Kamis, 12 November 2009

Tentara AS di Afghanistan Tewas Digigit Kutu


Kutu yang membawa virus seperti Ebola, telah menewaskan prajurit AS, justru ketika mereka sedang menunggu datangnya vaksin flu babi. Inilah musuh kecil yang tidak mungkin dikalahkan AS dan sekutunya

Hidayatullah.com--Militer AS di Afghanistan sedang ketakutan dengan menyebarnya virus langka. Pejabat militer AS pekan lalu telah mengirimkan sebuah tim medis ke sebuah pos militer terpencil di selatan Afghanistan untuk mengambil contoh darah dari prajurit Angkatan Darat, setelah seorang tentara tewas akibat virus yang seperti virus Ebola.

Dr. Jim Radke, seorang pakar penyakit dalam dan infeksi dari RS. Trauma Role 3 di pangkalan udara Kandahar, mengatakan kepada The Washington Times bahwa Sersan Robert David Gordon, 22, asal River Falls, Alabama, mati tanggal 16 September karena demam berdarah Krimea-Kongo, setelah digigit oleh seekor kutu.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), virusnya ditularkan lewat darah yang dibawa oleh kutu.

Dr. Radke yang bertugas di Angkatan Laut, mengatakan, tim medis "akan mengambil contoh darah dan hasilnya mungkin akan baru diketahui beberapa pekan mendatang." Ia menyebutnya sebagai "sebuah tindakan pencegahan."

Radke tidak menyebutkan berapa banyak orang yang akan dites darahnya, dan mengapa militer baru bertindak. Pasukan yang akan diperiksa antara lain Brigade Striker ke-5, Divisi Infantri ke-2, dan pendamping infantri 2-1.

Kabar ini terkuak ketika Pentagon mengatakan telah mengirim 150.000 dosis vaksin H1N1 flu babi ke Qatar untuk didistribusikan kepada pasukan AS di Irak dan Afghanistan, yang jumlahnya separuh dari yang diminta oleh Pusat Komando AS. Setidaknya 11 orang Afghanistan telah meninggal akibat penyakit tersebut, yang ditularkan oleh orang asing.

Dr. Radke mengatakan, demam berdarah yang terjadi mirip dengan Ebola, "Ada degenerasi internal dan pendarahan luar. Dari kawasan Laut Hitam hingga Utara Turki, Anda temui ada belasan kasus atau lebih setiap tahunnya. Dan Afghanistan berada di tengahnya."

Menurut WHO, penyakit itu pertama kali dilaporkan terjadi di Krimea tahun 1944, kemudian di Kongo tahun 1956. Sebuah wabah dilaporkan terjadi 8 tahun lalu di Quetta ibukota Propinsi Balukhistan di Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan.

Dr. Radke mengatakan bahwa tentara AS di Afghanistan tidak hanya harus khawatir terhadap Taliban, tetapi juga terhadap penyakit yang tidak umum ditemukan di negara Barat.

"Penyakit diare, demam tipus, penyakit kulit dan TBC, adalah penyakit yang harus diwaspadai," katanya.

"Penting bagi prajurit untuk segera mencari pertolongan medis jika mereka merasa tidak enak badan atau telah digigit. Sangat beresiko jika tidak ada dokter yang merawatnya."

Dr. Radke juga memberi anjuran kepada tentara AS, "Mudah saja, sering-seringlah cuci tangan."

Meskipun benar adanya, tapi saran itu kedengaran konyol, mengingat pasukan negara adidaya itu sedang berada di medan perang di negara orang, bukan berada di markas mereka di AS.

Gejala dari demam berdarah Krimea-Kongo antara lain demam mendadak, pusing, leher sakit, otot sakit, nyeri di mata dan peka terhadap sinar. Gejala awalnya perut terasa mual, muntah, dan tenggorokan sakit.

Menurut Dr. Radke, masa inkubasi virus tergantung lewat mana virus itu ditularkan. Jika infeksi virus lewat gigitan kutu, masa inkubasinya kira-kira satu sampai tiga hari, dan paling lama 9 hari. Jika penyakit itu tidak diketahui sejak dini, maka akibatnya fatal. Menurut CDC, tingkat kematiannya mencapai 30%.

Letkol Jeffrey French, komandan Gordon, mengatakan bahwa kematian prajuritnya itu sebagai "kehilangan yang tragis bagi semua." Awalnya hanya karena satu gigitan kecil di kaki, kata French.

Brigade Striker sendiri telah kehilangan 27 prajurit sejak penugasannya di Afghanistan pada bulan Juli. Sebagian besar tewas karena ledakan.

"Kami tidak pernah berpikir bahwa kami akan melihat kematian akibat penyakit langka tersebut," kata French.

"Anda bisa bersiap-siap atas semua kemungkinan, tapi bagaimana caranya Anda bersiap atas kejadian seperti itu?" katanya. [di/wt/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar