji, dan yang lainnya…<br /><br />¯ Syaikh Sulaiman ibnu Abdillah ibnu Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah mengatakan: “SEKEDAR mengucapkan Laa ilaaha illallaah tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan konsekuensinya berupa komitmen dengan tauhid dan meninggalkan syirik akbar serta kafir terhadap thaghut, maka sesungguhnya (pengucapan) itu tidak bermanfaat berdasarkan ijma” (nukilan ijma dari kitab Taisir Al ‘Aziz Al Hamid)<br /><br />Orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah, dia shalat, zakat, shaum dan walaum haji berkali-kali, akan tetapi jika dia tidak meninggalkan syirik akbar, tidak kafir terhadap tahghut, maka dia itu bukan muslim dan tidaklah manfaat pengucapan Laa ilaaha illallaah-nya.<br /><br />¯ Syaikh Hamd ibnu ‘Athiq rahimahullah mengatakan: “Ulama ijma (sepakat), bahwa orang yang memalingkan satu macam dari dua do’a kepada selain Allah, maka dia telah musyrik walaupun mengucapkan Laa ilaaha illallaah, dia shalat dan zakat serta mengaku muslim”. (Ibthalut Tandid Bikhtishar Syarh Kitab Tauhid, hal: 67)<br /><br />Do’a ada dua macam; yaitu do’a yang berupa permohonan yang bisaa kita ketahui, dan do’a berupa ibadah seperti; shalat, shaum, zakat, haji, penyandaran hukum, dan lain-lain.<br /><br />Jadi, bila seseorang memalingkan satu macam ibadah saja kepada selain Allah, maka dia itu musyrik meskipun mengucapkan kalimat tauhid, shalat, shaum, zakat dan mengaku sebagai seorang muslim.<br /><br />¯ Syaikhul Islam Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah mengatakan tentang para pengikut Musailamah Al Kadzdzab dalam Syarh Sittati Mawadli Minash Shirah dalam Mujmu’atut tauhud hal. 23: “Di antara mereka ada yang mendustakan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan kembali menyembah berhala seraya mengatakan: “Seandainya dia (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam) itu adalah Nabi, tentulah tidak akan mati”. Dan di antara mereka ada yang tetap di atas dua kalimah syahadat, akan tetapi dia mengakui kenabian Musailamah dengan dugaan bahwa beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam menyertakan dia di dalam kenabian, ini karena Musailamah mengangkat para saksi palsu yang bersaksi baginya akan hal itu, namun demikian para ulama ijma bahwa mereka adalah orang-orang murtad meskipun mereka jahil akan hal itu. Dan siapa yang meragukan kemurtaddan mereka, maka dia kafir”<br /><br />Bila saja orang yang tidak melakukan kesyirikan, akan tetapi mengangkat seorang manusia bisaa sederajat dengan nabi maka ia telah divonis murtad dan segala amal ibadahnya tidak dianggap, dan bahkan diperangi oleh Abu Bakar Ash Shiddiq dan para shahabat lainnya… maka apa gerangan dengan orang yang mengangkat makhluk pada derajat uluhiyyah (ketuhanan) dengan cara memberikan satu atau beberapa macam dari sifat-sifat khusus ketuhanan…?? Maka ini lebih syirik lagi, lebih kafir lagi dan lebih murtad lagi jika sebelumnya dia mengaku muslim !<br /><br />¯ Beliau (Muhammad ibnu Abdil Wahhab) rahimahullah juga menukil ijma tentang pengkafiran penguasa ‘Ubaidiyyin di Mesir. Beliau berkata dalam suratnya kepada Ahmad ibnu Abdil Karim Al Ahsaa’iy, beliau menjelaskan: “Di antara kisah yang terakhir adalah kisah Bani ‘Ubaid, para penguasa Mesir dan jajarannya, mereka itu mengaku sebagai ahlul bait, mereka shalat jama’ah dan shalat jum’at, mereka juga mengangkat para qadliy dan mufti, akan tetapi ulama ijma akan kekafiran mereka, kemurtaddannya, keharusan untuk memeranginya, serta bahwa mereka adalah negeri harbiy, wajib memerangi mereka meskipun mereka (rakyatnya) dipaksa lagi benci kepada mereka” (Tarikh Nejd: 346)<br /><br />Pada saat itu kajian ada, kesempatan belajar juga ada, shalat juga mereka lakukan bahkan mereka (Bani ‘Ubaid) yang menjadi imamnya, akan tetapi ulama ijma bahwa mereka itu orang-orang murtad kafir harbiy, karena mereka menampakkan kesyirikan akbar.<br /><br />Demikianlah dalil-dalil dari Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma yang mengatakan bahwa orang tidak dikatakan sebagai orang muslim, kecuali jika dia beriman kepada Allah dan kafir terhadap thaghut. Sedangkan thaghut yang paling besar di antara thaghut-thaghut zaman sekarang ini adalah thaghut hukum dan perundang-undangan berikut para pembuat hukum dan pemutus hukum yang berpedoman dengannya.<br /><br />Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan dalam surat An Nisa: 60:<br /><br />“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?. Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk kafir kepada thaghut itu”.<br /><br />Dalam ayat tersebut tersirat keheranan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, karena ada orang yang mengaku beriman kepada Al Qur’an dan mengatakan bahwa Al Qur’an adalah kitab suci serta pedoman hidup, akan tetapi ketika ada masalah, mereka malah merujuk kepada hukum thaghut… padahal hukum thaghut bukanlah hukum yang Allah turunkan, sedangkan Allah sudah memerintahkan untuk kafir dan menjauhi thaghut.<br /><br />Hukum yang dibuat oleh manusia merupakan bisikan syaitan jin, sebagaimana yang Allah jelaskan dalam firman-Nya:<br /><br />“Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya…” (Al An’am: 121)<br /><br />dan digulirkan oleh syaitan-syaitan manusia, maka itulah thaghut yang dimaksudkan firman Allah dalam surat An Nisa: 60. Maka segala hukum produk manusia dengan segala bentuknya, baik yang dibuat dalam bingkai demokrasi atau yang lainnya, maka selama itu bukan hukum yang berasal dari Allah berarti itu adalah thaghut, karena hanya ada dua macam hukum; hukum Allah atau hukum thaghut. Sedangkan seseorang tidak dikatakan muslim jika tidak kafir kepada thaghut hukum ini, atau pembuatnya dari kalangan syaitan manusia atau pembisiknya dari kalangan syaitan jin.<br /><br />Jika kita sudah memahami bahwa orang muslim itu adalah orang yang berlepas diri dari kesyirikan. Orang muslim adalah orang yang mentauhidkan Allah dan meninggalkan segala bentuk kesyirikan, maka dia adalah seorang mukmin dimana saja dan kapan saja. Sebaliknya, jika orang tidak merealisasikan hal ini, dalam arti walaupun dia beribadah kepada Allah akan tetapi di samping beribadah kepada Allah dia tidak kafir kepada thaghut, tapi justeru malah membela-bela atau loyal kepada thaghut, maka dia bukan orang muslim.<br /><br />Kemudian mari kita lihat realita pemerintahan NKRI ini, apakah mereka kafir kepada thaghut dan iman hanya kepada Allah sehingga mereka mendapat predikat mukmin, sehinggga mereka menjadi ulil amri yang wajib ditaati sebagaimana penjelasan surat An Nisa: 59 tadi ? atau justeru sebaliknya…<br /><br />Tinjauan Realita Pemerintah NKRI Bila Dipandang Dari Sisi Tauhid Hukum<br /><br />1. Mereka Menjadi Thaghut<br /><br />Kenapa demikian ?, ini karena mereka dengan dewan legislatifnya dan sebagian eksekutifnya mengklaim sebagai pembuat hukum, mengklaim yang berhak membuat hukum dan perundang-undangan, bahkan mereka telah membuat dan memutuskan, maka mereka adalah thaghut itu sendiri. Mereka menjadi pembuat hukum yang hukumnya diikuti (baca: diibadati) oleh ansharnya.<br /><br />1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu”. (An Nisa: 60)<br /><br />Banyak masyarakat atau anshar thaghut atau siapa saja di antara mereka, ketika memiliki kasus di negeri ini, apakah mereka mengajukan kasusnya kepada hukum Allah ataukan kepada hukum selaim hukum Allah ? tentu mereka mengajukannya kepada hukum selain hukum Allah, yang mana hukum itu dibuat oleh para thaghut tadi di gedung Palemen, baik yang ada di lembaga legislatif atau lembaga eksekutif maupun para pemutusnya di dewan yudikatif.<br /><br />Mereka adalah thaghut, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah dalan Risalah Fie Ma’na Thaghut, bahwa pentolan thaghut yang kedua adalah “Penguasa Dzalim Yang Merubah Ketentuan Allah”. Sedangkan di negeri ini, semua hukum Allah dirubah… mulai dari hukum pidana, perdata, ekonomi, dan lain-lain. Semua dicampakkan dan mereka sepakat tidak memakai hukum yang Allah turunkan. Sedangakan sesorang tidak bisa dikatakan sebagai orang muslim kecuali bila kafir kepada thaghut. Dan dalam hal ini mereka sendiri adalah thaghutnya.<br /><br />2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (tuhan-tuhan) selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka diperintahkan kecuali mereka hanya menyembah Tuhan Yang Esa, tidak ada ilah (Tuhan yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. At Taubah: 31)<br /><br />Dalam ayat ini Allah memvonis orang Nashrani dengan lima vonis:<br /><br />1. Mereka telah mempertuhankan para alim ulama dan para rahib<br /><br />2. Mereka telah beribadah kepada selain Allah, yaitu kepada alim ulama dan para rahib<br /><br />3. Mereka telah melanggar Laa ilaaha illallaah<br /><br />4. Mereka telah musyrik<br /><br />5. Para alim ulama dan para rahib itu telah memposisikan dirinya sebagi rab.<br /><br />Imam At Tirmidzi meriwayatkan, bahwa ketika ayat ini dibacakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di hadapan ‘Adiy ibnu Hatim (seorang hahabat yang asalnya Nashrani kemudian masuk Islam), ‘Adiy ibnu Hatim mendengar ayat-ayat ini dengan vonis-vonis tadi, maka ‘Adiy mengatakan: “Kami (orang-orang Nashrani) tidak pernah shalat atau sujud kepada alim ulama dan rahib (pendeta) kami”, Jadi maksudnya dalam benak orang-orang Nashrani adalah; kenapa Allah memvonis kami telah mempertuhankan mereka atau kami telah beribadah kepada mereka padahal kami tidak pernah shalat atau sujud atau memohon-mohon kepada mereka. Maka Rasul mengatakan: “Bukankah mereka (alim ulama dan para rahib) menghalalkan apa yang Allah haramkan terus kalian ikut menghalalkannya, dan bukankah mereka telah mengharamkan apa yang Allah halalkan terus kalian ikut mengharamkannya?”. Lalu ‘Adiy menjawab: “Ya”, Rasul berkata lagi: Itulah bentuk peribadatan mereka (orang Nashrani) kepada mereka (alim ulama dan para rahib)<br /><br />Ketika mereka menyandarkan hak hukum dan pembuatan hukum (tasyri’) kepada selain Allah, maka yang mengaku memiliki hak membuat hukum ini disebut arbab, yaitu yang memposisikan dirinya sebagau tuhan pengatur selain Allah. Saat hukum itu digulirkan dan diikuti, maka itu adalah arbab yang disembah. Orang yang sepakat di atas hukum ini atau yang mengacu atau yang merujuk pada hukum yang mereka gulirkan itu adalah orang yang Allah vonis sebagai orang musyrik yang menyembah atau mengibadati atau mempertuhankan mereka serta telah melanggar Laa ilaaha illallaah.<br /><br />3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya syaitan itu membisikkan (mewahyukan) kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti mereka, Maka sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”. (Al An’am: 121)<br /><br />Dalam ayat ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menjelaskan tentang keharaman bangkai, dan Allah juga menjelaskan tentang tipu daya syaitan. Kita mengetahui bahwa bangkai adalah haram, namun dalam ajaran orang musyrik Quraisy mereka menyebutnya sebagai sembelihan Allah.<br /><br />Dalam hadits dengan sanad yang shahih yang diriwayatkan oleh Imam Al Hakim dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu ‘anhu: Orang musyrikin datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata: “Hai Muhammad, kambing mati siapa yang membunuhnya ?”, Rasulullah mengatakan: “Allah yang membunuhnya (mematikannya)”, kemudian orang-orang musyrik itu mengatakan: “Kambing yang kalian sembelih dengan tangan kalian, maka kalian katakan halal, sedangakan kambing yang disembelih Allah dengan Tangan-Nya yang Mulia dengan pisau dari emas kalian katakan haram, berarti sembelihan kalian lebih baik daripada sembelihan Allah”.<br /><br />Ini adalah ucapan kaum musyrikin kepada kaum muslimin, dan Allah katakan bahwa itu adalah bisikan syaitan terhadap mereka (Dan sesungguhnya syaitan itu membisikkan (mewahyukan) kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu) untuk mendebat kaum muslimin agar setuju atas penghalalan bangkai, lalu setelah itu Allah peringatkan kepada kaum muslimin jika menyetujui dan mentaati mereka, menyandarkan kewenangan hukum kepada selain Allah meski hanya dalam satu hukum atau kasus saja (yaitu penghalalan bangkai) dengan firman-Nya “Maka sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik”.<br /><br />Dalam ayat di atas Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyatakan bahwa:<br /><br />1. Hukum yang bukan dari-Nya adalah wahyu syaitan.<br /><br />2. Para penggulirnya (yang mengklaim dirinya berhak membuat hukum) dari kalangan manusia disebut wali-wali syaitan.<br /><br />3. Yang menyetujuinya atau yang taat atau yang merujuk kepadanya disebut musyrikun.<br /><br />Bila satu hukum saja dipalingkan dalam hak pembuatannya kepada selain Allah, maka berdasarkan ayat tadi, bahwa orang yang membuat hukum itu disebut wali-wali syaitan (tahghut) yang telah mendapat wahyu atau wangsit dari syaitan, sedangkan orang yang mentaatinya atau setuju dengan hukum buatan tersebut adalah divonis sebagai orang musyrik.<br /><br />Sedangkan yang ada di NKRI ─dan negara-negara lainnya─ adalah bukan satu, dua, tiga, sepuluh, atau seratus hukum saja, akan tetapi seluruh hukum yang ada di sini adalah bukan dari Allah, tapi dari wali-wali syaitan yang mendapat wahyu dari syaitan jin, baik wali-wali syaitan itu dahulunya orang Belanda (yang mewariskan KUHP) ataupun wali-wali syaitan zaman sekarang yang duduk di kursi parlemen, yang membuat, yang merancang, yang menggodok, atau apapun namanya dan siapapun yang membuat hukum, maka pada hakikatnya mereka adalah wali-wali syaitan dan hukum yang mereka gulirkan hakikatnya adalah hukum syaitan.<br /><br />Perhatikanlah… jika saja orang-orang yang SEKEDAR mentaati mereka maka Allah memvonisnya sebagai orang musyrik, maka apa gerangan dengan pembuatnya atau orang yang memutuskan dengannya atau orang yang memaksa masyarakat untuk tunduk kepadanya dengan menggunakan besi dan api (kekuatan dan senjata)…?!!<br /><br />4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka dalam dien (ajaran/hukum) ini apa yang tidak diizinkan Allah ?”. (Asy Syura: 21)<br /><br />Dalam ayat tersebut, siapa saja yang membuat syari’at atau hukum atau undang-undang atau ajaran yang tidak diizinkan oleh Allah dinamakan syuraka (sekutu-sekutu), karena mereka memposisikan dirinya untuk diibadati dengan cara menggulirkan hukum agar diikuti. Mereka merampas hak pembuatan hukum dari Allah, mereka merancang, menggodok, dan menggulirkan di tengah masyarakat. Sedangkan orang-orang yang mentaati atau mengikuti hukum itu disebut orang yang menyembah syuraka tersebut.<br /><br />2. Mereka berhukum dengan selain hukum Allah atau memutuskan dengan hukum thaghut<br /><br />Mereka berhukum dengan hukum thaghut, karena selain hukum Allah yang ada hanyalah hukum jahiliyyah atau hukum thaghut, ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Al Maidah: 44:<br /><br />“Barangsiapa yang tidak memutuskan dengan apa yang Allah turunkan, maka mereka itulah orang-orang kafir”.<br /><br />Dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:<br /><br />“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?”<br /><br />Dalam ayat-ayat di atas, orang yang memutuskan dengan selain apa yang Allah turunkan adalah orang-orang kafir, sedangkan pemerintah di negeri ini tidak memutuskan dengan apa yang Allah turunkan, akan tetapi memutuskan dengan hukum thaghut. Maka merekapun divonis kafir berdasarkan ayat-ayat seperti ini, bahkan Allah mevonis orang-orang yang seperti ini sebagai orang-orang zalim dan fasiq dalam surat Al Maidah: 45 & 47.<br /><br />Syaikh Muhammad ibnu Abdil Wahhab rahimahullah menjelaskan dalam Risalah Fie Makna Thaghut, tentang Ruusuth Thawaghit (tokoh-tokoh para thaghut) yang ketiga yaitu: Yang Memutuskan Dengan Selain Apa Yang Allah Turunkan.<br /><br />Jadi pemutus hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah adalah bukan sekedar thaghut, akan tetapi termasuk pentolan thaghut. Sedangkan iman kepada Allah tidak sah kecuali dengan kafir terhadap thaghut, lalu bagaimana mungkin Pemerintah NKRI ini dikatakan sebagai pemerintah muslim mukmin, sedangkan mereka bukan sekedar thaghut, akan tetapi salah satu tokohnya thaghut… maka mereka bukan hanya sekedar kafir, tapi amat sangat kafir !.<br /><br />3. Mereka merujuk kepada hukum thaghut, baik thaghut lokal, regional maupun internasional<br /><br />Disaat menghadapi masalah, masalah apa saja, maka pemerintah ini tidak merujuknya kepada hukum Allah, tapi kepada hukum thaghut yang bersifat lokal (seperti Undang Undang Dasar atau undang-undang atau yang lainnya), atau hukum-hukum regional, atau hukum-hukum yang ditetapkan oleh mahkamah Internasional PBB. Sungguh… mereka tidak merujuk kepada Al Qur’an atau As Sunnah, akan tetapi merujuk kepada selainnya. Sedangkan dalam surat An Nisa: 60 tadi; Allah merasa heran atas klaim orang-orang yang mengaku telah beriman kepada Al Qur’an dan kitab-kitab Allah sebelumnya, orang-orang yang ketika punya masalah justeru ingin berhakim (mengadukan urusan) kepada thaghut. Perhatikanlah, dalam ayat tersebut sekedar ingin berhukum kepada thaghut sudah Allah nafikan keimanannya, imannya dianggap sekedar klaim dan kebohongan belaka, maka apa gerangan dengan orang-orang yang benar-benar bersumpah untuk merujuk kepada hukum thaghut…?!<br /><br />Pemerintah ini, ketika masuk PBB diwajibkan untuk berikrar setuju atas segala peraturan yang digariskannya, begitu juga ketika jajaran pemerintahan dewan legislatif, eksekutif, yudikatif terbentuk, setiap orang diwajibkan bersumpah setia untuk menjalankan hukum negara, inilah syahadat mereka ! inilah bai’at mereka. Apakah di Negara ini ada bai’at untuk taat setia kepada Al Qur’an dan As Sunnah ? tentu jawabannya tidak ada ! maka dari itu setelah bai’at kepada Undang Undang Dasar selesai, mereka selalu mengacu kepadanya, jika seorang Presiden misalnya menyimpang, maka DPR/MPR akan memprotesnya dan mengatakan: “Presiden telah melanggar Undang Undang Dasar atau undang-undang atau… atau…” dan tidak akan mengatakan “Presiden telah melanggar Al Qur’an ayat sekian…” Andaikata seluruh isi Al Qur’an dilanggarpun, maka mereka tidak akan mempermasalahkannya, asal tidak melanggar “hukum suci” mereka, yaitu Undang Undang Dasar 1945 dan undang-undang turunannya.<br /><br />Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa orang yang berhakim dengan hukum Allah yang telah dihapus adalah kafir, beliau menyatakan: “Barangsiapa meninggalkan hukum yang muhkam (baku) yang diturunkan kepada Muhammad ibnu Abdillah penutup para nabi, dan dia malah merujuk hukum kepada hukum-hukum (Allah) yang sudah dihapus, maka dia kafir. Maka apa gerangan dengan orang yang mengacu kepada Ilyasa (Yasiq) dan dia mendahulukannya daripada ajaran Allah, maka dia kafir dengan ijma kaum muslimin” (Al Bidayah Wan Nihayah: 13/119)<br /><br />Ilyasa adalah kitab hukum yang dibuat oleh Jenggis Khan raja Tartar. Kitab ini merupakan kumpulan yang sebagiannya diambil dari Taurat orang Yahudi, Injil orang Nashrani, Al Qur’an dan ajaran ahli bid’ah ditembah dengan hasil buah fikirannya lalu dikodifikasikan menjadi sebuah kitab yang disebut Ilyasa atau Yasiq. Para ulama muslimin sepakat mengatakan bahwa siapa saja yang merujuk kepada kitab hukum ini, maka dia kafir dengan ijma kaum muslimin. Maka demikian pula dengan Yasiq ‘Ashri (Yasiq Modern), yaitu Undang Undang Dasar, KUHP, dan lain-lain, dimana hukum itu diambil dari orang-orang Nashrani (seperti orang Belanda dengan KUHPnya), dan ada juga dari Islam seperti masalah pernikahan.<br /><br />Jadi ternyata serupa, maka siapa saja yang merujuk pada Yasiq modern ini, maka iapun kafir dengan ijma kaum muslimin, sedangkan perujukan-perujukan ini telah dilakukan oleh pemerintah NKRI ini…!!<br /><br />4. Mereka menganut sistem Demokrasi<br /><br />Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos (kedaulatan/kekuasaan). Sistem ini merupakan penyerahan hak hukum atau kedaulatan kepada rakyat. Sistem perwakilan yangada di dalamnya memberikan hak ketuhanan kepada wakil rakyat yang didik di parlemen untuk membuat, menetapkan dan memutuskan hukum.<br /><br />Demokrasi merupakan salah satu bentuk perampasan hak khusus Allah dalam At Tasyri’ (pembuatan, penetapan dan pemutusan hukum atau undang-undang). Hak ini adalah hak khusus Allah Subhanahu Wa Ta’ala, hak khusus rububiyyah dan uluhiyyah Allah, hak khusus yang seharusnya disandarkan oleh makhluk hanya kepada Allah. Akan tetapi demokrasi merampasnya dan justeru hak itu diberikan kepada makhluk. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Hak memutuskan hukum itu hanyalah khusus kepunyaan Allah. Dia memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah dian yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (Yusuf: 40)<br /><br />firman-Nya “Dia memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia”, bermakna: Kalian diperintahkan untuk tidak menyandarkan hukum kecuali kepada Allah, karena Allah-lah yang berhak untuk membuatnya, untuk menentukannya. Dan dalam ayat ini penyandaran hukum kepada Allah disebut ibadah. Sedangkan dalam demokrasi; hukum disandarkan kepada rakyat melalui wakil-wakilnya, maka demokrasi adalah sistem syirik, karena memalingkan ibadah penyandaran hukum kepada selain Allah.<br /><br />Demokrasi adalah sistem syirik yang membangun pilar-pilarnya di atas sekularisme, di atas kebebasan; bebas meyakini apa saja walaupun pendapat syirik atau kekafiran sekalipun. Demokrasi tidak mewajibkan menusia untuk taat kepada ajaran Allah, tapi harus taat kepada kesepakatan rakyat, tatanan perundang-undangan yang berlaku, yang mana notabene adalah hukum buatan manusia.<br /><br />5. Mereka memiliki Idiologi/falsafah/asas/pedoman/petunjuk hidup/nafas bangsa, yaitu Pancasila.<br /><br />Pancasila adalah dien, karena dien adalah jalan hidup, agama, aturan dan pedoman hidup, falsafah atau silahkan orang menyebutnya apa saja… tapi yang jelas Pansacila adalah dien. Ini singkat saja kita tinjau.<br /><br />Dalam Pancasila dikatakan Ketuhanan Yang Maha Esa, akan tetapi kita tidak tahu siapa yang dimaksud, karena Pancasila mengakui berbagai agama dengan tuhan-tuhannya masing-masing yang beraneka ragam. Maka cukuplah falsafah ini menjadi sesuatu yang rancu bagi orang yang berakal.<br /><br />6. Tawalliy (loyalitas penuh) kepada kaum musyrikin<br /><br />Mereka loyal kepada Perserikatan Bangsa Bangsa, tunduk kepada undang-undang internasional dan peraturan lainnya yang adala dlam tubuh PBB. Apapun yang ditetapkannya maka otomatis diikuti. Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang kaum muslimin untuk loyal kepada orang-orang kafir, Allah menyatakan dalam surat Al Maidah: 51:<br /><br />“Siapa saja yang tawalliy di antara kalian terhadap mereka maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka”<br /><br />7. Mereka memperolok-olok ajaran Allah<br /><br />Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang segala bentuk kemungkaran, sedangkan pemerintahan Negara ini justeru memberikan izin bagi beroperasinya tempat-tempat kemungkaran dengan dalih tempat hiburan), membiarkan berkembangnya media-media penebar kesyirikan, kekufuran, kerusakan dan kebejatan (dengan dalih kebebasan pers dan kebebasan berekspresi) dan lain-lain. Itu adalah beberapa perolok-olokan terhadap ajaran Allah, sedangkan memperolok-olok ajaran Allah adalah kekafiran. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, “Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman”. (At Taubah: 65-66).<br /><br />Intinya, jelaslah bahwa Negara dan pemerintahan ini kekafirannya berlipat-lipat. Setiap negara yang tidak berhukum dengan hukum Allah dan tidak tunduk pada aturan Allah, maka negara tersebut adalah negara kafir, negara dzalim, negara fasiq dan negara jahiliyyah berdasarkan firman-firman Allah tersebut. Begitu juga pemerintahnya, karena tidak akan berdiri suatu negara tanpa ada pemerintah pelaksananya.<br /><br />Setelah memahami hal ini, maka kita bisa menyimpulkan bahwa TIDAK BENAR ketika orang memerintahkan kaum muslimin untuk loyal kepada pemerintah semacam ini dengan menggunakan dalil surat An Nisa: 59, karena ulil amri dalam ayat tersebut adalah “dari kalangan kalian” yang berarti dari kalangan orang-orang yang beriman, sedangkan pemerintahan NKRI ini sudah kita ketahui bahwa mereka BUKAN orang-orang yang beriman, akan tetapi justeru mereka adalah adalah thaghut, orang musyrik, orang-orang kafir, orang-orang murtad. Jadi, jelaslah tidak sesuai dengan pemerintah ini.<br /><br />Akan tetapi yang tepat bagi pemerintah semacam ini adalah:<br /><br />1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Maka perangilah pemimpin-pemimpin orang-orang kafir itu, karena sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang (yang tidak dapat dipegang) janjinya, agar supaya mereka berhenti”. (At Taubah: 12)<br /><br />Jadi yang tepat bukan harus ditaati, bukan pula diberi loyalitas, akan tetapi yang ada adalah sikap qital (perang).<br /><br />2. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Maka bunuhilah orang-orang musyrik itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka, kepunglah mereka dan intailah ditempat-tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan” (At Taubah: 5)<br /><br />Jika mereka bertaubat, maksudnya bertaubat dari kemusyrikannya, dari kethaghutannya, dari kekafirannya, mereka mendirikan shalat dan memuanikan zakat, maka berilah mereka jalan dan jangan diganggu. Sedangkan jika pemerintahan ini tidak bertaubat dari kethaghutannya, dari Pancasilanya, dari demokrasinya dan dari kekufuran lainnya, maka mereka masih masuk ke dalam cakupan ayat ini.<br /><br />3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan (wali-wali) syaitan itu” (An Nisa: 76)<br /><br />Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah dalam rangka mengokohkan hukum Allah, menjunjung tinggi ajaran-Nya, sedangkan orang-orang kafir ─yang di antaranya adalah pemerintahan NKRI ini dan ansharnya─ mereka berjuang, berperang, berkiprah dengan segala cara dalam rangka mengokohkan sistem thaghut. Jadi, mereka berperang di jalan thaghut, maka bagaimana seharusnya sikap kaum muslimin ? Allah menyatakan “sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu”.<br /><br />Perhatikanlah… mereka bukan ulil amri, akan tetapi mereka adalah wali-wali syaitan yang Allah perintahkan untuk memeranginya.<br /><br />4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Dan perangilah mereka itu, sampai tidakada fitnah, dan dien (ketundukan) hanya bagi Allah semata” (Al Baqarah: 193)<br /><br />Dan perangilah mereka sampai tidak ada lagi fitnah, tidak ada lagi idiologi syirik, tidak ada lagi kekafiran, tidak ada lagi penghalang kepada jalan Allah, tidak ada lagi penindasan terhadap kaum muslimin yang taat kepada Allah… bukan taat kepada Pancasila atau Undang Undang Dasar atau demokrasi, tapi hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br /><br />Selama Ad Dien (ketundukan) belum sepenuhnya kepada Allah, maka al qital (perang) belum berhenti, selama fitnah (bencana) terhadap kaum muslimin yang taat dan berkomitmen dengan ajaran Allah masih dikejar-kejar atau dipersempit hidupnya, masih ditangkapi, dipenjarakan dan masih dibunuhi… maka berarti masih ada fitnah !! Selama kemusyrikan didoktrinkan maka fitnah masih ada. Selama fitnah masih ada maka al qital tidak akan berhenti.<br /><br />5. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (Allah tenhadap) orang-orang dahulu (dibinasakan)”. Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya dien itu semata-mata untuk Allah”. (Al Anfal: 38-39)<br /><br />Jadi, al qital tidak akan berhenti terhadap para penguasa yang menentang aturan Allah, yang menyebar fitnah (bencana) kemusyrikan dan penindasan terhadap kaum muslimin, merampas dan memeras harta kaum muslimin, baik dengan cara kasar maupun halus, maka qital tidak akan berhenti terhadap pemerintah yang seperti ini.<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas dari kamu” (At Taubah: 123)<br /><br />Perangilah orang-orang yang ada disekitar kamu, yang ada didekat kamu dan dalam realitanya bukan hanya dekat, akan tapi mereka telah menguasai harta, diri, dan tanah air kita. Merekalah thaghut penguasa negeri ini, merekalah orang-orang kafir itu. Mereka telah sekian lama memerangi, menindas diri dan merampas harta kaum muslimin. Mereka mewajibkan ini dan itu yang bertentangan dengan ajaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br /><br />Merekalah orang-rang kafir yang dekat, maka tidak usah jauh-jauh pergi berperang untuk mencari orang kafir, ini yang dekat justeru sudah memusuhi dan memerangi semenjak dahulu. Bahkan para ulama sepakat bahwa memerangi penguasa murtad adalah lebih harus didahulukan memeranginya daripada orang-orang kafir asli, apalagi orang-orang kafir yang jauh…<br /><br />6. Hadits Ubada ibnu Shamit (HR. Bukhari dam Muslim)<br /><br />“Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mengajak kami, maka kami membai’atnya, maka di antara yang beliau ambil janjinya atas kami adalah kami membai’at(nya) untuk senantiasa mendengar dan taat, disaat senang dan disaat benci, diwaktu sulit dan waktu mudah kami, serta saat kami diperlakukan tidak adil dan agar kami tidak merampas urusan dari yang berhak (penguasa) kecuali kalian melihat kekafiran yang nyata dengan bukti dari Allah yang ada pada kalian”<br /><br />Sedangkan kita sudah banyak melihat bentuk-bentuk kekafiran yang dianut dan masih senantiasa dilakukan penguasa negeri ini, sehingga tidak layak berdalil dengan surat An Nisa: 59 untuk menggelari pemerintah ini sebagai ulil amri, akan tetapi yang tepat adalah ayat-ayat yang baru saja dibahas dan ditambah dengan hadits ini.<br /><br />Para ulama sepakat bahwa orang kafir tidak sah untuk menjadi pemimpin bagi kaum muslimin. Bila pemimpin tersebut asalnya muslim kemudian muncul kekafiran darinya maka wajib untuk mencopotnya dan menggantinya dengan pemimpin yang muslim. Bila tidak mampu mencopotnya karena mereka menggunakan kekuasaan untuk mempertahankannya, maka wajib diperangi.<br /><br />Namun dalam relaita zaman ini, kekafirannya bukanlah kekafiran yang bersifat personal, akan tetapi kekafiran yang kolektif dan tersistemkan, sehingga jika penguasa yang satu mati maka sistemnya belum mati dan orang-orang yang setelahnya akan menggantikan dia, karena sistem kafirnya tidak mati dan tetap mengakar.<br /><br />Tugas kita adalah wajib menggalang kekuatan dengan langkah awalnya adalah mengerahkan segala kemampuan dalam menggencarkan dakwah tauhid yang berkesinambungan untuk mencabut akar-akar loyalitas terhadap thaghut di tengah masyarakat, sehingga thaghut tidak mempunyai tempat lagi di tengah-tengah masyarakat ini.<br /><br />Jihad terhadap thaghut ini haruslah menjadi opini kaum muslimin, kaum muslimin harus merasa memiliki tanggung jawab terhadap masalah ini, sehingga tidak hanya dipikul oleh kelompok-kelompok tertentu saja. Bukan berarti seluruh kaum muslimin harus terjun dengan menenteng senjata, tapi yang paling penting bagi mereka adalah mereka adalah mereka harus memahami betul bahwa penguasa negeri yang mana mereka hidup di dalamnya adalah penguasa murtad kafir yang tidak boleh diberikan loyalitas, sehingga dengan kesadaran itu lunturlah dukungan kepada para thaghut dan tumbuhlah loyalitas kepada orang-orang yang berkomitmen dengan ajaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala.<br /><br />Bila ini terwujud, maka kondisi akan berubah, dukungan kepada thaghut akan berganti dengan penentangan, sehingga mudahlah untuk menjatuhkan para thaghut itu.<br /><br />BERSABARLAH…!!! Proses ini tidak mudah dan tidak akan terjadi begitu saja, tahap awal yang patut dilakukan adalah memberikan bayan (penjelasan) atau penyampaian risalah tauhid, karena perlu penyadaran terhadap masyarakat tentang kenapa penguasa negeri ini dikatakan sebagai penguasa kafir. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu” (Al Baqarah: 191)<br /><br />Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan untuk mengusir orang-orang kafir sebagaimana mereka pernah mengusir kaum muslimin. Rasulullah diperintahkan untuk mengusir orang-orang kafir sebagaimana mereka telah mengusir Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Perhatikan… para thaghut itu telah mengeluarkan orang-orang yang komitmen dengan ajaran Islam dari jajaran masyarakat dengan cara menanamkan image negatif tentang mereka, memprovokasi, memfitnah dan membodoh-bodohi masyarakat dengan menuduh orang-orang yang bertauhid sebagai orang-orang bodoh, tidak memahami Islam secara utuh, orang yang dangkal pikiran atau orang yang haus dunia dan kekuasaan, maka menjadi wajiblah pula bagi kaum muslimin untuk mencopot para thaghut ini dari benak masyarakat dengan cara menyebarkan ilmu syar’iy, khususnya tentang tauhid dan kewajiban memerangi penguasa semacam itu.<br /><br />Begitu pula dalam masalah harta, sebagaimana para thaghut itu telah menjauhkan orang-orang berkomitmen dengan ajaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dari harta mereka, bahkan thaghut selalu berupaya mempersulit hidup mereka, maka wajib pula bagi orang-orang yang bertauhid yang komit terhadap ajaran-Nya untuk menjauhkan thaghut dari harta yang mereka miliki, karena sebagian besar harta yang jatuh ke tangan thaghut digunakan untuk mempersenjatai tentara mereka untuk memerangi Allah dan Rasul-Nya, oleh sebab itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendo’akan orang-orang Quraiys agar dilanda paceklik, dengan tujuan agar mereka mendapatkan kesusahan sehingga tidak lagi menindas kaum muslimin dan dana yang mereka keluarkan tidak digunakan untuk mendukung hal itu. Maka haramlah atas setiap muslim untuk membayar atau menyerahkan harta kepada penguasa kafir dalam bentuk apapun, kecuali dalam kondisi terdesak atau dipaksa, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:<br /><br />“Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Al Maidah: 2)<br /><br />dan firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala:<br /><br />“Janganlah kalian menyerahkan harta-harta kalian kepada orang-orang bodoh itu” (An Nisa: 5)<br /><br />Perhatikanlah… jika Allah Subhanahu Wa Ta’ala melarang menyerahkan harta kaum muslimin kepada orang-orang yang tidak bisa menggunakan dengan benar, sedangkan bentuk kebodohan yang paling dasyat adalah orang-orang yang tidak suka dengan ajaran tauhid, salah satunya yaitu para thaghut. Allah menyatakan:<br /><br />“Dan tidak ada yang benci kepada Milah Ibrahim, kecuali orang yang memperbodoh dirinya sendiri” (Al Baqarah: 130)<br /><br />Jadi, seharusnya harta yang diambil dari kaum muslimin, mereka pergunakan di jalan Allah, bukan di jalan thaghut yang digunakan untuk memerangi Allah dan kaum muslimin.<br /><br />Hendaklah diketahui bahwa pemerintahan thaghut ini adalah pemerintahan yang tidak sah, tidak syar’iy, tidak diakui secara Islam. Mereka adalah pemerintah yang memaksakan diri, begitu pula hukum dan undang-undangnya tidak sah, oleh sebab itu kaum muslimin tidak memiliki kewajiban untuk taat pada aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah thaghut ini, bahkan bebas untuk melanggarnya selama memenuhi dua syarat, yaitu: selama tidak melakukan sesuatu yang dilarang syari’at dan selama tidak menzalimi orang muslim.<br /><br />Demikianlah sikap kita kaum muslim terhadap para thaghut penguasa negeri ini, bukan loyalitas dan taat kepada mereka, tapi ingatkah bahwa kita adalah orang-orang yang ditindas, diperangi dengan berbagai cara; kasar dan halus, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi, tapi… sungguh banyak kaum muslimin tidak menyadarinya. Ini karena kebanyakan kaum muslimin belum memahami hakikat Laa ilaaha illallaah. Mereka mengira penguasa negeri ini adalah muslim, karena para thaghutnya itu shalat, shaum, zakat, bahkan haji berkali-kali, padahal penguasa negeri ini telah melanggar hal yang paling penting dan fundamental, yaitu syahadat Laa ilaaha illallaah…<br /><br />Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para shahabat serta para pengikutnya sampai hari kiamat.<br /><br />Alhamdulillahirabbil’alamiin…ABU HUDZAIFAHhttp://www.blogger.com/profile/17245203728304313063noreply@blogger.com0