Selasa, 27 Januari 2009

Terjebak di Afghanistan, NATO Minta Bantuan Rusia


Menyusul sidang pertama kalinya antara delegasi Pakta Keamanan Atlantik Utara (NATO) dan Rusia di Brussel pasca perang di Georgia,

juru bicara NATO menilai positif perundingan tersebut. Jubir NATO ini menambahkan, sikap organisasi ini dan Rusia terkait upaya bersama untuk meredakan konflik di Afghanistan saling mendukung.

Dalam perundingan tersebut Rusia menyetujui suplai senjata untuk pasukan NATO melalui wilayahnya. Pasca konflik di kawasan Kaukasus pada Agustus 2008, ini adalah pertemuan pertama antara NATO dan Rusia. Pertemuan tersebut diikuti oleh 26 anggota NATO beserta Sekjennya dan Rusia.

Menyusul perang Rusia-Georgia, NATO menangguhkan sementara hubungannya dengan Rusia. Namun meningkatnya instabilitas keamanan di Afghanistan memaksa NATO untuk membuka kembali hubungannya dengan Rusia. NATO sendiri tidak dapat memanfaatkan rute dari Pakistan untuk

menyalurkan persenjataannya bagi pasukan mereka di Afghanistan mengingat wilayah Islamabad juga tidak aman. Hal inilah yang memaksa NATO menjalin kembali hubungan dengan Rusia guna keluar dari kubangan lumpur di Afghanistan. Tapi sepertinya kerjasama NATO-Rusia ini tergantung dukungan organisasi ini terhadap Moskow untuk menumpas milisi Chechnya.

Di agresi militer ke Afghanistan pada tahun 2001, NATO dan Rusia meningkatkan kerjasamanya, namun hubungan mesra ini terputus akibat sikap apatis NATO terkait sikap Rusia dalam perang di Chechnya khususnya setelah NATO menuduh Moskow melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia dalam perang tersebut. Di sisi lain, Moskow tengah membidik tujuan besar di Afghanistan dalam

kerjasamanya dengan NATO. Sikap NATO yang berusaha mendekati Rusia dimanfaatkan oleh Moskow untuk meningkatkan tuntutannya terhadap organisasi ini agar menghentikan upaya perluasannya ke kawasan Eropa timur dan negara-negara bekas Uni Soviet serta mencegah usaha AS untuk menempatkan sistem anti-rudal di Eropa.

Rusia juga menuntut kesediaan anggota NATO untuk mengkaji rancangan keamanan Eropa yang diusungnya. Sejumlah anggota organisasi ini seperti Jerman, Perancis dan Spanyol menyambut rancangan tersebut, namun AS, Inggris dan negara Eropa Timur sepertinya enggan menanggapi usulan Moskow. Para analis menilai NATO menghendaki hubungan serius dengan Rusia untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Sikap NATO ini muncul saat AS dan Eropa dilanda krisis ekonomi serta trasnformasi terbaru di Timur Tengah. Statemen Menteri Luar Negeri Polandia, Radek Sikorski dan opsi sekjen NATO bahwa organisasi ini tidak memiliki kemampuan untuk memperlebar wilayahnya dinilai

sebagai upaya NATO untuk menarik perhatian Rusia. Meski NATO dan Rusia adalah musuh bebuyutan di era perang dingin, namun setelah 18 tahun runtuhnya Uni Soviet, kedua pihak masih belum mampu menyelesaikan permusuhan tersebut. Kinerja kedua pihak selama ini menunjukkan NATO dan Rusia masih menganggap pihak lain sebagai lawan. Kedua pihak juga terus mencari kepentingan yang bertentangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar