Selasa, 16 Juni 2009

“Bom Moral” Kaum “HOMO” Iraq

ebelum ini, kaum hombreng hidup sembunyi-sembunyi. Kini, mereka bisa “berpesta” setelah budi baik Paman Sam

Hidayatullah.com—Wajah Hussein (32) cemberut. Bukan apa-apa, beberapa keinginan hatinya belum bisa dirasakan.

Hussein hanyalah secuil kisah kehidupan kaum homo atau kerap diplesetkan menjadi kaum hombreng. Di masa era jaya partai Baats di bawah Saddam Hussein, kehidupannya nyaris tak terdengar. Boleh dibilang hidup secara sembunyi-sembunyi.

Sepak terjangnya lebih tidak nyaman pasca invasi Amerika Serikat (AS) tahun 2003. Pasca hancurnya rezim Saddam, hukum berjalan amburadul. Kaum hombreng kena getahnya. Beberapa kelompok Islam bisa menculik sewaktu-waktu pengikut kelainan seks yang pernah diperangi di zaman Nabi Luth ini.

"Saya tidak ingin menjadi gay lagi. Ketika saya keluar membeli roti, saya takut. Bila bel pintu berdering, saya berpikir mereka akan datang, “ ujarnya dikutip BBC. Tapi itu dulu, tahun 2006, ketika hukum masih berjalan di luar kendali.

Sekarang justru sebaliknya. Kehidupan kaum hombreng justru meningkat pesat, terutama setelah masuknya tentara Paman Sam pasca invasi.

Kini tidak perlu malu lagi. Ada banyak "tempat bermain" kaum homoseks, di tengah upaya kelompok sosial dan para ulama yang memperbaiki kondisi Iraq.

"Komunitas gay di Iraq semakin meningkat meskipun di tengah ancaman masyarakat pada umumnya," ujar Salahuddin Abdullah al-Rabia'a, seorang pekerja sosial di ibukota Baghdad kepada IslamOnline.net.

Ini bertentangan dengan laporan yang menyatakan bahwa kaum homoseks Iraq masih bergerak di bawah tanah. Padahal mereka diketahui justru telah semakin merebak dan terbuka, setelah perang mencabik-cabik Iraq.

Setahun setelah AS melakukan invasi ke Iraq, ancaman para pejuang Iraq telah membuat gerak kaum gay menjadi tersembunyi.

Namun saat ini, setelah berselang tujuh tahun, komunitas gay semakin menunjukkan eksistensinya, terutama di Baghdad yang dianggap sebagai titik pertemuan sangat populer.

Dengan sedikit uang, atau sekitar US $3, sepasang gay sudah dapat menghabiskan waktunya di hotel tanpa perlu takut dengan serangan dan penangkapan dari pihak keamanan.

Bioskop, kedai-kedai minum, dan beberapa sudut lainnya, kini merupakan tempat berteduh kaum homoseks, yang kebanyakan di antara mereka adalah laki-laki.
"Saya mengizinkan perilaku homoseks di tempat saya. Jika tidak, saya terpaksa menutup tempat usaha saya karena kekurangan klien," ujar Abu Ruwaida, seorang pemilik bioskop di pusat kota Baghdad.

"Mereka sudah dewasa dan punya kesadaran keagamaan masing-masing. Jika ada yang akan menghukum mereka, itu pasti adalah Allah dan bukan saya," ujarnya.
Perilaku seksual merupakan hal yang sangat dilarang Islam, juga dalam semua agama Ilahiah.

Islam mengajarkan kepada umatnya bahwa orang-orang yang beriman seharusnya menjauhkan diri dari sikap tidak senonoh, sekaligus tidak membiarkan penyebaran perilaku asusila.

Lahan Pencarian Kerja

Sebagian kaum homoseks, seperti Tarik Kammar, merupakan salah seorang yang menceburkan dirinya ke dalam bisnis haram ini.
Kammar, bukan nama sebenarnya, menghabiskan waktunya untuk berdiri di pusat Baghdad demi mendapatkan klien yang biasanya berkendara dengan perlahan-lahan sambil mencari para gay sewaan.

"Saya memang gay, tapi yang menceburkan saya ke bisnis prostitusi ini adalah tidak adanya pekerjaan lain yang bisa saya lakukan di sini," ujar pemuda berumur 26 tahun itu. Ia menambahkan bahwa biasanya ia dibayar pada kisaran US $ 5-15.

"Kebanyakan klien saya adalah para lelaki berumur yang sudah menikah dan memiliki anak. Mereka tidak banyak bicara tapi perhiasan mereka sangat bersinar," katanya.

Seperti kawan-kawan seprofesi lainnya, Kammar juga tidak ingin mengambil pusing adanya operasi dan ancaman kepolisian, juga peringatan kelompok Islam.
Menurut kepolisisan setempat, sejak Januari 2009 lalu, ada 25 pemuda mati di Baghdad karena mereka gay. Meningkatnya aktivitas para gay di Iraq merupakan tantangan bagi para ulama.

"Sangat jelas termaktub di kitab suci bahwa perilaku gay merupakan hal yang haram, tidak dapat diterima," ujar Syaikh Abdurrahman Abdun, Imam Majid Rahim di Baghdad, kepada Islamonline.

Para sarjana-sarjana pun semakin meningkatkan kepedulian mereka dan selalu diingatkan dalam setiap khutbah Jumat untuk memperhatikan keluarganya dengan baik dan melindungi mereka dari perilaku asusila.

"Pendidikan agama yang baik akan mencegah perilaku demikian," tambah Abdun.

"Ini adalah kewajiban kami untuk memperkuat masyarakat dan mencegah kerusakan akhlak agar tidak menjadi hal yang biasa di negara muslim."

Budi Paman Sam

Sebagaimana diketahui, kegiatan homoseksualitas bukan pelanggaran di masa Saddam. Partai Baats tak berani melarang kelainan ini karena dinilai bertentangan dengan paham sekuler dan sosialis. Namun tetap saja kegiatan mereka melahirkan perlawanan di masyarakat.

Namun suasananya menjadi lain tatkaka kehadiran pasukan Paman Sam tahun 2003. Dengan mengerahkan lebih dari 100.000 pasukan dan berbagai peralatan perang terkini. Amerika dan koalisinya tak hanya mengeluarkan bom-bom canggih dan senjata terbaru. Ia juga menampilkan “bom-bom moral” paling berbahaya bagi warga Sunni dan Syiah Iraq.

Perubahan luar biasa mulai kelihatan setelah tahun 2003 Paman Sam mengirim orang-orangnya. Di antaranya Utusan Presiden dan Administrator AS, Paul Bremer dan Letjen. Jay Garner. Seperti pendekar sakti tanpa tanding, AS mengganti seenaknya hukum dan UU di Negeri 1001 Malam itu.

Pemerintahan Koalisi Sementara Iraq [PKSI] dibentuk sebagai pemerintahan sementara. PKSI mengambil alih kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif atas pemerintahan Iraq hingga pembubarannya pada 28 Juni 2004.

PKSI diciptakan sebagai kepanjangan tangan langsung Amerika Serikatdan menegakkan otoritasnya selama pendudukan Iraq. PKSI juga membentuk Dewan Pemerintahan Iraq dan menunjuk anggota-anggotanya. Keanggotaan Dewan ini pada umumnya terdiri dari orang-orang Iraq yang dulunya tinggal di luar negeri, yang melarikan diri pada masa pemerintahan Saddam Hussein dan banyak pembangkang vokal yang ditindas oleh rezim sebelumnya.

Kaum homoseksual leluasa di Negara itu. Kedatangan pasukan AS juga mempertontonkan pemandangan tak lazim. Pasangan homo dari tentara koalisi menjadi promo gratis. Setelah budi baik Paman Sam, hari ini, mereka mungkin sedang berpesta. [atj/cha, berbagai sumber/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar