Jumat, 29 Mei 2009

AS Menyalahgunakan Ayat Al Kitab Untuk Misi Perang Melawan Teror

WASHINGTON (Arrahmah.com) - Para pemuka agama telah mengecam mantan-mantan pejabat tinggi AS yang telah memanipulasi isi Al Kitabnya untuk kepentingan kampanye 'anti-teror' mereka.

Mantan-mantan pejabat itu telah mengutip ayat-ayat Injil di luar dugaan dalam laporan tertentu yang akan diajukan sebagai pertimbangan tambahan, seperti yang dipalorkan dalam Los Angeles Times edisi Senin (25/5).

Minggu lalu, wartawan dan pengumpul data mantan pejabat pemerintahan, Robert Draper memperlihatkan laporan 2003 yang ditujukan pada mantan sekretaris keamanan Donald Rumsfeeld sebelum dikirim ke mantan presiden George W. Bush.

Dokumen tersebut dilengkapi dengan gambar para tentara yang ada di bawah ketaatan dan dihiasi dengan gambar para tentara dan juga memuat banyak bagian dari Injil yang disalahgunakan.

Sebuah gambar yang dipakai sebagai sampul salah satu laporan tersebut memiliki keterangan "Untuk siapa Aku dikirim dan siapa yang akan pergi mengambil kita? Inilah Aku, Tuhan. Kirimlah aku." dari kitab Isaiah dalam Perjanjian Lama.

"Sebagai orang Kristen, saya sangat bermasalah dengan.... sebuah ayat mengenai seruan nabi mengangkat hambanya sendiri dari ketidaksetiaan ... namun malah dipakai sebagai seruan besar AS untuk menyerang Irak," ungkap Scott Alexander, direktur Program Studi Muslim-Katolik dalam Persatuan Teologi Katolik Chicago, yang dikutip oleh harian Los Angeles.

"Apa yang ada dalam isu adalah kemungkinan memaksakan konteks terhadap teks Al Kitab untuk meng-agamis-kan misi militer AS," tambah dia.

"Ayat yang ada dalam sampul laporan lain berbunyi "tempatkanlah para tentara Tuhan" - yang dalam kitab Perjanjian Baru berarti seruan agar para pemeluknya memperkuat diri mereka sendiri dengan memihak kebenaran, keadilan, dan kedamaian."

"Semua ini benar-benar penyalahgunaan Al Kitab untuk memaksakan suatu konteks dan membenarkan salah satu pihak untuk menyerang yang lainnya," tegas Rev. John Buchanan, pastur salah satu gereja di Chicago. (Althaf/ptv/arrahmah.com)

Senin, 25 Mei 2009

Bentrokan Saat Demo Penyobekan Al Quran di Yunani

Bentrokan terjadi saat para demonstran yang sebagaian besar adalah umat muslim dengan polisi di ibukota Yunani Athena.

Sekitar 1.000 lebih pengunjuk rasa memadati jalanan Athena hari Jum'at 22 Mei setelah seorang polisi dikabarkan melakukan penistaan terhadap kitab suci umat Islam, Al Quran. Seorang polisi diberitakan menyobek-nyobek Al Quran yang dibawa seorang imigran asal Irak saat melakukan pemeriksaan identitas.

Polisi Yunani yang membabi buta menembakan gas air mata ke arah demonstran di sekitar parlemen Yunani.

Aksi unjuk rasa ini merupakan kali ke dua terhadap tindakan sombong polisi Yunani menyobek-nyobek Al Quran.

Para demonstran berbaris di jalanan kota Athena sambil memekikkan takbir "Allahu Akbar" dan membawa berbagai poster agar penduduk Yunani menghormati Islam dan umat Islam.

"Kami ingin petugas atau pejabat yang terlibat untuk segera diajukan ke pengadilan dan pemerintah mengeluarkan permintaan maaf," kata Manala Mohamed, seorang berkebangsaan Syiria yang mengkuti demonstrasi kepada wartawan AP.

"Kami ingin para warga menghormati kami."

Unjuk rasa yang dilakukan di sekitar lapangan Omonia ini melibatkan para imigran dan organisasi anti rasisme.

Sebelumnya, pada hari Rabu 20 Mei juga sempat terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa, pada demonstrasi yang pertama.

Beberapa kali sempat terjadi bentrok antara para imigran muslim dengan beberapa kelompok kanan Yunani yang membenci kedatangan mereka. (muslimdaily.net/dkr/aljzr)

Jahanam Israel Ciptakan Gempa, Siap Musnahkan Masjid Al Aqsa

YERUSALEM TERJAJAH – Para ahli memperingatkan tentang adanya skema dari kaum Zionis untuk menciptakan ulang sebuah gempa buatan yang dirancang untuk merobohkan masjid Al Aqsa. Para ahli menekankan bahwa Israel sudah mengungkapkan rencananya tersebut di televisi dan artikel surat kabar yang tidak terhitung jumlahnya mengenai penghancuran Al Aqsa dengan cara menciptakan gempa buatan.

Dalam rencananya, Israel akan menciptakan gempa buatan melalui penanaman bom di sebelah barat Negev, di sebuah laut di Eilat, kemudian orang-orang akan merasakan getaran dari ledakan tersebut, lalu para ilmuwan memberikan keterangan, sementara Israel menyatakan bahwa ada “gempa bumi” melanda daerah tersebut dan menyebabkan atap-atap bangunan menjadi runtuh.

Para ahli menambahkan: “Ada kemungkinan Israel mempergunakan jalur terowongan lebih banyak daripada menggunakan jet F-16 untuk menembus tembok suara masjid tersebut yang dihancurkan oleh serangan penjajahan.

Israel sekarang meningkatkan pengalian dan pembangunan terowongan dibawah masjid Al Aqsa dengan tujuan utama yang sangat jahat, yaitu agar fondasi Al Aqsa menjadi rapuh dan setiap saat siap runtuh,” Ditekankan bahwa gempa/getaran sekecil apapun akan sedikit menenggelamkan masjid.

Ditambahkan lagi, bahwa Israel tidak akan menunggu hingga terjadi gempa bumi sungguhan, untuk mempercepat proses penghancuran Al Aqsa, Israel sudah merancang gempa bumi buatan dan untuk segera menghancurkan masjid Al Aqsa, dengan mengambil kesempatan ditengah lemahnya persatuan bangsa Arab dan diamnya mereka terhadap penggalian yang dilakukan oleh tangan-tangan terkutuk Yahudi Israel di kompleks Al Aqsa.

Para ahli memandang penggalian di sekitar kompleks masjid Al Aqsa tersebut sebagai skema licik Israel untuk melenyapkan Al Aqsa, yang merupakan tempat suci ketiga bagi umat Muslim.

Ruang hampa yang dibuat dibawah masjid ditambah dengan fondasi yang semakin rapuh ditambah lagi dengan pengalian pasir dan batu semakin menunjukkan bukti nyata bahwa Al Aqsa tengah dalam kondisi genting.

Israel mempergunakan bahan kimia untuk melelehkan batu-batu dan juga bahan peledak dalam jumlah besar, keduanya kemudian dimaksimalkan oleh ledakan yang ditimbulkan oleh guncangan dan ledakan sekecil apapun. Walaupun demikian, hampir bisa dipastikan bahwa Israel akan menggunakan kekuatan maksimum agar struktur bangunan masjid ikut hancur berkeping-keping.

Tahapan pertama proses penggalian masjid Al Aqsa sudah dimulai setelah perang tahun 1967, dengan pembantaian da pemusnahan orang-orang Maroko yang tinggal berdekatan dengan tembok ratapan di sisi barat masjid Al Aqsa, dan pembuatan gerbang masuk Mughrabi sebagai jalan dari tikus-tikus kelaparan Yahudi yang terdiri dari para serdadu penjajah, dan juga para kaum Yahudi pindahan menuju kompleks masjid.

Setelah melakukan penjajahan, Israel langsung melakukan penggaliandibawah masjid Al Aqsa untuk “mencari kuil Yahudi”.

Kaum Yahudi sangat ingin segera menjalankan skema penghancuran masjid Al Aqsa, dan nantinya seluruh umat Muslim. Ini bukan lagi sekedar peringatan dan tulisan dalam artikel, yang paling gawat adalah konspirasi yang diciptakan Israel dalam sejarah, Israel juga mengklaim bahwa penerapan rencana besar Yahudi tersebut sebagai hal yang paling penting.

Selain itu, Israel juga dengan lancang membangun puluhan sinagog mengelilingi masjid Al Aqsa sinagog-sinagog tersebut semuanya dibangun diatas tanah wakaf dan real estate milik bangsa Arab dan juga wilayah bersejarah warisan umat Muslim, dan tidak ada upaya apapun yang mampu dilakukan umat Muslim untuk mempertahankannya.

Sheikh Ra’ed Salah, kepala Gerakan Islam untuk tanah terjajah 1948, menyerukan kepada dunia Arab dan Islam untuk menandai tanggal 7 Juni, hari jatuhnya Yerusalem pada tahun 1967, sebagai saat untuk mendukung kota terjajah Yerusalem dan juga Masjid Aqsa.

Komite pembangunan ulang dari Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu, memperingatkan bahwa penggalian yang dijalankan oleh Israel di bagian Timur Yerusalem merupakan sebuah ancaman besar bagi Islam dan keagamaan Arab dan kawasan historis khususnya Masjid Aqsa yang mungkin bisa roboh oleh gempa buatan ataupun gempa alami.

Ra’if Najm, kepala deputi dari komite tersebut, menyatakan dalam pers bahwa tujuan dari penggalian tersebut, seperti yang dikatakan arkeolog Israel, adalah untuk mencari tanda-tanda dari dugaan-adanya kuil Solomon, menambahkan bahwa jika kebohongan ini tidak disanggah, dunia akan mempercayainya.

Najm menggarisbawahi bahwa jumlah penggalian ini berjumlah mencapai lebih dari 60 terowongan, yang paling serius adalah terowongan bagian barat Masjid Aqsa yang terdiri dari dua lantai dan ruangan-ruangan bawah tanah.

Sheikh Salah membenarkan bahwa pemerintah penjajah Israel ingin menyingkirkan setiap bentuk kedaulatan Muslim, Arab, atau Palestina di Masjid Al-Aqsa kemudian mencoba untuk melumpuhkan pemeliharaan Masjid Aqsa hingga akhirnya merobohkannya dengan paksa. (dn/im/sm/smedia)

Jangan Bunuh Guntur!

Oleh: Riyadi Banyu Basri

Anak manusia bernama Guntur Muhammad Romli memang fenomenal. Setelah sukses bertahan hidup dari gebukan bambu kelompok Muslim yang menolak nabi palsu bernama Mirza Ghulam Ahmad, Guntur jadi semakin cerdas. Pukulan tongkat bambu di kepalanya rupanya justru membuat isinya jadi lebih encer.

Kali ini, dia sukses menyelaraskan bahasa sebuah buku hebat berjudul “Ilusi Negara Islam, Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia.” Buku yang memuat hasil penelitian para peneliti dari UIN di seluruh Indonesia yang dijamin pasti objektif, lurus dan tanpa bias kepentingan.

Buku ini lumayan tebal, 300-an halaman, masih lebih tipis daripada masterpiece beberapa peneliti Wahid Institute yang berjudul “Negara Tuhan.” Buku yang dibanggakan penulisnya setara dengan Alfiyah Imam Malik dari sisi halamannya, karena mencapai 1000-an halaman.

Meski Ilusi lebih tipis dari Negara Tuhan, keduanya sama-sama dikebut atas pesanan guna memperlancar perang Amerika di Indonesia. Bedanya, buku Guntur ini lebih ringkas dan digratiskan sebagai e-book. Sebuah langkah agar tak menemui nasib seperti Negara Tuhan, menumpuk sampai bulukan di Toko Buku Toga Mas Yogya.

Ada lagi bukti lain makin encernya otak Guntur. Dalam buku itu, semua gerakan Islam yang dituding sebagai “transnasional,” alias datang dan berkembang dari luar Indonesia dianggap sebagai ancaman bagi kesatuan bangsa, Pancasila dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menggandeng NU dan Muhammadiyah, diwakili oleh dua tokohnya: Gus Dur dan Syafii Maarif, buku Guntur itu seolah berusaha merapatkan barisan melawan kelompok seperti PKS, JI, HTI dan Salafi.

Ini adalah langkah maju, setelah sebelumnya Guntur gagal melakukan advokasi pada Ahmadiyah dan nabi palsunya dengan membawa-bawa nama Banser dan NU. SKB yang membatasi kegiatan dan penyebaran ajaran Ahmadiyah akhirnya tetap keluar. Tapi Guntur berhasil meraih posisi sebagai pembela Ahmadiyah dan seluruh kaum minoritas yang merasa terancam oleh perkembangan gerakan-gerakan Islam. Sebelumnya posisi itu banyak diperankan oleh Gus Dur.

Andai saja darah biru NU mengalir di tubuhnya, niscaya Guntur bisa menggantikan posisi Gus Dur yang kini tak punya banyak energi, dibatasi sakit dan dihancurkan intrik-intrik internal di PKB. Terakhir, orang kepercayaan Gus Dur yang dikabarkan hendak jadi menantunya, Sigid Haryo Wibisono, justru meringkuk sebagai pesakitan. Sigid jadi tersangka pembunuhan Nasrudin Abdullah yang menyeret juga nama Ketua KPK nonaktif Antasari Azhar. Sayang, kasta berbicara, maka Guntur pun hanya punya peluang muncul dengan modal keenceran otak dan kenekadan nyali.

Wahib Baru?

Dua modal itu mengingatkan orang pada Ahmad Wahib. Anak Madura yang sempat nyantri di pesantren tapi kemudian diasuh oleh para romo Katholik di Asrama Realino Gejayan, Yogya. Wahib menggoreskan banyak kegundahannya terhadap Islam di Indonesia dalam catatan hariannya.. Barangkali mumet karena kebanyakan ilmu, ilmu pesantren dan ilmu Realino, coretan Wahib menyiratkan kebingungan dan keraguan terhadap Islam.

Kemudian Wahib mencari nafkah di Jakarta, menjadi reporter di Majalah Tempo. Di sana ia nyantri lagi pada Goenawan Mohammad yang kini menjadi bapak asuh bagi Guntur dan teman-temannya dari JIL. Goenawan juga yang membela dan mencak-mencak ketika Guntur digebuki karena ngotot membela nabi palsu Ahmadiyah.

Kembali ke Wahib, suatu malam ketika ia keluar dari kantor Tempo, ia ditabrak lari hingga tewas. Kasusnya misterius. Riwayat hidupnya tamat, tapi riwayat catatan hariannya justru baru dimulai. Semua keraguannya tentang Islam dibingkai indah oleh Djohan Effendi, orang Ahmadiyah yang sempat menjadi Litbang Depag dan menjadi Mensesneg kabinet Gus Dur.

Maka jadilah Wahib seorang martir yang dipuja-puja oleh generasi muda liberal. Bukunya seolah menjadi kitab suci bagi mereka yang ingin belajar meragukan Islam. Orang tak harus repot-repot nyantri di pesantren dan belajar dari para romo untuk bisa pusing dan bingung seperti Wahib. Catatan hariannya sangat membantu menciptakan kepusingan dan kebingungan.

Dari kasus Wahib orang kemudian mengenal sebuah model penciptaan martir. Cari kader yang muda dan berani untuk menyuarakan hal-hal yang tabu, kemudian bunuh dia. Maka seorang martir akan lahir untuk dipuja dan sebuah kitab suci baru akan lahir. Jadilah Wahib semacam nabi baru bagi orang-orang liberal.

Kini Guntur menjalani pola sejarah yang sama. Dia muda, otaknya encer karena digebuki dan nyalinya tinggi karena dikawal bodyguard bercelurit. Dia juga didukung para sesepuh liberal dan jaringan mereka yang tersebar di UIN-UIN seluruh Indonesia.

Tapi kini dia dihadapkan pada banyak kelompok yang ia tuding sebagai preman berjubah. Orang-orang Islam yang siap membunuh kalau keyakinan mereka dilecehkan. Mereka yang ditudingnya punya kaitan dengan gerakan teroris radikal fundamentalis di seluruh dunia. Posisi Guntur menjadi begitu strategis untuk sebuah operasi silet yang bermata dua.

Jika Guntur dibunuh, maka yang dituduh melakukannya pasti orang-orang yang ia serang dalam bukunya. Operasi menangkapi teroris yang akhir-akhir ini sepi bisa dikembangkan dengan menangkapi aktivis Islam yang sudah ditunjuk hidungnya dalam buku Guntur. Itu mata silet yang pertama.

Yang kedua, Guntur akan naik maqom-nya menjadi martir. Ia akan berkumpul di surga perennial bersama Ahmad Wahib, Cak Nur, Mahatma Gandhi, Bunda Theresa dan orang-orang terbaik di dunia itu. Surga yang terbuka pintunya bagi siapa saja, tak peduli apa agamanya. Sementara tulisan-tulisan Guntur dan bukunya akan naik derajat menjadi kitab suci baru.

Bagi kekuatan yang selama ini mendanai dan memberi ruang menulis bagi Guntur, dua hal itu pasti sangat menguntungkan. Membuat Guntur menjadi martir sangat mudah, di Jakarta Nasrudin bisa didor oleh orang bayaran berhonor 30 juta. Tentu biaya ini murah, lebih murah daripada membiayai JIL dengan beragam kegiatan dan medianya.

Bagi Guntur sendiri, pilihan masih ada. Dia bisa berhenti dari perjuangan liberalnya dan membangun hubungan yang lebih baik dengan sesama anak bangsa. Atau dia memilih jalan terus dengan peluang terbunuh menjadi martir. Maka ia akan terjerumus seperti Osama bin Laden dan Taliban yang dianggapnya sebagai fundamentalis, radikal dan teroris. Padahal, meski jalannya sama-sama mati sebagai martir, jurusan surganya akan berbeda.

Sementara bagi kelompok yang diserang Guntur dalam bukunya, skenario silet itu akan merepotkan mereka. Akan lebih bijak jika mereka biarkan saja Guntur dan bukunya lenyap sendiri. Pada dasarnya bangsa Indonesia tak menyukai orang-orang yang terlalu pede dan suka menuding-nuding orang lain.

Apalagi keenceran otak Guntur membuatnya meluncurkan buku itu menjelang pemilihan presiden. Padahal di dalamnya banyak serangan bagi PKS yang kini berkoalisi dengan SBY, capres terkuat saat ini. Orang dengan mudah akan menganggapnya sebagai black campaign, nilai ilmiahnya akan dicuekin dan derajatnya akan dianggap sama dengan isu-isu politik lainnya. Setara dengan isu bahwa SBY pernah menikah sebelum masuk AKABRI, isu bahwa Gus Dur pernah selingkuh dengan Aryanti dan isu bahwa Syafii Maarif adalah seorang agen Freemasonry.

Jadi, untuk kelompok-kelompok yang anti nabi palsu dan nabi baru, cermatilah situasi. Jangan sampai kemarahan dan sikap gegabah mendorong mereka menciptakan nabi dan kitab suci baru. Bagaimana caranya? Tahan diri, pilih langkah cerdas, jangan bunuh Guntur!

Serangan Flu Babi Menginfeksi Tentara-tentara Amerika di Kuwait

Beberapa prajurit AS telah dikonfirmasi menjadi korban serangan kasus pertama flu babi atau H1N1 di Kuwait, hal tersebut seperti yang diberitakan kantor berita resmi negeri itu, KUNA, Ahad (24/5).


Virus itu dideteksi pada sejumlah prajurit yang sedang transit di Kuwait dan beberapa prajurit dikarantina di pangkalannya untuk dirawat dan sebagian telah meninggalkan negeri tersebut.

Kantor Berita KUNA mengutip dari Wakil Menteri Kesehatan Kuwait, Youssef Mandakar, yang mengatakan, para anggota tentara itu dirawat di Pangkalan Militer Amerika di Kuwait dan semua tentara AS tersebut telah meninggalkan negaranya.

Dia mengakui, para prajurit tersebut hanya mengalami gejala ringan flu babi setelah mereka tiba di sebuah pangkalan angkatan udara. Namun, dirinya menolak mengatakan tentara tersebut tiba atau datang dari mana.

Pemerintah Kuwait Sabtu kemarin, mengumumkan bahwa sejumlah tentara Amerika yang tiba di negara mereka terinfeksi flu babi. Namun, tidak disebutkan berapa jumlahnya. Bahkan, atase militer dan Kedubes AS menolak memberikan rincian para prajurit yang dirawat dan dua orang yang masih berada di rumah sakit.

Mandakar juga menuturkan, pasukan tidak melakukan kontak dengan penduduk lokal dan mereka (tentara AS) dirawat di fasilitas militer AS.

Kuwait diketahui adalah sekutu utama Washington dan menjadi pusat logistik untuk para personel militer AS yang menjajah Iraq.

Kuwait juga melakukan pemeriksaan intensif bagi para penumpang yang tiba di bandara internasional mereka. Bahkan, negara itu menyiapkan 10 juta dosis obat antivirus untuk mengatasi kasus flu babi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan terdapat 12.022 kasus flu babi dan 86 korban tewas dari 42 negara yang terimbas flu menakutkan tersebut saat ini.

Amerika memiliki jumlah terbesar penduduk yang terinfeksi flu babi, yaitu lebih dari 6.500 orang, disusul oleh Mexico, dengan jumlah hampir 3.900 orang.(muslimdaily.net/syaf/AP)

Senin, 18 Mei 2009

JANGAN KAWIN SAMA YG TIDAK SUNAT..

JAKARTA, kompas..com —
Sunat dikatakan dapat membantu mengurangi risiko seperti penyakit menular seksual.

Namun ternyata tak hanya itu. Sunat juga mengurangi risiko terkena kanker penis. Dengan kata lain, para pria yang tidak sunat berisiko terkena kanker penis.

Demikian diungkap Urolog Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais Jakarta Dr Rachmat B Santoso saat dihubungi melalui telepon, Jumat (15/5). “Penyebabnya adalah infeksi kronis pada orang yang tidak cirkumsisi (sunat),” kata Rachmat. Laki-laki yang juga berisiko adalah mereka yang pernah menderita herpes genitalis.
Persoalan utamanya adalah tidak higienisnya alat kelamin laki-laki karena kepalanya tidak terbuka.
Kebersihan daerah di bawah kulit depan glans penis tidak terjamin kalau tidak sunat.

Gejala yang dijumpai pada orang yang kena kanker penis adalah adanya luka pada penis, luka terbuka pada penis, dan merasa nyeri pada penis bahkan terjadi pendarahan dari penis.

Biasanya ini terjadi pada stadium lanjut. Ciri lain adalah tampak luka yang menyerupai jerawat atau kutil pada penis.
Pengobatan kanker penis bervariasi, tergantung kepada lokasi dan beratnya tumor.

Cara pertama adalah penektomi atau pemotongan, bisa sebagian bisa juga total. Rachmat mengilustrasikan, jika panjang penis 10 sentimeter dan yang terkena kanker hanya ujung penisnya maka yang panjang penis yang dipotong 2-3 sentimeter. “Tapi, jika yang kena kanker tiga perempat panjang penis, apa boleh buat penisnya harus dipotong habis,” katanya. Cara yang lain bisa berupa kemoterapi dan terapi penyinaran.

Rachmat mengingatkan, penyakit ini tidak boleh dianggap remeh oleh para lelaki. Menurut alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini, kanker penis banyak menyerang usia produktif, 30 tahun sampai 50 tahun.

Tersebut dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda bahwa Nabi Ibrahim melaksanakan khitan ketika berusia 80 tahun dengan menggunakan kapak [HR Bukhari].

Tentu saja pada waktu itu belum ada teknologi modern seperti sekarang yang membuat sunat tidak terasa sakit, karena dikerjakan dengan orang yang ahli.

Sehingga kisah mengenai khitan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim tak perlu membuatmu takut. Namun kisah itu menunjukkan betapa kuatnya perintah untuk berkhitan bagi umat Islam sehingga Nabi Ibrahim pun yang sudah berusia lanjut mau melaksanakan perintah Allah tersebut, bahkan dengan alat yang menyeramkan seperti kapak.

Sunat atau khitan membawa manfaat bagi yang melakukannya. Seperti yang diungkapkan para ahli kedokteran bahwa khitan memiliki faedah bagi kesehatan karena membuang anggota tubuh yang dapat menjadi tempat persembunyian kotoran, virus, najis, dan bau yang tidak sedap. Air kencing mengandung semua unsur tersebut, sehingga ketika keluar melewati kulit yang menutupi alat kelamin, maka endapan kotoran dapat tertahan oleh kulit tersebut.
Bisa dibayangkan jika kulit tersebut tidak dibuang, betapa banyak endapan kotoran yang tersimpan di dalamnya.

Mengenai masalah hukum khitan ini terjadi beberapa perbedaaan pendapat, tetapi pendapat yang paling dekat dengan kebenaran adalah bahwa khitan bagi laki-laki hukumnya wajib sedangkan bagi wanita hukumnya sunnah. Letak perbedaan antara keduanya bahwa khitan bagi laki-laki membawa kemaslahatan yang kembali kepada salah satu syarat shalat yaitu kesucian; karena jika kulit penutup kepala kemaluan itu masih ada, air kencing yang keluar dari lubang kemaluan masih tersisa dan berkumpul di kulit penutup itu sehingga menjadi sebab iritasi atau setiap kali bergerak maka akan keluar sedikit demi sedikit sehingga menimbulkan najis.

Sedangkan bagi wanita tujuan dari khitan adalah untuk mengurangi rangsangan seksualnya, maka ini termasuk mencari kesempurnaan, bukan untuk menghilangkan kotoran.

Para ulama menyaratkan bahwa khitan diwajibkan kepada orang yang tidak takut berkhitan. Sedangkan bagi orang takut celaka atau sakit, maka hukumnya tidak wajib baginya, karena kewajiban tidak berlaku bagi orang yang lemah atau bagi orang yang takut binasa atau bagi orang yang takut celaka atau bahaya.

Dalil tentang kewajiban khitan bagi laki-laki adalah:

Pertama, diriwayatkan dalam banyak hadits bahwa Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam memerintahkan kepada orang yang masuk Islam untuk berkhitan dan asal dari perintah adalah wajib.

Kedua, khitan adalah pembeda antara orang Islam dan orang Nasrani, hingga orang-orang Islam mengetahui siapa-siapa yang terbunuh di antara tentara-tentara mereka dalam peperangan dengan melalui khitan sehingga mereka berkata, "Khitan yang membedakan". Jika khitan menjadi pembeda maka hukumnya wajib karena perbedaan antara orang kafir dan orang Islam hukumnya wajib. Maka dari itu Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam mengharamkan penyerupaan dengan mereka seperti yang disabdakannya,"Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari mereka."

Ketiga, khitan adalah memotong sesuatu dari badan, dan memotong sesuatu dari badan adalah haram dan sesuatu yang haram tidak boleh dijadikan mubah kecuali dengan sesuatu yang wajib. Dengan demikian khitan menjadi wajib.

Keempat, khitan dilakukan oleh wali anak yatim , berarti ini memusuhinya dan memusuhi hartanya karena dia akan memberikan upah kepada orang yang mengkhitan itu. Seandainya khitan tidak wajib maka memusuhi harta dan badan anak yatim itu hukumnya tidak boleh. Bukti-bukti dari hadits dan logika menunjukkan atas wajibnya khitan bagi laki-laki.

Sedangkan bagi wanita, untuk mewajibkan khitan masih perlu dipertimbangkan lagi; pendapat yang paling kuat adalah wajib bagi laki-laki dan mulia bagi perempuan. Jika hadits ini shahih maka dia menjadi pembeda.

Sumber: Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Fatawa arkaanil Islam atau Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji, terj. Munirul Abidin, M.Ag. (Darul Falah 1426 H.), hlm. 230 – 232.

Tiga Cara Penyerangan terhadap Mushaf Utsmani

Oleh: Dr. Ugi Suharto *
Serangan terhadap Mushaf Utsmani dilakukan dengan tiga cara. Melalui periwayatan, melalui penemuan manuskrip lama, dan melalui tafsiran dan kekuatan intelektual

Untuk menyerang dari sisi periwayatan, mereka terpaksa menggunakan senjata ulumul hadits agar riwayat yang awalnya tertolak bisa diterima kembali. Ulama hadits tentu tidak berdiam diri, karena sejak dahulu mereka memang telah memberi sumbangan besar dalam menjaga keutuhan al-Quran. Karena mushaf ini disandarkan pada riwayat yang mutawatir, serangan ini tidak akan mampu merusak Mushaf Utsmani. Apalagi upaya mereka melalui cara ini paling jauh hanya bisa mengangkat kedudukan riwayat syadz (yang menyimpang) menjadi ahad. Itupun dengan syarat riwayat itu tidak bertentangan dengan ayat-ayat al-Quran Mushaf Utsmani lainnya.

Pun, bila usaha itu berhasil, fungsi yang paling tinggi dari riwayat itu paling hanya sebagai tafsir pembantu bagi Mushaf Utsmani. Itu pun belum tentu diterima oleh ijma sebagai salah satu bacaan Utsmani. Jadi sebenarnya, serangan terhadap Mushaf Utsmani melalui jalan ini terlalu banyak makan waktu dan tenaga, tetapi hasilnya tidak seberapa.

Alford T. Welch yang menulis mengenai al-Quran dalam Encyclopaedia of Islam menyatakan keputusasaan para pengkaji Barat itu. Menurutnya, berbagai riwayat mengenai bacaan-bacaan yang telah mereka kumpulkan sekian lama itu tidak terlalu berarti untuk menyerang Mushaf Utsmani.

Ketika mereka gagal meruntuhkan al-Quran dengan jalan riwayat, karena dijaga ketat oleh para ulama hadits, para orientalis itu jadi semakin berang. Kemudian dengan serta merta mereka menuduh bahwa riwayat-riwayat hadits yang mutawatir itu merupakan rekaan para ulama Islam.

Begitulah sikap mereka, bila gagal menyerang al-Quran, maka hadits yang menjadi sasaran. Dan bila gagal menyerang hadits, maka fikih dan ilmu kalam pun akan mereka hantam. Bila gagal lagi, mereka menghantam dan memburu sejarah Islam yang luas dan panjang itu. Mereka memang tidak akan berhenti menyerang sumber-sumber Islam, baik secara halus maupun terang-terangan agar agama Islam menerima nasib yang sama seperti agama mereka.

Cara kedua yang mereka lancarkan adalah melalui penemuan-penemuan manuskrip. Misalnya yang dilakukan oleh Gerd R. Puin baru-baru ini. Ia mengklaim telah menemukan mushaf tua di Yaman yang konon mengandungi qira’ah yang lebih awal dari Qira’ah Tujuh yang terkandung dalam Mushaf Utsmani, walaupun mushaf itu tidak lengkap dan sangat berbeda dengan Mushaf Utsmani.

Tujuan dari klaim itu adalah agar umat Islam yang membaca tulisannya menjadi keliru dan ragu sehingga menganggap bahwa al-Quran pada zaman Sahabat itu satu sama lain saling bertolak belakang. Memang serangan melalui manuskrip lama ini lebih canggih dibandingkan dengan serangan melalui riwayat. Tapi, ketiadaan manuskrip yang mereka inginkan itu jadi masalah yang mengganjal tujuan kajian mereka.

Maka, dengan penemuan manuskrip Yaman di atas, konon Puin ingin mengemukakan bukti bahwa riwayat-riwayat yang bertentangan dengan Mushaf Utsmani itu bukan sekadar isu, tetapi fakta. Beliau turut mengkritik pernyataan Welch yang mengisyaratkan bahwa sebenarnya tidak ada alasan bagi para pengkaji Barat untuk menolak sumber-sumber hadits, sebab apa yang dinyatakan dalam banyak riwayat mengenai isu susunan surah-surah al-Quran adalah mendekati susunan Mushaf Utsmani.

Dengan modal penemuan manuskrip Sana’a di Yaman itu, pernyataan Welch di atas disindir dan diputarbalikkan oleh Puin. Ia merasa bahwa serangannya terhadap Mushaf Utsmani lebih ampuh menggunakan manuskrip dibanding melalui jalan riwayat yang merupakan jalan mati bagi para orientalis yang menggeluti bidang al-Quran.

Memang wajar bagi pengkaji Barat yang berlatar belakang tradisi Ahlul Kitab, Yahudi, dan Kristian, untuk melirik manuskrip lama sebagai senjata utama mereka. Ini karena masalah agama mereka bersumber pada kitab suci mereka sendiri. Mereka ingin agar nasib al-Quran seperti nasib Taurat dan Injil. Mereka mau agar kita juga masuk dalam kelompok Ahlul Kitab! Maha Benar Allah, dengan firman-Nya:

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti millah mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah datang ilmu kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.“ (Al-Baqarah: 120)

Jangan bimbang
Kita, kaum Muslimin, tidak perlu terlalu bimbang dengan serangan baru melalui manuskrip ini, karena kualitas manuskrip itu pada dasarnya sama dengan kualitas riwayat hadits. Sebuah hadits, yang bila dari segi isnadnya nampak sah, tetapi pengertian matannya bertentangan dengan hadits-hadits yang lebih kuat derajat kesahihannya, maka hadis tersebut dianggap syadz (menyimpang). Begitu pula nilai sebuah manuskrip al-Quran dan qiraah-nya. Kesahihan manuskrip maupun riwayat harus menjadi ukuran utama.

Puin mengklaim bahwa manuskrip Sana’a itu lebih tua dari sistem qiraah tujuh atau sepuluh, yang telah diakui mutawatir atau masyhur masing-masingnya oleh para ulama Islam. Kebetulan manuskrip itu mengandung qirah yang lebih banyak daripada qiraah tujuh, sepuluh atau empat belas seperti yang diuraikan dalam Mu‘jam al-Qira`at al-Quraniyyah.

Kita ingin mengatakan kepada Puin bahwa banyaknya qiraah yang terdapat dalam manuskrip itu sebenarnya tidak sahih. Karena apabila ia telah keluar dari qiraah 14 yang memuatkan bacaan ahad, boleh jadi bacaan-bacaan yang banyak itu hanyalah merupakan bacaan yang bernilai syadz (ganjil, menyimpang) ataupun mawdhu’‘ (palsu).

Bacaan-bacaan yang dikategorikan bernilai dha’if (lemah) seperti itu boleh jadi merupakan suatu kesalahan-kesalahan tulisan dalam manuskrip al-Quran yang ditulis secara individual oleh para penulis manuskrip, yang bisa jadi dalam keadaan mengantuk, letih, tidak profesional, dan lain-lain. Perlu disebutkan bahwa asal al-Quran adalah bacaan (qiraah) yang diperdengarkan, barulah tulisan (rasm) mengikutinya.

Prinsip yang disepakati adalah al-rasm tabi‘ li al-riwayah (tulisan teks mengikuti periwayatan). Karena itu, faktor periwayatan dari mulut ke mulut sangatlah penting. Hal itu telah dilakukan oleh para sarjana dan penghafal al-Quran yang berwibawa. Tetapi para orientalis ingin menyodorkan pemikiran mereka yang menyeleweng dengan mengatakan bahwa bacaan al-Quran mestilah mengikuti teks tulisan (rasm), sekalipun tulisan itu salah.

Pantaslah nenek moyang mereka yang Ahlul Kitab itu tersesat sejak dahulu, karena mereka hanya berpegang dengan teks tulisan dan telah kehilangan isnad dan sandaran yang kukuh dalam periwayatan kitab suci mereka. Mungkin karena sebab itu pula mereka dipanggil Ahlul Kitab, karena mereka itu memang, seperti kata Prof. Naquib al-Attas, bookist.

Para ulama Islam awal telah membuat perbedaan antara al-Quran dengan qiraah. Al-Quran adalah bacaan mutawatir yang diterima oleh keseluruhan umat Islam, dibaca dalam shalat,dan menolak bacaan itu adalah kufur. Sedangkan pada qiraah tidak demikian. Mereka juga telah meletakkan syarat-syarat penerimaan qiraah. Pembahagian qiraah yang kita sebutkan di atas menunjukkan kategori penerimaan dan penolakan terhadap sesuatu qiraah. Oleh karena itu tidak semua qiraah dapat diterima. Kalaupun diterima, belum tentu bacaan itu dibenarkan untuk dibaca dalam shalat. Dan hal ini tidak berarti qiraah tersebut tidak bermakna, karena fungsi bacaan itu masih boleh membantu dalam ilmu tafsir. Jadi penemuan Puin mengenai banyak terdapatnya qiraah dalam manuskrip itu mungkin sekali termasuk qiraah-qiraah yang dha’if , yang tidak akan diterima para ulama.

Agaknya Puin tidak begitu mengindahkan tiga rukun utama yang mesti dipenuhi agar setiap qiraah itu bisa diterima. Rukun-rukun yang telah disepakati itu adalah: pertama, qiraah mestilah sesuai dengan tata bahasa Arab, walaupun itu hanya dari satu pengertian (wajh); kedua, qiraah mesti juga sesuai dengan salah satu dari Mushaf Utsmani, walaupun itu hanya dari segi kemungkinannya (ihtimal); dan ketiga, qiraah juga mesti sah sanad periwayatannya. Apabila salah satu rukun itu tidak terpenuhi, maka qiraah tadi dianggap dha’if (lemah), syadzh (ganjil) atau batil.

Menurut Ibnu al-Jazari, ketentuan itu adalah sahih di mata para pengesah (pentahqiq), baik di kalangan ulama salaf (ulama di masa awal) ataupun khalaf (ulama yang terkemudian). Uraian terperinci terhadap ketiga rukun itu terdapat dalam kajian ‘Ulum al-Quran. (hidayatullah)

Tiga Tantangan Dakwah Umat Islam

Sebelum maraknya paham liberal, cendekiawan Muslim Mohammad Natsir telah menyampaikan 3 tantangan dakwah. Baca Catatan Akhir Pekan [CAP] Adian ke-260

Oleh: Adian Husaini

hidayatullah.com--Harian Republika (20/4/2009) menurunkan berita berjudul “Tiga Tantangan Dakwah Umat Islam”. Berita itu mengutip bagian orasi ilmiah yang saya sampaikan di Aula Masjid al-Furqan - Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia pada 18 April 2009. Tiga tantangan dakwah eksternal itu saya ambil dari rumusan Mohammad Natsir yang disampaikan kepada sejumlah cendekiawan Muslim pada tahun 1986-1987.

Ketika itu, sejumlah cendekiawan – seperti Dr. M. Amien Rais, Dr. Kuntowijoyo, Dr. Yahya Muhaimin, Dr. A. Watik Pratiknya, dan Endang S. Anshari -- melakukan wawancara intensif dengan Dr. Mohammad Natsir. Mereka menggali pemikiran Natsir dengan sangat intensif. Berulangkali wawancara dilakukan. Sayang, hasil rekaman wawancara itu kemudian tidak terselamatkan. Dokumen yang tersisa hanya sebuah buku setebal 143 halaman, berjudul Percakapan Antar Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak (1989).

Tentu saja, buku ini menjadi sangat penting, karena merekam pemikiran dan pesan-pesan perjuangan Dr. Mohammad Natsir kepada generasi pelanjutnya. Natsir memang dikenal sebagai seorang pejuang dan pemikir Islam, yang pada 7 November 2008 diberi gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah RI.

Kiprah M. Natsir dalam perjuangan Islam dikenal secara luas, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia Islam. Meskipun buku Percakapan Antar Generasi itu mengemukakan gagasan-gagasan singkat, tetapi banyak pemikiran penting yang bisa dipetik dari seorang M. Natsir, yang ketika itu sampai pada tahap-tahap kematangan pemikirannya, setelah berkiprah dalam dunia dakwah lebih dari 60 tahun.

Dalam buku Percakapan Antar Generasi: Pesan Perjuangan Seorang Bapak, M. Natsir menyebutkan, ada tiga tantangan dakwah yang dihadapi umat Islam Indonesia, yaitu (1) Pemurtadan, (2) Gerakan sekularisasi, dan (3) gerakan nativisasi. Sepanjang hidupnya, Natsir sangat peduli dengan ketiga tantangan dakwah tersebut.

Untuk menanggulangi Kristenisasi, Natsir aktif menggerakkan kader-kader Muslim untuk membendung arus Kristenisasi. Ia pun aktif menulis buku-buku seputar Kristenisasi. Meskipun berteman dengan sejumlah tokoh Kristen, Natsir tidak rela umat Islam menjadi sasaran gerakan pemurtadan melalui Kristenisasi. Berikut ini, sebuah contoh imbauan M. Natsir kepada kaum Kristen di Indonesia:

"Hanya satu saja permintaan kami: Isyhaduu bi anna muslimuun. Saksikanlah dan akuilah bahwa kami ini adalah Muslimin. Yakni orang-orang yang sudah memeluk agama Islam. Orang-orang yang sudah mempunyai identitas-identitas Islam. Jangan identitas kami saudara-saudara ganggu, jangan kita ganggu-mengganggu dalam soal agama ini. Agar agama-agama jangan jadi pokok sengketa yang sesungguhnya tidak semestinya begitu. Marilah saling hormat menghormati identitas kita masing-masing, agar kita tetap bertempat dan bersahabat baik dalam lingkungan "Iyalullah" keluarga Tuhan yang satu itu.

Kami ummat Islam tidak apriori menganggap musuh terhadap orang-orang yang bukan Islam. Tetapi tegas pula Allah SWT melarang kami bersahabat dengan orang-orang yang mengganggu agama kami, agama Islam. Malah kami akan dianggap zalim bila berbuat demikian (almumtahinah). Dengan sepenuh hati kami harapkan supaya saudara-saudara tidaklah hendaknya mempunyai hasrat sebagaimana idam-idaman sementara golongan orang-orang Nashara yang disinyalir dalam Al Quran yang tidak senang sudah, bila belum dapat mengkristenkan orang-orang yang sedang beragama Islam. Mudah-mudahan jangan demikian, sebab kalau demikian maka akan putuslah tali persahabatan, akan putus pula tali suka dan duka yang sudah terjalin antara kita semua.

Jangan-jangan nanti jalan kita akan bersimpang dua dengan segala akibat yang menyedihkan. Baiklah kita berpahit-pahit, kadang-kadang antara saudara dengan saudara ada baiknya kita berbicara dengan berpahit-pahit, yakni yang demikian tidaklah dapat kami lihatkan saja sambil berpangku tangan.

Sebab, kalaulah ada sesuatu harta yang kami cintai dari segala-galanya itu ialah agama dan keimanan kami. Itulah yang hendak kami wariskan kepada anak cucu dan keturunan kami. Jangan tuan-tuan coba pula memotong tali warisan ini." (Seperti dikutip oleh Prof. Umar Hubeis dalam mukaddimah buku Dialog Islam dan Kristen, yang ditulis oleh Bey Arifin, 1983:28-29).

Jadi, kata M. Natsir: "harta yang kami cintai dari segala-galanya itu ialah agama dan keimanan kami". Ungkapan itu mengindikasikan keseriusan seorang Muslim yang peduli dengan aqidah umat. Bagi seorang Muslim, mempertahankan keimanan adalah hal terpenting. Tugas berikutnya adalah melaksanakan aktivitas amar ma’ruf nahi munkar, yakni memperjuangkan tegaknya kebenaran dan mencegah serta melawan kemunkaran, yang sering diistilahkan oleh M. Natsir sebagai aktivitas “binaa’an wa difaa’an.”

Tantangan kedua yang disebutkan M. Natsir adalah sekularisasi. Dalam pesannya kepada generasi Amien Rais dan kawan-kawan tersebut, M. Natsir menyatakan bahwa selain timbul secara ”alamiah” akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sekularisasi juga dilakukan secara aktif oleh sejumlah kalangan. Menurutnya, sekularisasi otomatis akan berdampak pada pendangkalan aqidah. Tentang hal ini, M. Natsir menyatakan:

Namun demikian, proses sekularisasi yang terjadi seperti ”alamiah” sejalan dengan perkembangan zaman di atas, rupanya dihidup-hidupkan oleh sekelompok orang. Saya sebut ”dihidup-hidupkan” karena memang kita mengetahui ada usaha aktif untuk terjadinya proses sekularisasi ini. Di tahun tujuh-puluhan kita ingat adanya ”gerakan sekularisasi” dalam rangka apa yang mereka sebut ”pembaharuan” Islam. Demikian pula yang terjadi akhir-akhir ini, ada ”reaktualisasi”, ada ”kontekstualisasi”, dan sebagainya. Jadi memang ada usaha aktif.

Proses sekularisasi ini amat nyata terutama dalam sistem pendidikan kita. Pelajaran atau pemahaman agama diberikan bukan saja dalam content yang terbatas, tetapi diberikannya pelajaran lain yang isinya mengaburkan atau bahkan bertentangan dengan tujuan mendidik manusia religius. Proses sekularisasi juga menggunakan jalur publikasi dan media massa. Baik dalam bentuk buku-buku maupun tulisan. Dalam kaitan ini saya mengajak pada para intelektual muslim khususnya untuk memikirkan bagaimana menghadapi arus sekularisasi ini, baik yang terjadi secara alamiah maupun yang disengaja.”

Ketika itu, M. Natsir sangat prihatin dengan gerakan pembaruan Islam dan sekularisasi yang digerakkan oleh Nurcholish Madjid. Pada 3 Januari 1970, Nurcholish Madjid, yang ketika itu menjabat Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI), secara resmi menggulirkan perlunya dilakukan sekularisasi Islam dan juga proses Liberalisasi. Dalam makalahnya yang berjudul: “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi Umat”, Nurcholish Madjid menyatakan: “…pembaruan harus dimulai dengan dua tindakan yang saling erat hubungannya, yaitu melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Nostalgia, atau orientasi dan kerinduan pada masa lampau yang berlebihan, harus diganti dengan pandangan ke masa depan. Untuk itu diperlukan suatu proses liberalisasi. Proses itu dikenakan terhadap “ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan Islam” yang ada sekarang ini...” Untuk itu, menurut Nurcholish, ada tiga proses yang harus dilakukan dan saling kait-mengait: (1) sekularisasi, (2) kebebasan intelektual, dan (3) ‘Gagasan mengenai kemajuan’ dan ‘Sikap Terbuka’.

Sebagai orang tua yang mengaku sangat berharap pada Nurcholish Madjid, Natsir akhirnya kecewa dengan gagasan dan gerakan sekularisasi tersebut. Pada 1 Juni 1972, dilakukan pertemuan tokoh-tokoh di kediaman M. Natsir. Semula, pertemuan itu bukan untuk membahas fenomena gagasan Pembaharuan, tetapi akhirnya hal itu menjadi pembahasan pokok ketika Natsir mengungkapkan masalah tersebut. Meskipun mengaku sudah menganggap Nurcholish Madjid seperti “anak sendiri”, tetapi Natsir mengaku risau dengan hasrat gagasan Pembaharuan yang ingin “menjauhkan diri dari “cita-cita akidah dan umat Islam.” (Lihat, Muhammad Kamal Hassan, Modernisasi Indonesia: Respon Cendekiawan Muslim (Ciputat: Lingkaran Studi Indonesia, 1987),

Natsir sendiri memandang bahwa modernisasi dalam Islam harus diartikan sebagai ”kembali kepada yang pokok atau keaslian”, bukan ”menyimpang dari yang telah ada, tanpa melihat baik dan buruknya”. Sedangkan pengertian ”Tajdid”, Natsir mengutip dari tokoh Muhammadiyah KH Faqih Usman, yaitu ”mengintrodusir kembali apa yang dulu pernah ada tetapi ditinggalkan.” Yaitu, ”membersihkan kembali Islam dari apa yang telah ditutupi oleh ”noda-noda”.” (Lihat, Percakapan antar-Generasi, hal. 25-26).

Karena memandang sekularisasi dan sekularisme sebagai ancaman yang serius bagi umat Islam, maka M. Natsir mencurahkan segenap tenaganya untuk menghadapi paham seperti ini. Bahkan, pada hampir sebagian besar masa hidupnya, Natsir telah melibatkan diri secara aktif dalam upaya menanggulangi dan melawan gerakan sekularisasi. Sebelum masa kemerdekaan, bersama gurunya, A. Hassan, Natsir sudah terlibat polemik dengan Soekarno.

Setelah merdeka, Natsir terus berjuang menawarkan Islam sebagai solusi bagi bangsa Indonesia dan menjelaskan bahaya sekularisme. Pada Sidang Konstituante pada 13 November 1957, Natsir menyampaikan pidato yang bersejarah tentang Islam dan sekularisme. Ketika itulah, Natsir mengupas tuntas kelemahan sekularisme, yang dia katakan sebagai paham tanpa agama, atau la diiniyah.

Sekularisme, kata Natsir, adalah suatu cara hidup yang mengandung paham, tujuan, dan sikap hanya di dalam batas keduniaan. ”Seorang sekularis tidak mengakui adanya wahyu sebagai salah satu sumber kepercayaan dan pengatahuan. Ia menganggap bahwa kepercayaan dan nilai-nilai itu ditimbulkan oleh sejarah ataupun oleh bekas-bekas kehewanan manusia semata-mata dan dipusatkan kepada kebahagiaan manusia dalam kehidupan sekarang ini belaka,” ujar Natsir.

Natsir dengan tegas menawarkan kepada Sidang Konstituante agar menjadikan Islam sebagai dasar negara RI. Kata Natsir, ”Jika dibandingkan dengan sekularisme yang sebaik-baiknya pun, maka adalah agama masih lebih dalam dan lebih dapat diterima oleh akal. Setinggi-tinggi tujuan hidup bagi masyarakat dan perseorangan yang dapat diberikan oleh sekularisme, tidak melebihi konsep dari apa yang disebut humanity (perikemanusiaan). Yang menjadi soal adalah pertanyaan, ”Di mana sumber perikemanusiaan itu?”

Jika ditelaah, pidato Natsir itu sangat mendasar sifatnya. Natsir sudah mengkritik paham ”kemanusiaan” yang dijadikan pilihan bagi kaum sekular yang menafikan peran Tuhan sebagai sumber kemanusiaan. Padahal, paham kemanusiaan inilah yang kini dijadikan banyak orang untuk melandasi konsep-konsep HAM. Demi ”kemanusiaan”, kaum sekular memandang baik perkawinan sesama jenis dan perkawinan lintas agama. Juga demi kemanusiaan, kaum sekular memandang perzinahan sebagai hal yang baik, selama dilakukan suka sama suka. Begitu juga, dengan alasan ”kemanusiaan” dan ”nilai kesenian”, kaum sekular mendukung hak untuk ”bertelanjang” dengan alasan ”kebebasan berekspresi”.

Karena itulah, Natsir mempersoalkan, ”di mana sumber kemanusiaan”? Islam menegaskan, bahwa sumber nilai kemanusiaan adalah wahyu, bukan perasaan manusia atau budaya manusia. Karena wahyu, maka ia bersifat universal, abadi, dan pasti. Seorang Muslim, misalnya, pasti mengasihi sesama makhluk, karena berdasarkan pada keimanannya. Tetapi, Nabi Ibrahim a.s. terpaksa harus berpisah dengan ayahnya karena urusan keimanan. Sejumlah muslimah di Mekkah memilih untuk meninggalkan suami mereka karena urusan iman. Aspek ”iman” inilah yang luput dari pemikiran kaum sekular. Kaum feminis sekular yang menolak konsep ”pengabdian pada suami” bagi wanita, menafikan aspek iman. Padahal, banyak muslimah merasakan kebahagiaan dalam hidupnya karena yakin, bahwa mentaati perintah suami adalah satu bentuk ibadah.

Karena itulah, Natsir mengajak bangsa Indonesia untuk secara serius meninggalkan pandangan hidup sekular. Karena perhatiannya yang begitu serius terhadap masalah sekularisme ini, Natsir memang tidak sejalan dengan gagasan sekularisasi Nurcholish Madjid. Natsir juga mendukung usaha Prof. HM Rasjidi yang menerbitkan dua buku berisi kritik terhadap pemikiran Nurcholish Madjid. Tahun 1972, Rasjidi menulis buku Sekularisme dalam Persoalan Lagi: Suatu Koreksi atas Tulisan Drs. Nurcholish Madjid, (Jakarta: Jajasan Bangkit). Setahun kemudian, Rasjidi kembali menulis buku berjudul Suatu Koreksi Lagi bagi Drs. Nurcholish Madjid, (Jakarta: DDII, 1973). Sebagai seorang senior yang berpengalaman belajar pada para orientalis di Barat dan juga mengajar di McGill University, Prof. Rasjidi seperti tidak tahan lagi melihat kekeliruan pemikiran Nurcholish Madjid. Dalam kritik-kritiknya, Rasjidi juga mengupas upaya Nurcholish Madjid yang ’arbitrair’ (semena-mena) dalam menggunakan istilah tertentu.

Tantangan ketiga yang disebut M. Natsir adalah ”nativisasi”. Upaya ini dilakukan baik secara sistematis atau tidak, untuk menafikan peran Islam dalam pembentukan kebudayaan Indonesia. Islam dianggap sebagai barang asing yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa. Upaya nativisasi ini telah kita bahas dalam CAP 259, sebagaimana dilakukan oleh orientalis Belanda, seperti Snouck Hurgronje. [www.hidayatullah.com]

Selasa, 12 Mei 2009

Pakistan, Negeri Paling “Berbahaya” di Dunia

OTTAWA (Arrahmah.com) - Menteri Pertahanan Kanada, Peter MacKay mengatakan serangan-serangan "ekstrimis" dalam beberapa tahun belakangan menjadikan Pakistan sebagai negeri paling berbahaya di dunia.

"Aku benar-benar khawatir dengan para ektrimis," ujarnya dalam sebuah konferensi pers. "Ketidakstabilan di Pakistan dalam penglihatanku membuat Pakistan menjadi negeri paling berbahaya di dunia."

Sekitar 12.000-15.000 tentara boneka Pakistan telah dikerahkan untuk bertempur melawan pejuang-pejuang Islam di tiga distrik di bagian Baratlaut Pakistan dalam operasi yang disebut Islamabad sebagai pertempuran untuk "menghabisi" militan. Juga dilabeli oleh Washington sebagai ancaman teror terbaik untuk Barat.

MacKay juga mengatakan rekrutmen dan persenjataan Taliban Pakistan juga mampu memukul NATO dalam usaha-usahanya memerangi "militan" di wilayah perbatasan di mana Kanada telah menyebarkan sekitar 2.800 tentaranya di sana.

"Selama militan dibiarkan berkembang di Pakistan, masalah Afghanistan semakin menjadi nyata, semakin sulit," tambahnya. (haninmazaya/yahoo/arrahmah.com)

Inggris, Paksa Koki Muslim Masak Babi

Dari banyaknya tekanan dalam kehidupan Muslim di Barat, menghindari daging babi merupakan satu diantara tekanan-tekanan tersebut, terutama jika seorang koki Muslim dipaksa untuk mengolah daging babi dalam pekerjaan tersebut.

Hasanali Khoja, seorang koki Muslim berusia 60 tahun di Inggris, mengatakan pada sebuah pekerjaan pengadilan di Watford pada hari Senin, ia “ditekan dan dihina” setelah majikannya memintanya untuk mengolah produk-produk daging babi dengan mengesampingkan kepercayaannya.

Khoja diminta untuk memasak menu ‘sarapan pagi 999’, sebuah makanan yang populer diantara petugas kepolisian dan terdiri dari sosis, daging bacon dan puding hitam. Makanan tersebut mendapat julukan seperti itu, karena makanan tersebut merupakan makanan tradisional bagi para petugas polisi dalam porsi yang besar untuk memulai hari.



Khoja mengajukan tuntutan sebuah klaim diskriminasi keagamaan melawan Polisi Metropolitan pada 2007 mengklaim bahwa ia adalah korban dari isyarat rasis dan diskriminasi keagamaan. Ia menuduh bossnya, Paul Bell, pada dapur polisi di bandara Heathrow – dimana Khoja dipindahkan pada 2007 – atas perbuatannya membuat isyarat-isyarat rasis ketika Khoja menolak untuk memasak sosis daging babi dan bacon.

Khoja mengatakan bahwa tindakan pencegahan seperti mamakai sarung tangan atau memegang daging babi dengan penejepit tidaklah cukup, Khoja mengatakan kepada pengadilan, seakan-akan tindakannya tersebut tidak akan melindunginya dari resiko cipratan minyak ketika memasak daging babi. Mengklaim bahwa cipratan tersebut akan melanggar kewajiban dari kepercayaannya.

Kemudian selama enam bulan ia menderita karena stress.

Kemarin, ia mengatakan pada sebuah sidang dengar pendapat di Watford bahwa setelah pelatihan di Austria dan sampai di Inggris pada 1980, ia telah bekerja untuk beberapa restoran dan hotel sebelum melamar sebuah pekerjaan sebagai manager katering senior dengan Met pada 2004.

Pada wawancara tersebut ia mengatakan pada direktur katering Peter Pierce bahwa ia adalah seorang anggota dari kelompok pekerjaan Agen Standar Makanan Halal.

Khodja mengatakan: “Saya menjelaskan bahwa saya akan mempunyai masalah dalam mengolah produk-produk daging babi. Pada waktu itu saya menjabat sebagai manager katering senior yang terutama terlibat tugas-tugas administratif dan tidak mengolah makanan.’

Ia kemudian dipilih untuk pekerjaan tersebut, tetapi setelah kemampuan komputernya ditemukan mulai berkurang dan ia gagal dalam dua penilaian, Ia diturunkan menjadi ‘manajer katering yang lebih tinggi’.

Ia didaftarkan pada pusat pelatihan the Met di Hendon, London Utara dan tetap disana selama dua tahun. Tugas-tugasnya melibatkan manajemen dan memastikan keamanan makanan.

Tetapi selama sebuah pelatihan ia dan seorang teman manajer diperintahkan untuk menyiapkan menu sarapan 999 untuk petugas kepolisian pada pagi hari.

Khoja mengatakan bahwa temannya tersebut menggoreng bacon dan sosis, sementara ia menyiapkan telur dan roti panggang.

Khoja menuduh Scotland Yard menolak untuk menjamin bahwa ia tidak akan menangani daging babi lagi. Dalam terbitan terdahulunya pada 2004, sebagai seorang manajer katering senior di Hendon Police College di London Utara, koki Muslim tersebut dibebaskan dari keharusan memasak daging babi. Atas pemindahannya, manager sumber daya manusianya yang baru mengatakan pada Khoja bahwa tidak ada perjanjian semacam itu yang dijamin.

Pegawai pengadilan merupakan badan peradilan independen yang menentukan perselisihan antara para majikan dan pegawainya atas hak-hak pegawai. Persidangan Khoja diharapkan mempertimbangkan masalah keagamaannya melawan majikannya dan untuk menyelesaikan perselisihan tersebut atau menyelesaikannya melalui kompensasi.

SuaraMedia.com

Hotel Austria,"Sorry Room Not For Yahudi"

Sebuah hotel di Wilayah Tyrol, Austria, secara terang-terangan menyatakan tidak akan menerima tamu-tamu Yahudi. Pihak hotel menuliskan di hotelnya 'Tidak Ada Kamar untuk Yahudi'. Demikian seperti disitat aljazeera, Senin (11/5).

Harian setempat Tiroler Tageszeitung, seperti dilansir aljazeera, menyebutkan bahwa keputusan hotel itu telah memicu polemik di media massa setempat dan di kalangan industri parawisata.

Sebelumnya diberitakan bahwa sebuah keluarga yang beranggotakan tujuh orang dan bermukim di Wina telah memesan kamar di Hotel Haus Sonnenhof di Desa Serfaus. Namun pemilik hotel memberikan jawaban melalu surat elektronik bahwa meski banyak kamar kosong tapi pihaknya tak akan menerima orang-orang Yahudi itu karena mereka punya pengalaman buruk sebelumnya dengan orang-orang Yahudi.

Sementara pemilik Hotel Alpenruh-Micheluzzi, Petra Micheluzzi, menngatakan kepada German Press Agency DPA bahwa penolakan yang dilakukan pihak hotel di Tyrol itu akan menghancurkan upaya keras yang telah dilakukan para pelaku industri parawisata.

Untuk diketahui, dalam beberapa tahun terakhir wilayah Serfaus dan sekitarnya adalah wilayah yang sangat menarik perhatian wisatawan Yahudi, di mana sejumlah hotel di wilayah tersebut mulai menyeiapkan hidangan makanan-makanan yang sesuai dengan ritual Yahudi.

Disangka Lawan Eh..Temen Sendiri Ditembak

Seorang serdadu Amerika Serikat (AS) menembak mati lima rekannya di suatu pusat konseling di Baghdad, Irak. Diduga, prajurit itu menderita stress setelah terus-menerus ditugaskan di wilayah perang.

Peristiwa teman-tembak-teman merupakan fenomena biasa saat AS turun dalam kancah Perang Vietnam. Namun, peristiwa itu jarang terjadi di Irak dan Afganistan.

Keterangan tertulis militer AS mengungkapkan bahwa pelaku dibawa ke tahanan setelah melakukan penembakan di barak militer Camp Liberty, yang terletak dekat Bandar Udara Internasional Baghdad, Senin pukul 14 waktu setempat (Senin malam WIB).

Mendengar insiden itu, Presiden Barack Obama mengaku terkejut dan sedih. Padahal, bulan lalu Obama mengunjungi barak militer yang berada di sebelah lokasi penembakan.

"Kami sepenuhnya paham atas apa yang menyebabkan tragedi itu muncul," kata Obama tanpa menjelaskan lebih lanjut. Saat itu, Obama baru saja bertemu dengan Menteri Pertahanan Robert Gates di Washington DC, Senin sore waktu setempat (Selasa dini hari WIB).

Sementara itu, pihak militer belum bersedia mengungkapkan identitas pelaku dan korban. Pejabat Departemen Pertahanan mengungkapkan bahwa penembakan terjadi di suatu klinik sekaligus pusat konseling.

Di tempat itu, para tentara bisa berkonsultasi dengan pakar terkait dengan stress maupun ganggung jiwa yang mereka derita. Masalahnya bisa berupa tekanan berada di wilayah pertempuran maupun karena masalah keluarga.

Para serdadu biasanya boleh membawa senjata api di Camp Liberty dan barak-barak lain. Namun, begitu di dalam, senjata mereka harus dalam keadaan kosong dari peluru.

Pelaku penembakan adalah seorang pasien klinik.[vivanews]

Jumat, 08 Mei 2009

Dan Brown: “Jika Anda Tanya Tiga Orang Apa Arti Kristen, Anda Akan Mendapatkan Tiga Jawaban Berbeda”

"Harapan saya, novel ini, selain menghibur pembaca, juga membuka kesadaran memulai menjelajah dan menyalakan imannya kembali, " ujar Dan Brown dalam sebuah wawancara

Novel "The Davinci Code" karya Dan Brown yang kini sudah banyak beredar di toko buku -bahkan sudah diterjemahkan bahasa Indonesia-memang sangat ‘menyengat para teolog Kristen dan kalangan gereje. Lucien Liere, dosen Dogmatika STT Jakarta seperti seperti dikutip majalah Rajawali mengatakan, fakta yang disampaikan Brown hanyalah mistik abad pertengahan.

Lain halnya dengan Pdt Samuel B. Hakh. Menurut Samuel, Brown adalah penganut gnostik yang sangat menyimpang dari inti iman Kristen. Karena, aliran ini tidak mengakui kemanusiaan Yesus, cuma roh saja. Dan mereka juga tak percaya Yesus mati atau bangkit lagi. Yang jelas, inti ajaran Kristen terus diperdebatkan. Apa dan mengapa Dan Brown hingga membuat novel tersebut? Di bawah ini kutipan wawancara pria yang juga menulis novel berjudul Angels and Demons itu dengan salah satu televisi terkenal di Inggris.

Di halaman fakta disebutkan novel ini adalah fakta sejarah. Seberapa benar Novel ini?

The Davinci Code adalah novel fiksi. Memang pelaku dan tindakan dalam buku ini tidak nyata tetapi hasil karya, arsitektur, dokumen dan ritual rahasia di dalamnya memang ada. Misalnya lukisan Leonardo Da Vinci, Gnostic Gospel, Hieraos Damos, dan lain-lain. Elemen-elemen yang nyata ini digabungkan dengan karakter-karakter fiksi. Ketika anda membaca halaman "fakta", anda lihat disitu disebutkan bahwa setiap dokumen, organisasi, karya seni, dan karya arsitektur di dalam novel ini adalah nyata.

Bukankah novel ini anti Kristen dan tanggapan anda tentang kritik cendekiawan Kristen?

Nggak. Buku ini tidak anti apapun. Hanya sekedar novel. Saya menulis cerita karena mendalami Kristen yang menarik perhatian saya. Sebagaian besar orang Kristen sadar bahwa buku ini memancing diskusi dan perdebatan. Berbahaya dan anti Kristen. Tapi banyak penghotbah, suster dan pendeta malah berterimakasih karena percaya novel ini memunculkan hal yang menarik dalam iman dan sejarah Kristen.

Novel ini bisa jadi suatu cara untuk mendalami atau mengintrosepski imannya. Mereka dan saling bertentangan, namun kritik itu akan memunculkan sinergi positif. Kontroversi dan dialog bagus untuk keimanan. Agama punya satu musuh --yaitu kelesuan iman-- dan debat adalah obatnya.

Beberapa fakta sejarah dalam vovel ini berbeda dengan sejarah yang dipelajari?

Sejak awal, pelajaran sejarah memang ditulis sama para "pemenang sejarah", Mereka yang menentukan sistem yang bikin kita punya pengertian seperti ini.

Walaupun begitu, kita masih bisa mencari "keakuratan sejarah" dari situ, seberapa cocok sama sejarah yang pernah kita pelajari.

Apakah anda orang Kristen?

Ya. Yang menarik, jika anda bertanya pada tiga orang apa arti Kristen, anda akan dapatkan tiga jawaban yang berbeda. Ada yang merasa cukup dibaptis saja. Ada yang merasa harus menerima Alkitab sebagai fakta sejarah yang nyata dan lain sebagainya. Iman itu adalah kesatuan, dan kita terjebak pada pengertian yang sama. Dengan menerima konsep yang kaku tentang iman, kita tidak melihat lagi kenyataan lain.

Topik novel ini sangat kontrovesrial. Anda tidak khawatir akibatnya?

Ide novel ini sudah ada berabad-abad. Bukan ide saya semata. Harus diakui, ini mungkin pertama kali ide ditulis dalam cerita triller, namun isinya bukan hal yang baru.

Harapan saya, novel ini, selain menghibur pembaca, juga membuka kesadaran memulai menjelajah dan menyalakan imannya kembali.

Di kover ditulis: "Konspirasi terbesar selama 2000 tahun terakhir." Apa maksudnya?

Rumor tentang konspirasi ini sudah dibisikkan sepanjang masa memakai banyak bahasa, termasuk bahasa musik, seni dan literatur.


Sebagaian bukti yang dramatis ini dapat ditemukan pada lukisan Leonardo Da Vinci, yang kelihatannya menyatu bersama simbol-simbol, penyimpangan dan kode-kode yang samar. Para ahli sejarah seni setuju bahwa pada lukisan Leonardo Da Vinci terdapat arti yang tersembunyi.

Para cendekiawan juga percaya karya tersebut memberikan petunjuk-petunjuk yang merujuk pada rahasia besar. Rahasia yang sampai sekarang masih dilindungi kelompok rahasia yang pernah diikuti Leonardo Da Vinci. (rjwl/cha)

"Promosi Perkawinan Lesbi di Trans-TV"

Dalam acara Good Morning, salah satu stasiun TV swasta, Trans TV melakukan kampanye legalisasi perkawinan sejenis. Lesbi digambarkan sebagai pejuang. Baca Catatan Akhir Pekan Adian Husaini ke-104

Pada Hari Senin, 13 Juni 2005, pukul 08.30 WIB, dalam acara Good Morning, Trans TV melakukan kampanye legalisasi perkawinan sesama jenis. Ketika itu ditampilkan sosok wanita lesbi bernama Agustin, yang mengaku sudah 13 tahun hidup bersama pasangannya yang juga seorang wanita.

Agustin, yang mengaku menyukai sesama wanita sejak umur 12 tahun, ditampilkan sebagai sosok yang “tertindas”, diusir oleh keluarganya, pindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain, gara-gara dirinya seorang lesbi. Kini ia bekerja di LSM Koalisi Perempuan Indonesia.

Ketika ditanya, mengapa dia berani membuka dirinya, sebagai seorang lesbi, Agustin menyatakan, bahwa dia sudah capek berbohong. Dia ingin jujur dan mengimbau masyarakat bisa memahami dan menerimanya.

Praktik hubungan seksual dan perkawinan sesama jenis, katanya, adalah sesuatu yang baik. Seorang psikolog yang juga seorang wanita (tidak dijelaskan apakah dia lesbi atau tidak) juga menjelaskan bahwa homoseksual dan lesbian bukan praktik yang abnormal, tetapi merupakan
orientasi dan praktik seksual yang normal.

Acara Trans TV itu tentu saja perlu diberi perhatian serius oleh kaum Muslimin. Sebab, ini merupakan kampanye dan promosi perkawinan sesama jenis yang bersifat massal dan terbuka. Selama ini, banyak TV yang menayangkan acara –baik sinetron, komedi, film– yang secara terselubung berisi kampanye dukungan buat kaum homo.

Hanya saja, biasanya tidak sampai kepada bentuk dukungan terhadap perkawinan sesama jenis.
Setelah acara itu, saya mengirimkan banyak SMS kepada beberapa tokoh Islam di Indonesia. Namun, hampir seminggu ini, belum ada reaksi.

Mungkin tokoh-tokoh Islam sedang sibuk, atau sedang mengalami “kegagapan” menghadapi arus globalisasi dan hegemoni media televisi yang saat ini menjadi “penguasa moral” dan penentu nilai-nilai moral baru di tengah masyarakat.

Salah satu dampak globalisasi adalah lahirnya sikap “ketidakberdayaan” (powerless) yang gagap dan gamang dalam menyikapi kedigdayaan media informasi seperti TV. Kasus Inul, Dewa, dan sebagainya, menunjukkan, bagaimana tokoh-tokoh dan institusi keagamaan yang mencoba melawan kebathilan itu akhirnya justru dihajar habis-habisan, dilecehkan, diperhinakan oleh sang
penguasa media TV.

Melalui kekuasaannya, sang media mampu mengarahkan opini publik, bahwa yang menolak
praktik-praktik kemaksiatan adalah orang-orang yang naif, emosional, berpikiran sempit, sok moralis, dan sebagainya.

Lihatlah, hingga kini, berbagai stasiun TV secara bergiliran menampilkan figur Artika Sari Devi, putri Indonesia yang berhasil masuk 15 besar dalam kontes Miss Universe di Bangkok tahun ini. Semua TV memuji Artika sebagai sosok yang sabar menghadapi ujian yang berat –berupa protes-protes sebagian masyarakat– dan telah mengharumkan nama bangsa di dunia internasional.

Orang-orang yang protes keikutsertaan Artika diposisikan sebagai berwawasan sempit, karena
mempersoalkan soal kecil, yaitu masalah “pakaian renang”.

Bahkan, Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, Meutia Hatta secara implisit juga ikut mengakui jasa Artika buat bangsa. Opini publik digiring dengan sangat kuat, untuk mengakui bahwa Artika adalah pahlawan bangsa, sedangkan yang memprotes Artika adalah manusia-manusia picik, naif dan dungu.

Apa yang sedang terjadi saat ini adalah terjadinya penghancuran besar-besaran terhadap nilai-nilai
kebenaran dan kebathilan dalam masyarakat kita. Jika digunakan teori konspirasi, ternyata hal ini sulit lagi dipetakan. Meskipun sebagian besar pemilik stasiun TV adalah non-Muslim, tetapi ternyata TV yang dimiliki Muslim (seperti Trans TV dan Lativi) juga tidak jauh beda cara berpikir dan berperilakunya dengan stasiun TV yang dimiliki orang non-Muslim.

Tampak yang dominan adalah pola pikir “materialisme” dan “kapitalisme” yang mengedepankan keuntungan materi. Yang menjadi tolok ukur suatu acara layak ditayangkan atau tidak di TV, adalah “rating” dan daya tarik iklan.

Kampanye penyesatan, pergeseran, dan penghancuran nilai-nilai moral tampaknya dirancang dengan sangat canggih. Sebagai contoh dalam kasus Artika. Orang tidak diajak berdiskusi dalam soal substansi tentang nilai manusia, tetapi dibelokkan ke masalah “pakaian renang.”

Acara-acara kontes kecantikan adalah sebuah bentuk penistaan manusia dan penghancuran tata nilai kemanusiaan. Apa pun alasannya, kontes semacam ini, tetap lebih mementingkan unsur kecantikan fisik yang “given” dari Tuhan. Seorang dihargai karena cantik, bukan karena prestasi dan usaha kerasnya.

Dalam Islam, yang paling bertaqwa dinilai yang paling mulia. Tapi, soal pakaian juga bukan soal kecil. Protes terhadap masalah itu juga merupakan hal yang prinsip. Karena dianggap hal penting itulah, maka peserta kontes Miss Universe diwajibkan memakai pakaian renang dalam salah
satu sesi acara.

Kita bertanya, apa hubungannya kewajiban mengenakan pakaian renang dengan kemuliaan
seorang wanita? Mengapa hal ini tidak diprotes oleh Artika dan pendukungnya?

Promosi dan kampanye kebatilan semacam ini saat ini berlangsung dari menit ke menit melalui layar TV yang menerobos masuk tanpa permisi ke kamar-kamar masyarakat. Tak terkecuali kampanye legalisasi perkawinan sesama jenis, seperti yang dilakukan Trans TV.

Pemilik dan awak televisi ini seperti tutup mata dan telinga, bahwa apa yang mereka lakukan adalah
sebuah tindakan yang sangat bejat dan biadab, karena telah mempromosikan sebuah kebatilan. Jika mereka muslim, mestinya mereka sadar, bahwa praktik homoseksual dan lesbianisme adalah tindakan bejat.

Di dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan bahwa praktik homoseks merupakan satu dosa besar dan sanksinya sangat berat. Rasulullah saw bersabda, “Siapa saja yang menemukan pria pelaku homoseks, maka bunuhlah pelakunya tersebut.” (HR Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Hakim, dan al-Baihaki).

Imam Syafii berpendapat, bahwa pelaku homoseksual harus dirajam (dilempari batu sampai mati) tanpa membedakan apakah pelakunya masih bujangan atau sudah menikah.

Untuk pelaku praktik lesbi (wanita dengan wanita), diberikan ganjaran hukuman kurungan dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya. (QS 4:15). Para fuqaha membedakan hukuman antara pelaku homoseksual (sesama laki-laki) dengan lesbian (sesama wanita). Pelaku lesbi tidak dihukum mati.

Dalam Kitab Fathul Mu’in –kitab fiqih yang dikaji di pesantren-pesantren Indonesia-- dikatakan, bahwa pelaku lesbi (musaahaqah) diberi sanksi sesuai dengan keputusan penguasa (ta’zir).

Jadi, bagaimana pun, homoseksual dan lesbian adalah sebuah praktik kejahatan kriminal,
dan tidak patut dipromosikan apalagi dilegalkan.

Dalam agama Kristen pun, homoseksual masih tetap dipandang sebagai kejahatan. Paus saat ini, Benediktus XVI, dikenal sebagai penentang gigih praktik homoseksual, meskipun dia sendiri tidak menikah.

Dalam Kitab Imamat (Leviticus) 20:13, disebutkan: “Bila seorang laki-laki tidur dengan laki-laki secara orang bersetubuh dengan perempuan, jadi keduanya melakukan suatu kekejian, pastilah mereka dihukum mati dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.”

Karena itu, kita tidak habis mengerti, mengapa sebuah stasiun TV, seperti Trans-TV berani-beraninya mempromosikan sebuah kejahatan, berupa homoseksual dan lesbianisme. Keuntungan apakah yang mereka raup dari promosi kejahatan seperti ini?

Yang masih kita syukuri, saat itu, TransTV tidak menampilkan orang-orang sekular-liberal dari kalangan agama tertentu yang melegalisasi praktik semacam itu.

Di dunia Kristen, sudah lazim ditemukan tokoh-tokoh agama Kristen yang menghalalkan homoseksual atau bahkan yang secara terang-terangan menjalankan praktik homoseksual. Kita masih ingat, bagaimana pada tanggal 2 November 2003, dunia Kristen diguncang hebat oleh
satu peristiwa dilantiknya Gene Robinson, seorang gay, sebagai Uskup Gereja Anglikan di New Hampshire, Amerika Serikat.

Posisi yang ditempati Robinson merupakan jabatan tertinggi yang pernah dicapai oleh
seorang gay di lingkungan Gereja.

Robinson (56 tahun) adalah pelaku homoseksual yang telah hidup bersama dengan pasangan homoseks-nya bernama Mark Andrew, selama 14 tahun. Bisa dibayangkan, selama ia menjadi tokoh gereja pun, sebenarnya publik telah mengatahui perilakunya.

Dalam acara penobatannya sebagai Uskup, Mark Andrew-lah yang menyerahkan topi keuskupan (bishop's miter) kepada Robinson. Di akhir upacara penobatannya, Gene Robinson
menatap publik, dan bersama-sama mereka menyanyikan lagu "Hallelujah".

Itu terjadi di dunia Kristen. Di kalangan Islam, bahkan di lingkungan pendidikan tinggi Islam, juga
sudah muncul kondisi serupa. Sejumlah akademisi Islam yang belajar Islam di IAIN memberikan legitimasi terhadap perkawinan sejenis.

Tahun 2004 lalu, “Jurnal Justisia” terbitan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, menulis “cover story” dengan judul “Indahnya Kawin Sesama Jenis”. Isi jurnal ini kemudian juga disebarkan melalui sebuah media internet (www.indoqueer.com).

Dari delapan artikel utama yang membahas isu tersebut, semuanya menyuarakan keberpihakannya terhadap pernikahan gay dan homoseksualitas secara umum, kecuali satu tulisan saja yang dengan tegas mengharamkannya.

Dikatakan di Jurnal ini, bahwa “Hanya orang primitif saja yang yang melihat perkwinan sejenis sebagai sesuatu yang abnormal dan berbahaya. Bagi kami, tiada alasan kuat bagi siapapun dengan dalih apapun untuk melarang perkawinan sejenis. Sebab, Tuhan pun sudah maklum, bahwa proyeknya menciptakan manusia sudah berhasil bahkan kebablasan.

Jika dulu Tuhan mengutus Luth untuk menumpas kaum homo karena mungkin bisa menggagalkan proyek Tuhan dalam menciptakan manusia (karena waktu itu manusia masih sedikit)?”

M Kholidul Adib Ach yang menulis artikel berjudul "Agama Peduli Homoseksual: Membebaskan Kaum Homoseksual dari Penindasan Agama", berpendapat begini: “Pengharaman nikah sejenis adalah bentuk kebodohan umat Islam generasi sekarang karena ia hanya memahami doktrin agamanya secara given, taken for granted, tanpa ada pembacaan ulang secara kritis atas
doktrin tersebut.”

Menurut pemimpin redaksi Jurnal Justisia ini, pembacaan yang dilakukan umat sekarang atas kisah kaum Luth hanya sebatas permukaan dan tidak membaca "narasi yang tak tampak".

Katanya, "Boleh jadi cerita kaum Luth ini, kalaupun benar adanya, jangan-jangan malah
cuma mitos, terdapat kepentingan politik Luth terhadap seseorang yang kebetulan homoseks."

Senada dengan Kholidul Adib, penulis lain bernama Sumanto al-Qurtuby yang juga redaktur eksekutif Justisia mengkritisi kisah yang sama dengan pertanyaan, andaikan kisah Luth itu "historis", apakah homoseksualitas merupakan unsur utama atau komplemen saja?

Qurtuby memberi ilustrasi dengan menyebut kisah perseteruan mantan PM Mahathir
Muhammad dengan Anwar Ibrahim di Malaysia: sebuah kisah pertandingan politik yang dibungkus dengan isu sodomi.

Jika kita ikuti wacana dan perdebatan tentang homoseksual yang diangkat sebagian mahasiswa IAIN Semarang ini, nyaris sama dengan wacana serupa di kalangan Kristen.

Dalam kasus homoseksual, para teolog Kristen pendukung homoseksual juga berlomba-lomba membuat tafsiran baru, agar praktik maksiat itu disahkan oleh Gereja. Dalam Bible, Kitab Kejadian 19:4-11, diceritakan tentang hukuman Tuhan terhadap kaum Sodom dan Gomorah.

Pada umumnya, kaum Kristen memahami, bahwa homoseksual adalah penyebab kaum itu dihancurkan oleh Tuhan. Sehingga mereka mempopulerkan istilah Sodomi yang menunjuk pada praktik maksiat antar sesama jenis.

Tetapi, sebagian teolog Kristen pendukung homoseksual kemudian membuat tafsiran lain. John J. McNeill SJ, misalnya, menulis buku “The Church and the Homosexual” memberikan justifikasi moral terhadap praktik homoseksual. Menurut dia, Tuhan menghukum kaum Sodom dan Gomorah, bukan karena praktik homoseksual, tetapi karena ketidaksopanan penduduk kota itu terhadap Tamu Lot.

Kaum Katolik mendirikan sebuah kelompok gay bernama “Dignity” yang mengajarkan, bahwa
praktik homoseksual tidak bertentangan dengan ajaran Kristus.

Tahun 1976, dalam pertemuan tokoh-tokoh Gereja di Minneapolis, AS, dideklarasikan, bahwa
homosexual persons are children of God.”

Itulah yang terjadi dalam dunia Kristen. Dan itu pula yang sekarang sedang diusahakan oleh sebagian orang dari kalangan Muslim untuk mengikuti jejak Kristen.

Promosi homoseksual kini terus digencarkan sebagai bagian dari proses sekularisasi dan liberalisasi
Islam. Meskipun secara formal mereka mengaku Islam, para promotor kemunkaran tidak berhenti untuk mempromosikan kebatilan (al-munkar) dan justru aktif mencegah dan melawan kebenaran. Allah sudah mengingatkan akan adanya makhluk-makhluk seperti ini:

Orang-orang munafik laki-laki dan wanita, sebagian mereka dengan sebagian lain adalah sama, mereka menyuruh yang munkar dan melarang yang ma’ruf, dan mereka menggenggamkan tangannya (bakhil). Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik.” (QS at-Taubah:67). Wallahu a’lam. (Jakarta, 17 Juni 2005).